"Rindu, adalah kata menyakitkan bagi seseorang yang hanya dianggap teman. Sebab, jika rasa rindu ini diutarakan mereka hanya mengira bahwa itu candaan semata."
Hari ini Chana makan sendirian di kantin, hanya semangkok soto yang menemani kesendirian Chana. Mamanya Dalvin mengatakan bahwa Dalvin sedang demam. Awalnya Chana sedikit kaget mendengar kabar itu, karena sepertinya keadaan Dalvin baik-baik saja saat bertemu di Indomaret semalam.
Chana membatalkan niatnya untuk memasukkan sesendok soto, saat melihat seseorang yang tiba-tiba duduk di hadapannya. Seseorang yang dimaksud adalah Sarah.
"Sarah? Ada apa?" tanya Chana dengan kening yang bergelombang.
Sarah menyodorkan sebuah paper bag berukuran sedang ke depan Chana. "Aku mau nitipin ini buat Kak Dalvin, sebagai rasa terima kasih aku sama Kak Dalvin waktu kemarin."
Chana mengernyit bingung saat mendengar perkataan Sarah. Terima kasih? Terima kasih untuk apa? Karena udah ngajak jalan-jalan? Astaga, semua pertanyaan yang ada di dalam pikiran Chana membuat kepalanya pusing. "Sorry nih, kalo boleh tau makasih buat apa sih? Sebagai rasa makasih karena udah ngajak lo jalan?" ceplos Chana.
"Ah damn it! Kenapa gue nanya itu sih? Udah jelas-jelas kalo kemaren mereka jalan berdua, Chana goblok," ucap Chana di dalam hatinya.
Kini giliran Sarah yang memasang raut wajah bingung. "Jalan-jalan? Maksud Kak Chana apa? Aku bingung deh, soalnya kemaren aku sama Kak Dalvin bukan jalan-jalan tapi Kak Dalvin nganterin aku ke rumah sakit."
Chana membelalakkan kedua mata bulatnya. Bagaimana bisa dia berprasangka buruk terhadap sahabatnya sendiri?
"Kalian ngapain ke rumah sakit?" tanya Chana, lalu cewek memasukkan sesendok kuah soto ke dalam mulutnya.
Akhirnya Sarah mejelaskan semuanya. Mulai dari dirinya yang tak sengaja bertemu dengan Dalvin di koridor, hingga sampai Dalvin mengantarkannya ke rumah sakit untuk melihat kondisi Mamanya.
Chana mengacak rambutnya frustasi. Cewek itu menepuk keningnya. "Fix, Chana goblok banget sih," ucapnya dengan nada sepelan mungkin. Namun, tetap saja Sarah masih bisa mendengar itu.
Sarah memajukan wajahnya untuk melihat Chana dari dekat. "Kak Chana kenapa?" tanya Sarah.
Chana sedikit termundur kaget, saat melihat wajah Sarah yang sedikit dekat. Sarah memundurkan wajahnya kembali. "Gak papa kok," ucap Chana dengan sebuah senyuman. Namun, sedetik kemudian senyuman itu berganti dengan sebuah bibir yang melengkung ke bawah.
"Tolong titipin ini sama Kak Dalvin ya Kak," pinta Sarah seraya mengubah letak posisi paper bag itu semakin dekat ke arah Chana.
"Iya nanti gue kasihin ke Dalvin." Chana menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.
"Ya udah, aku pergi dulu ya Kak. Btw, makasih ya Kak buat sebelumnya." Chana mengangguk seraya tersenyum manis.
Chana menopangkan dagunya, sedetik kemudian dia menepuk keningnya lagi. "Astaga, cokelat yang dari Sarah kemaren lupa gue kasih ke Dalvin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chan(da)
Teen Fiction"Di balik canda dan tawaku ada sebuah keseriusan yang mendalam." Chana dan Dalvin telah menjalin hubungan pertemanan sejak mereka SMP. Tidak sedikit orang yang mengira jika mereka adalah sepasang kekasih. Chana dengan senyumannya yang manis, dan Da...