5

452 95 8
                                    

Kamis, Agustus 2015

"Gue pusing banget..."

Ini sebulan setelah aku ada di sekolah ini, di jenjang baru. Udah waktunya pusing sama malam keakraban dan acara-acara sertijab eskul.

"Stress sama PMR,"

Aku duduk mendengarkan eluhan Nakia sambil menyandarkan tubuhku di dinding—kebetulan aku duduk pojok. Sonya keluar menemani Yesika ke ruang bk menyerahkan surat-surat izin tidak masuknya teman-teman kelasku. Aku nggak ikut karena malas, kalau Nakia sibuk mengerjakan tugas persiapan sertijab.

"Ribet banget?"

"Iya, Li. Tau sendiri kan senior PMR-ku, gimana? Kemarin aja Winda sampai nangis."

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, perploncoan dengan alibi kedisplinan kenapa masih ada, sih?

"Keluar aja kalau capek, Na," kataku.

Nakia hanya menampilkan wajah suntuknya sambil mengerjakan tugasnya. Dia tugasnya salah, harus ganti satu buku. Padahal udah dapat banyak tanda tangan senior.

Aku tertawa pelan sambil menepuk-nepuk pelan punggung Nakia. Nggak ada yang bisa aku bantu, lagian aku mau bantu juga makin takut ngerusakin.

Haris mendatangi bangku milikku dan Yesika.

"Yesi kemana, Li?"

"Dia ke BK, ngasih surat. Kenapa emang?"

"Yah, gue mau ngasih surat kemarin gue bolos itu," eluh Haris.

"Dih tadi di Yesi udah teriak-teriak, lo kemana?" tanyaku. Yesika bakalan teriak-teriak dulu mau setor surat, sebelum berangkat ke ruang BK.

"Gue tidur tadi di belakang ama si Aji." jawab Haris.

"Ya udah, kasih sendiri aja. Susulin aja, Ris?"

Haris menguap sambil menguletkan badannya, "Ogah, mager banget. Besok aja lah gue kasih."

Sebelum Haris beranjak, aku mencegahnya.

"Apaan, Li?"

"Lo ikut voli, 'kan?" tanyaku.

"Hooh, kenapa?" Haris menanyaiku balik.

"Gue mau tanya," jawabku.

"Misi, Nak," Haris menarik kursi yang ada di depan bangku Nakia mundur kebelakang agar dirinya bisa lewat, lalu mengambil posisi duduk di depanku—tepatnya bangku Sonya.

"Ini kalo kecoret, lo gue gebuk, ya, Haris?" jawab Nakia.

"Alaaah, buktinya nggak kecoret," alih Haris sambil menyandarkan punggungnya di dinding dan menghadapku.

"Apa, Li? Lo mau tanya apaan?"

"Kenal Mas Ino?" tanyaku padanya. Kemarin waktu aku pulang larut, Mas Ino yang lewat di depanku. Mas Ino berjalan dari pelataran parkiran mobil, masuk melewati lobby lalu ikut bermain voli di lapangan.

"Nggak kenal deket. Cuma tau, sapa-sapaan aja gara-gara kemarin main. Mas Ino IPS itu, 'kan?"

Aku mengernyitkan keningku, "IPS? IPA 8 kali, Ris?"

"Dih bego, Mas Ino tuh IPS 1. Sekelas sama Mbak Mora."

"Mbak Mora yang MPK itu?" tanyaku pada Haris.

"Hooh,"

"Yang rambutnya pendek itu, 'kan?"

"Iya anjir, lo tanya mulu."

"Hah, bukannya Mas Ino sekelas sama Mas Fazrin ketos itu?"

Haris memutar bola matanya, "Lo tanya atau ngasih tebakan ke gue sih, Li?"

"Gue memastikan?" jawabku.

Ini serius deh, Nakia jadi invisible karena bucin sama tugas sertijabnya. Dia diem aja, enggak ikut obrolanku sama Haris.

"Kenapa emang? Lo suka?"

"IYAA! HUE... MAS INO GANTENG BANGET."

"Tai, gue kira apaan."

*

: / haris

: / haris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AMOR ANDESTIN [LeeKnow x Lia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang