Chapter 9 || Rasa Ini Mulai Tumbuh.

64 16 14
                                    

•~~~•

.

.

.

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Alhamdulillaah ... atas izin Allah, Pasha bisa melanjutkan cerita ini.

“Ini Tentang Aku, Fathia”

Semoga kalian suka, ya, sama ceritanya. Semoga ada hikmah yang bisa kita ambil dalam cerita ini. Semoga bermanfaat, ya! Aamiin. Btw, cerita ini diikutsertakan dalam event Nulis Novel Bebas (NuNoBe) Noia aiepublisher selama 30 hari. Pasha minta do’a sekaligus dukungannya, ya, dari kalian.

Jangan lupa tetap jadikan Al-Qur’an sebagai bacaan utama dan favorit kita.

Happy Reading!!!

Syukran wa jazaakumullaahu khairan katsiiran, orang baik. 🤍

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

.

.

.

࿐⃨⃔⃕✰••••✯✯••••࿐⃨⃔⃕✰

Mentari pagi saja tergantikan dengan senja di sore hari. Begitupun dengan perasaan, ia bisa saja berubah dengan mudahnya. Karena tak pernah ada hati yang tak berubah.”

࿐⃨⃔⃕✰••••✯✯••••࿐⃨⃔⃕✰

   Waktu terasa begitu cepat. Setelah melewati serangkaian ujian akhir SMA yang melelahkan dan menguras pikiran, murid kelas XII bisa merasa lega. Tugas besar mereka selesai, sebelum ke tahap selanjutnya yang lebih sulit. Entah itu mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri, atau mempersiapkan diri untuk melamar pekerjaan.

   Thia dan Ihsan. Dengan segala usahanya, mereka cukup yakin akan memperoleh nilai yang jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Semua soal bisa dilalui walau ada beberapa yang tersendat.

   Meskipun seusai ujian tidak perlu lagi belajar, para murid kelas XII tetap masuk sekolah. Entah itu untuk mempersiapkan acara perpisahan ataupun membereskan berbagai urusan administrasi.

   “Thia, perasaan lo gimana setelah ujian selesai?”

   Thia menoleh pada Ihsan. “Lega banget, sih, pastinya.”

   Ihsan mengangguk menyetujui. “Iya, gue juga. Lega banget karena sekarang bisa mikirin lo lagi, setelah beberapa hari pikiran gue terkuras untuk soal-soal ujian.” Thia memandang Ihsan hingga matanya menyipit.

   “Seandainya gue nembak lo, lo bakal terima, gak?”

   Thia terbelalak. Tak menyangka Ihsan akan menanyakan hal itu. Sedangkan Ihsan malah tersenyum geli memandang wajah Thia yang menurutnya sangat menggemaskan.

   Thia menggelengkan kepalanya tak habis pikir. “Lo gila? Gue bisa mati kalau lo tembak!” jawab Thia berpura-pura tidak mengetahui maksud dari pertanyaan Ihsan.

Ini Tentang Aku, Fathia [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang