Honda jazz berwarna yellow pearl itu melaju berbelok ke arah pelataran parkir Fakultas Hukum Universitas Cendekia. Seorang tukang parkir menyambut dengan senyuman ke arah jendela mobil yang terbuka. Keduanya nampak ramah, si pengendara mobil dan tukang parkir. Kemudian mobil itu kembali melaju mencari lahan kosong dan tepat untuk parkir. Ketika dirasa menemukan tempat yang tepat, perempuan itu berkemas untuk keluar mobil. Sesekali melihat dulu ke arah spion tengah mobil, memastikan penampilannya di hari pertama kuliah semester 5 ini sudah rapih.
Tempat parkir pagi ini sudah nampak ramai. Jelas saja karena Letta mendapat jadwal kuliah pukul 10.30, dan tentunya lahan parkir sudah akan terisi dari pukul 7. Letta beruntung di semester ini tidak mendapat jadwal kuliah sangat pagi.
Letta mulai berjalan menyusuri koridor kampus. Tak sedikit ada beberapa kenalannya yang menyapa. Letta menyapa dengan senyuman. Letta kembali melenggokkan tubuhnya menuju ruang kelas. Sedangkan matanya sesekali melirik mahasiswa-mahasiswi yang agak memenuhi koridor—mungkin mereka baru selesai kelas dan mungkin mereka menunggu kelas berikutnya. Pagi itu, Letta melihat ada wajah-wajah asing, tentu saja itu karena adanya mahasiswa baru karena ini merupakan perkuliahan di semester ganjil.
"Lettaaaaaa-kuuuhhh!" teriak seseorang dengan suara cemprengnya yang melengking. Perempuan itu menghampiri Letta. Letta hanya tersenyum dengan kelakuan salah satu temannya.
"Heboh amat sih, Ta."
"Kangen tau sama Aletta Naddeya yang cantik bin semok ini." Perempuan bernama Zwita itu memeluk erat tubuh Letta. Letta tak segan-segan memeluknya balik.
"Liburan ke mana aja sih? Sampe susah banget gue ajak jalan." Rutuk Zwita yang kesal karena Letta sangat sulit dihubungi.
"Gue sibuk cari uang." Bisik Letta. Zwita langsung mengangguk paham, bibirnya melengkungkan senyuman.
"Emmm... pasti mainnya jauh." Selidik Zwita, Letta hanya terkekeh.
"Udah dulu ah kangen-kangenannya, gue 5 menit lagi mulai kelas." Zwita segera melepaskan pelukannya.
"Oh iyaaa... ya udah gih-gih yang rajin."
"Lu udah beres emang kelasnya?"
"Baru banget beres sih. Tapi nanti jam 1 ada kelas lagi. Malesin banget kelas siang-siang." Oceh Zwita.
"Oh, ya udah gue ke kelas ya." Letta mulai berjalan meninggalkan Zwita yang memasang raut bahagia karena bertemu dengan temannya yang cantik itu.
"Ehh! Letta!" Letta menoleh, mulutnya mengucapkan kata 'kenapa?' "Nanti sore jangan lupa!" teriaknya yang langsung dipahami Letta. Perempuan itu menggangguk.
+++
Mata kuliah pertama di semester 5 baru saja berakhir. Hari pertama kuliah yang tidak dibiarkan datang untuk segera pergi, karena perkuliahan benar-benar dimulai. Tidak ada sambutan perkuliahan alias kuliah tanpa full perkuliahan. Perkuliahan ini berlangsung selama 2,5 jam, artinya sama dengan full 3 sks.
Saat dosen memasuki ruang kelas, mahasiswa-mahasiswa menyambut dengan antusias. Namun ketika dosen mulai menyalakan laptop yang tersambung ke layar di dinding kelas. Hampir semua mahasiswa resah. Karena ini benar-benar awal perkuliahan.
Letta mengemas kembali peralatan kuliahnya, binder dan pulpen. Itu saja memang yang dibutuhkan untuk mahasiswa cukup rajin. Kalau buku-buku lainnya baru akan dibawa di minggu selanjutnya ketika dosen mengumumkan buku apa yang diperlukan/disesuaikan dengan mata kuliah. Tetapi untuk mahasiswa yang sekadar mencari gelar, bukan mencari ilmu, yang mereka bawa hanyalah tas selempang kecil, make up, dan satu pulpen yang tinggal sedikit tintanya, bahkan tak jarang hanya menulis materi kuliah di secarik kertas struk belanja atau minta sehelai isi binder dari teman di sebelahnya. Kalau untuk mahasiswa laki-laki tak beda jauh, walaupun mereka sering bawa tas punggung dan mengeluarkan binder dan pulpen, hanya sedikit yang dicatat atau bahkan kertas dibiarkan polos, suci, tak bernoda sedikit pun. Karena yang mereka andalkan tak sedikit adalah dengan memotret catatan di papan tulis (bila ada), atau menanti file power point yang dikirim dosen lewat ketua kelas atau email kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Lain
General FictionLetta bukanlah mahasiswi biasa di kampusnya. Ia adalah mahasiswi 'bertarif' yang tidak diketahui teman-teman kampusnya, kecuali lelaki 'bermodal' yang bisa tutup mulut. Letta juga mahasiswi penerima beasiswa kurang mampu, tapi ia mampu beli iPhone...