8. Berantem

21 9 10
                                    

"Lelah bukan berarti kalah, itu termasuk peringatan dari Tuhan agar kau lebih baik menyerah daripada mengejarnya."

Hari ini Chana harus membawa pulang almamater OSIS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Chana harus membawa pulang almamater OSIS. Chana adalah anggota OSIS. Begitu juga dengan Dalvin. Mereka berdua berpatisipasi di Organisasi yang sama. Jadi sudah tak heran jika Chana dan Dalvin terlihat dekat, karena mereka bukan hanya teman sekelas, tetapi teman satu Organisasi juga, jangan lupakan juga jika mereka adalah tetangga. Tujuan Chana untuk membawa Almamater OSIS, karena hari ini adalah jadwal bagi anggota OSIS untuk mencuci Almamater masing-masing.

Chana memasukkan Almamaternya ke dalam tas. Cewek itu menyebarkan pandangannya guna mencari sahabatnya. Siapa lagi kalau bukan Dalvin.

"Oh ternyata dia lagi ngebacot sama Nayla," gumam Chana sambil tersenyum menyeringai.

Dalvin sedang membicarakan sesuatu di depan kelas bersama Nayla. Sepertinya mereka memiliki topik yang cukup serius.

Chana menarik nafas perlahan, lalu menghembuskannya. Cewek itu menyampirkan tas di kedua pundaknya.

Dia melangkahkan kakinya ke arah tempat Dalvin dan Nayla sedang berdiri.

Chana sengaja berdiri di antara mereka berdua. Cewek itu berdeham, lalu melipat kedua tangannya di dada. Dalvin dan Nadya menoleh ke arah Chana.

Chana tersenyum lebar tetapi, sedetik kemudian dia memudarkan senyumnya dan berganti dengan wajah penuh kekesalan karena menunggu lama.

"Maap Pak, sebenarnya Pak Dalvin sedang berbicara apa ya dengan Ibu Nayla. Saya dari tadi menunggu Bapak, sampe-sampe saya hampir lumutan."

Dalvin mengangkat alis tinggi. "Ya udah ayo ke gedung utama," ajak Dalvin.

Dalvin dan Chana memiliki rencana untuk pergi ke gedung utama bersama. Mereka pergi bukan tanpa alasan, mereka pergi ke gedung utama karena hari ini adalah jadwal ekskul dance dan renang.

Dalvin menatap Nayla yang sedang berada di hadapannya. "Gue duluan ya Nay."

"Oh iya Vin," jawab Chana seraya mengangguk.

Dalvin melangkahkan kakinya lebih dulu menuju keluar kelas. Chana yang mengetahui hal itu langsung mengomel-ngomel. "Eh Nay, gue duluan juga ya. Dadah." Chana berlarian, seraya melambaikan tangan pada Nayla.

Nayla hanya membalas lambaian tangan dari Chana dengan senyuman lebar.

Di koridor

Chana menepuk pundak kiri Dalvin yang lebih tinggi dari badannya. Dalvin menoleh. "What happen?" tanya Dalvin.

Chana mencebikkan bibirnya, melihat respon Dalvin yang seperti itu. "What happen what happen, lo jangan ninggalin gue anjir, lo mah enak bisa jalan secepet itu. Lah gue? Kaki gue tuh pendek, jadi susahlah buat ngejer lo."

Chan(da)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang