"Perhatian tapi, cuma teman."
Hari ini adalah jadwal cewek pemilik senyum manis itu untuk jogging. Seperti biasa dia selalu mengajak Dalvin untuk jogging bersama. Ah tidak sebenarnya kali ini Chana ingin mengajak Dalvin untuk bersepeda. Kini Chana telah rapi dengan sebuah jaket berwarna navy dan celana training berwarna senada dengan jaketnya. Kali ini cewek itu lebih tertarik untuk menggunakan sneakers putihnya.
"DALVIN," teriak Chana dengan tanga yang mengetuk pintu bercat putih itu.
Selang beberapa waktu, ada seorang wanita paruh baya keluar dari balik pintu, yang tak lain adalah Rina. "Eh Chana, mau jogging bareng sama Dalvin ya?"
Chana menyengir lebar. "Iya Tante, Dalvinnya mana Tan?"
Rina baru saja ingin membuka mulut guna memanggil Dalvin, tetapi Dalvin telah lebih dulu keluar.
"Kuy Na," ajak Dalvin.
"Tante masuk duluan ya, hati-hati jogging-nya," pamit Rina. Wanita paruh baya itu masuk ke dalam lagi.
"Vin, gak usah jogging yuk. Kita naik sepeda aja, tapi lo aja yang bawa." Chana mengerjapkan kedua matanya.
Dalvin menghela nafas kasar. "Kita jogging aja ya. Gue males ngeluarin sepedanya."
Chana melengkungkan bibirnya ke bawah. Cewek itu menatap Dalvin dengan tatapan kecewa. "Please ...."
Dalvin mengulum bibirnya, cowok itu tampak menimbang permintaan Chana. Dia menghela nafas. "Ya udah iya."
Chana tersenyum lebar. "Lo boncengin gue ya."
Dalvin memutar bola matanya malas. "Iye-iye."
Dalvin melangkahkan kakinya ke garasi rumah guna mengambil sepeda lipatnya. Chana mengekor dari belakang.
Cowok berperawakan tinggi itu mengedarkan pandangannya. Setelah ditemukan barang yang dicarinya, dia mendekat ke arah tempat barang itu diletakkan. Cowok itu kemudian berbalik menatap Chana. "Muat gak? Badan lo gak nyangkut kan?" Dalvin menggoda Chana, pasalnya ruang yang diberi untuk berjalan sangatlah minim akibat di dalam garasi ada mobil milik Papanya Dalvin yang sedang terparkir. Sebenarnya badan Chana itu tak gemuk tetapi juga, tak kurus, cewek itu memiliki proporsi badan yang sedang, memang dasar Dalvin saja yang ingin meledeknya.
Chana mencebikkan bibirnya, cewek itu menatap Dalvin dengan tatapan sinis. "Emang badan gue segede gaban apa, sampe gak muat. Ya muatlah," bela Chana.
"Dasar tukang baper. Kan gue cuman becanda." Dalvin melanjutkan kegiatannya yaitu berusaha membawa sepedanya keluar.
Chana membeo omongan Dalvin dengan mulut yang sengaja dilengkungkan ke bawah.
"Gue heran juga ya sama lo, porsi makan udah kayak sapi. Tapi badan lo gak gendut-gendut," ucap Dalvin seraya mendorong sepedanya keluar. Chana juga heran dengan badannya ini, padahal dari dulu dia mengklaim bahwa makan adalah hobinya. Tapi, tetap saja badannya tak melebar ke samping. Mungkin ini efek dari olahraga yang setiap minggu dilakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chan(da)
Teen Fiction"Di balik canda dan tawaku ada sebuah keseriusan yang mendalam." Chana dan Dalvin telah menjalin hubungan pertemanan sejak mereka SMP. Tidak sedikit orang yang mengira jika mereka adalah sepasang kekasih. Chana dengan senyumannya yang manis, dan Da...