"Percayalah. Disetiap tetesan air mata yang jatuh, ada sebuah makna tersembunyi."
"Sarah."
Ya, nama seseorang yang memanggil Chana tadi adalah Sarah. Dia adalah adik kelas Chana sekaligus Dalvin. Sarah terkadang menemui Chana untuk menitipkan sesuatu kepada Dalvin. Mengapa dia terkadang menitipkan sesuatu? Karena cewek berambut lurus itu mempunyai perasaan lebih dari sekedar perasaan Adik-kakak kepada Dalvin. Jadi Sarah selalu menitipkan semacam surat dan cokelat kepada Chana.
"Lo Sarah anak 10 Ipa 3 kan?" tanya Chana untuk memastikan.
"Iya kak, aku kesini cuman mau nitipin ini." Sarah menunduk malu, seraya memberikan sebuah paperbag kecil kepada Chana.
Chana menerima paperbag itu, lalu mendongak menatap Sarah yang masih tersipu malu. "Buat Dalvin?" tanya Chana.
Sarah mendongak, dengan pipi yang memanas karena malu. "Iya kak, tolong kasihin ke kak Dalvin ya."
Chana yang menyadari bahwa Sarah sedang tersipu malu, cewek itu langsung menggoda Sarah. "Cie yang masih setia nunggu bebeb Dalvin," goda Chana sambil mencolek dagu Sarah.
"Ih kak geli tau." Sarah memukul pelan lengan kiri Chana. Cewek itu masih saja menunduk karena malu.
Chana hanya tertawa renyah.
"Ya udah kalo gitu aku duluan," pamit Sarah.
Chana masih tertawa hingga cewek yang bernama Sarah itu pergi meninggalkannya.
"Ada ada aja kelakuannya," ucap Chana yang masih diselingi tawa.
"Lo kenapa? Gila? Kesurupan?"
Sebuah pertanyaan itu membuat Chana mengatupkan mulutnya. Dia tau betul siapa yang berani berucap hal seperti itu. Pasti Dalvin. Chana menoleh dan menatap Dalvin dengan tajam.
"Mana bakso gue?" Bukannya menanyakan 'kenapa mengantrinya sangat lama?' cewek itu malah langsung menagih pesanan baksonya.
Dalvin meletakkan nampan yang berisi dua mangkok bakso itu di atas meja. Setelahnya, cowok bermata tajam itu duduk di hadapan Chana.
Chana menghisap dan menikmati aroma yang berasal dari bakso. "Enak banget baunya."
Cewek itu mulai membuka tutup wadah sambal, dan menyendoki sambal. Namun, ketika Chana menyendoki sambal untuk yang kelima kalinya, sebuah tangan menepis tangan Chana.
"Gak usah banyak-banyak, nanti sakit perut," kata Dalvin sambil menutup wadah sambalnya kembali.
Chana mengulum bibirnya, dan menatap Dalvin sambil mengedipkan kedua matanya. Sedangkan Dalvin hanya mendelik jijik.
"Kakanda perhatian banget sih sama adinda." Chana menaik-turunkan alisnya.
"Apaan sih? Gak jelas banget lo. Geli gue." Tak lama kemudian, Dalvin memegang kening Chana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chan(da)
Teen Fiction"Di balik canda dan tawaku ada sebuah keseriusan yang mendalam." Chana dan Dalvin telah menjalin hubungan pertemanan sejak mereka SMP. Tidak sedikit orang yang mengira jika mereka adalah sepasang kekasih. Chana dengan senyumannya yang manis, dan Da...