hai hai gue datang lagi bawa kisah letta
selamat membacaaa
Letta baru saja tiba di kelas. Belum ada dosen yang masuk karena memang jadwalnya beberapa menit lagi baru akan dimulai, tetapi mahasiswa yang hadir sudah cukup memenuhi ruang kelas kecuali beberapa orang masih terlihat di koridor. Kelas yang semula ramai dengan obrolan-obrolan antar teman dekat, begitu Letta masuk seketika senyap. Banyak pasang mata menatap ke arahnya, tak kecuali Onya yang dilihatnya memasang wajah khawatir. Letta mengabaikan tatapan orang-orang di kelasnya seperti biasanya ia bersikap, berjalan menuju bangku tempatnya yang lagi lagi disiapkan Onya.
Onya tak bersikap ramah seperti biasanya yang akan langsung menyambut dirinya atau langsung mengajaknya ngobrol. Perempuan itu hanya berpaling, tapi Letta tahu kalau Onya ingin menatap ke arahnya. Sementara itu Letta tak ingin peduli. Tujuan ia kuliah adalah untuk mencapai gelar sarjananya kemudian bisa melanjutkan untuk ikut ujian advokat sebagai pengacara. Tidak ada untuk mencari teman. Maka ia tak akan kenapa-kenapa sekalipun semua orang mengabaikannya karena gossip yang beredar dan hanya berani berbicara di belakang. Ia hanya perlu fokus untuk pendidikan dan karir masa depannya. Selama gossip itu tak ada pembuktian pasti, yang dilakukannya cukup bungkam.
Karena semua akan ada waktunya, lagi. Waktu untuk membungkam gossip itu. Seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
Tak lama dosen masuk kelas dan memberi materi perkuliahan seperti biasanya. Tak ada hal aneh yang terjadi selama proses perkuliahan. Masalah pribadi tak akan berpengaruh pada dosen yang mengajar. Jika pun berpengaruh hanya ada 2 hal; pertama, masalah pribadi yang berkaitan dengan dosen mata kuliah tertentu; kedua, masalah pribadi yang diperbesar hingga dosen wali harus turun tangan.
Sampai perkuliahan saat itu berakhir, kelas mulai kosong, barulah tiba-tiba Onya memeluk Letta. Perempuan itu menahan Letta yang akan melangkah meninggalkan kelas, Onya berdiri menghampirinya, memeluk lalu menepuk perlahan pundaknya.
Belum ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Onya. Letta hanya diam, tak seperti biasanya yang akan memberontak diperlakukan berlebihan sok akrab. Ia hanya diam tak bersuara bahkan menerima pelukan itu pun tidak.
"Baik-baik ya, Tta." Ucap Onya kemudian. Suaranya seperti menahan tangis.
Letta belum merespon. Ia masih hanyut dalam pelukan Onya. Berusaha mendapat kekuatan dari pelukan Onya. Pelukan yang membuatnya berdiri walau ia hampir runtuh, pelukan yang menahan dirinya agar tetap baik-baik saja, seperti kata Onya barusan.
"Gue nggak tau itu bener apa enggak. Gue nggak bisa ikut campur urusan itu. Dan gue pun gak punya alasan untuk menyalahkan lu kalau itu emang bener. Gue cuman berharap lu baik-baik, gue yakin lu punya alasan untuk semua ini. Lu harus tetap kuat. Entah untuk menyingkirkan gossip itu atau..." ucapnya menggantung. Onya melepas pelukannya pada Letta, lalu ia menatap Letta. Tersenyum. "Gue duluan ya."
Punggung itu berlalu, setelah melepaskan pelukannya. Ada yang kosong, setelah hangat tadi menenangkan. Letta tak bisa menahan Onya untuk tetap ada di sana.
Drrrttt!
Wian : aku udah di parkiran fh
+++
Sengaja telat keluar dari ruang kelas tak membuat orang-orang yang sekelas dengannya sudah bubaran begitu saja. Nyatanya ada orang-orang yang asyik mengobrol di lobby gedung perkuliahan, tertawa tak jelas di koridor kampus dan yang berlalu lalang pun ada. Berada di Fakultas Hukum (FH) ini rasanya seperti terkepung. Mau itu teman satu angkatan, kakak tingkat bahkan adik tingkat pun pasti saling tahu. Tak heran jika gossip tentangnya akan menyebar secepat kilat. Belum lagi di FH ini hanya ada satu prodi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Lain
General FictionLetta bukanlah mahasiswi biasa di kampusnya. Ia adalah mahasiswi 'bertarif' yang tidak diketahui teman-teman kampusnya, kecuali lelaki 'bermodal' yang bisa tutup mulut. Letta juga mahasiswi penerima beasiswa kurang mampu, tapi ia mampu beli iPhone...