"Di balik canda dan tawaku ada sebuah keseriusan yang mendalam."
Gadis berusia 13 tahun itu kian mempercepat langkah kakinya begitu kedua mata bulatnya melihat sosok anak lelaki berjarak beberapa meter di depan sana tersungkur. Anak lelaki itu terlihat meringis di atas tanah, sepeda yang mungkin saja tadi dibawa juga ikut terjungkal.
Gadis berambut sebahu itu berjongkok. Menatap khawatir anak lelaki itu. "Kamu gak papa?" tanyanya.
Anak lelaki itu mendongak ketika ada sebuah suara yang menelusup di telinganya. Dia tersenyum tipis menanggapi. Ia kira dirinya hanya sendiri.
"Aku gak papa kok," ucap anak lelaki itu sambil menggelengkan kepalanya.
Gadis itu bingung mendengar jawaban dari anak lelaki yang ada di hadapannya. Padahal jelas-jelas anak lelaki itu sedang terluka. "Gak aku gak percaya, orang di tanganmu itu ada luka. Ayo, aku anterin kamu pulang," tawar seorang gadis berambut sebahu itu.
Anak lelaki itu tersenyum tipis, lalu menggelengkan kepalanya lagi. "Gak papa kok, aku bisa sendiri," tolaknya.
Gadis berambut sebahu itu memegang pundak anak lelaki itu. Dia tetap kukuh. "Gak kamu harus aku anterin pulang, bahaya kalo kamu pulang sendirian dengan keadaan luka kayak gini. Oh ya rumah kamu dimana?"
"Rumah aku di sana, yang cat putih." Jemari telunjuk anak lelaki itu terangkat menunjuk sebuah rumah sederhana bergaya minimalis di depan sana.
Pandangan gadis itu beralih mengikuti arah yang ditunjuk. "Oh berarti rumah kita seberangan dong. Kalo rumah aku yang itu tuh, yang cat hijau." Bergantian, kini jari mungil gadis berambut sebahu itu terangkat menunjuk rumah di depan. Berjarak tak jauh dari rumah anak lelaki tadi, hanya terpisah sebuah jalan. Sedangkan anak lelaki itu hanya menganggukkan kepalanya saat mengetahui bahwa rumah gadis yang ada di hadapannya sekarang, berada di seberang rumahnya.
"Kok kita jarang ketemu sih?" tanya gadis itu heran.
"Aku juga gak tau," balas anak lelaki itu seraya menggedikkan bahu acuh.
Karena sibuk membahas rumah, gadis itu hampir saja lupa jika ia harus mengantar anak lelaki ini. "Eh iya, ayo aku anter kamu pulang," ucap gadis itu seraya menjulurkan tangan kanannya guna membantu anak lelaki itu berdiri.
Cast
Xiao Dejun WayV as Dalvin Reza Adiwangsa
Lee Ga-Hyeon Dreamcatcher as Chana Deya Almira
Note: Kalo kalian punya imajinasi sendiri tentang wajah mereka, kalian bisa kok pake imajinasi kalian, author cuman kasih saran doang kok.
Buat kalian yang kepo sama kehidupan anak SMAROV, kalian bisa follow ignya ya:
@smarovhitsNah buat kalian yang pengen lebih kepo sama Dalvin dan Chana, kalian bisa follow ignya:
@chana_deyalmira
@dalvinrezKalo yang pengen kepo ama author bisa cek ig author: @miftaaliffiah
Ola guys....
Ketemu lagi ama author absurd ini.
Kali ini, author collabs ama kak Desti @DestiMutiara dan temen-temen yang lain.Cerita ini berlatar belakang SMAROV ya guys, tapi cerita ini beda angkatan sama Harun dan Syanum di cerita Be A Mate by kak Desti.
So, jangan lupa kasih voment ya guys...
jangan lupa juga, baca cerita temen-temen ku yang lain ya...Hope u like it.
See you guys.6 Juli 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Chan(da)
Teen Fiction"Di balik canda dan tawaku ada sebuah keseriusan yang mendalam." Chana dan Dalvin telah menjalin hubungan pertemanan sejak mereka SMP. Tidak sedikit orang yang mengira jika mereka adalah sepasang kekasih. Chana dengan senyumannya yang manis, dan Da...