"Teman, yang membuatmu nyaman dan terkadang jatuh ke dalam angan."
"Oh no, he is not my boyfriend."
Kata-kata itu selalu memenuhi pikiran Chana sejak tadi. Kini cewek itu tengah duduk bersandar di kepala ranjang. Entah mengapa, sedari tadi dia selalu merasakan bahwa ada rasa menyesal telah mengucapkan kalimat itu saat di warung bubur ayam tadi. Percayalah kalimat itu spontan dikeluarkan oleh Chana. Dia mengacak rambutnya frustrasi. Mengapa cowok beralis tebal itu berhasil memporak-porandakan hati seorang Chana. Apa keistimewaan dari Dalvin sehingga dapat membuat Chana seperti ini?
Chana menyambar ponselnya yang tergeletak di kasur lalu, turun dari kasur. Kakinya berjalan menuju pintu balkon kamarnya. Cewek itu ingin menatap bintang yang ada di langit guna menenangkan pikirannya yang didominasi tentang Dalvin. Kebetulan atau bukan, di seberang balkon kamar Chana adalah balkon kamar milik Dalvin.
Cewek itu mengerutkan keningnya ketika matanya menangkap sebuah pintu balkon seberangnya itu tertutup rapat. "Tuh anak curut kemana ya? Biasanya malem-malem gini suka nyanyiin Mbak kun pake gitar." Bukan berarti Chana selalu memperhatikan Dalvin, tetapi cewek itu memang tak sengaja beberapa kali melihat Dalvin tengah memetik gitar saat cewek itu sedang iseng untuk menatap langit dari dalam kamar lewat pintu balkon yang tembus pandang.
"Lah, kenapa gue jadi mikirin dia? Malah bagus dong kalo gak ada dia. Jadi, mata gue gak sepet karena keseringan liat dia." Chana menumpukan tangannya di pagar balkon. Cewek itu menatap langit malam yang sedang dihiasi oleh bintan-bintang, malam ini bulan sabitlah yang bersinar.
Chana menarik sudut bibirnya ke atas. Cewek itu terhanyut dalam keindahan sang bulan sabit. "Teman, yang membuatmu nyaman dan terkadang jatuh ke dalam angan." Chana membulatkan matanya. "Apasih? Kenapa gue jadi puitis gini dah?"
Chana menghela nafas kasar. Cewek itu hanya menikmati angin malam yang mengisi atmosfer sekitar.
"CHANA!"
Sang empu-nya nama menoleh. Cewek itu mendelik kaget, saat mata bulatnya menangkap sosok yang barusan saja memenuhi pikirannya. Dalvin melemparkan senyum kepada Chana. Cowok itu duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya seraya memangku gitar kesayangannya.
Dalvin hendak memetik gitar. Namun, sebelum memetik gitar, cowok itu melambaikan tangannya kepada Chana. Cewek pemilik senyum manis itu mendelik. "Apaan sih?" gumam Chana.
Tiba-tiba Dalvin mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana pendek miliknya.
Ponsel yang digenggam oleh Chana bergetar. Cewek itu tersentak kecil. Ternyata ada sebuah panggilan vidio dari seseorang. Pelakunya adalah Dalvin. Chana memasang raut wajah malas. Dengan terpaksa Chana mengangkat panggilan vidio itu. Cewek itu mengacungkan kamera ponsel ke depan wajahnya. "Apaan? Orang rumah seberangan, masih aja pake beginian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chan(da)
Teen Fiction"Di balik canda dan tawaku ada sebuah keseriusan yang mendalam." Chana dan Dalvin telah menjalin hubungan pertemanan sejak mereka SMP. Tidak sedikit orang yang mengira jika mereka adalah sepasang kekasih. Chana dengan senyumannya yang manis, dan Da...