Chapter 7 : Worryng?

79 33 1
                                    

"Ketika hidup memberiku seratus alasan untuk menangis, lalu kau datang membawa seribu alasan untuk tersenyum."

~D~

Emerald: Gio dimana?

Emerald: Gio balas!

Emerald: Ban aku kempes, gak bisa    pulang

Emerald: Jemput:)

Emerald: "____"

Emerald menendang-nendang kerikil asal. Kenapa mendadak ia sial lagi?kemarin beruntung kemarin lusa sial. Apa besok ia beruntung lagi? teori hidup yang sungguh menyebalkan menurut nya.

Ban mobil kempes, supir rumah lagi ngantar nyonya besar, uang saku habis buat mukbang dadakan di kantin, dan Gio hilang entah kemana padahal sudah beberapa kali di hubungi.

Hari ini sungguh panas seperti biasanya membuat tenggorokan nya kering. Jalan untuk sampai ke rumah sudah hampir setengah jalan. Tapi dirinya sudah sangat letih.

Emerald mengitari pandangannya ke seluruh jalanan yang ramai dengan pengendara. Kenapa di antara ratusan bahkan ribuan pengendara yang berlalu lalang, tak ada satupun yang memberi tumpangan padanya?!

Emerald sedaritadi selalu berharap akan ada yang menolongnya dan memberi tumpangan padanya hingga sampai ke rumah. Tapi sudah hampir setengah jalan tetap masih tak ada!

Tak sengaja matanya menangkap sebuah stand minuman yang ada disana. Ia meneguk ludahnya dengan susah payah, tenggorokan nya semakin mengering, ia memeriksa sakunya mencari beberapa uang receh yang bisa digunakan untuk membeli minuman.

Ia menatap telapak tangannya dengan bibir cemberut ketika hanya tersisa satu koin lima ratus rupiah. Ia berjalan mendekati penjual minuman tersebut.

"Pak, ada Aqua lima ratus gak?"

"Aduh neng, Aqua paling murah itu adanya cuma enam ribu. Aqua lima ratus adanya di kampung atuh neng. Neng dari kampung ya? neng, kalau ke kota jangan malu-maluin atuh." ucap pak tua itu sambil menatapnya dengan ekspresi mengejek.

What the fuck! Emerald membulatkan matanya apa-apaan ini wajah cantik blasteran gini di bilang dari kampung?! Hell no! bukan dia banget!

Emerald yang kampungan atau bapak ini terlalu bego, tak bisa membedakan mana wajah kampungan dan mana wajah kota? bahkan si Bona di sekolahnya pun bisa membedakannya. Well, dia memang saat ini tidak punya uang, tapi itu dikarenakan uang jajannya habis, coba saja ia mengadu pada mommy nya kelakuan pak tua ini pasti mommy nya akan marah dan bersiap memberikannya uang lebih, bahkan ia dengan tidak sungkan akan melemparkan uang itu di depan bapak tua sok kekotaan ini!

Ia memasukkan kembali uang koin miliknya kedalam sakunya,melipat kedua tangannya di di dada. Ia meneliti penampilan pak tua sok kekotaan itu dari atas ke bawah, kemudian beralih menatap stand penjualannya. Ia tersenyum mengejek. Aura sombongnya kembali datang kepermukaan.

"Pak, kalau bicara itu jangan sembarangan. Kayak nya bapak di sini yang lebih mirip orang kampung bukan saya, cara bicara bapak saja udah keliatan banget kampungannya. Jadi jangan sembarangan ngomong!" Emerald berjalan mencibir dan sesekali mengumpat meninggalkan penjual stand minuman itu tanpa mempedulikan rasa hausnya lagi. Entah kenapa ucapan bapak itu membuat rasa hausnya menghilang.

My ID Is SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang