Ini Tentang Aku, Fathia [✓]

Chapter 3 || Dasar Ihsan!

•~~~•

.

.

.

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Alhamdulillaah ... atas izin Allah, Pasha bisa melanjutkan cerita ini.

“Ini Tentang Aku, Fathia”

Semoga kalian suka, ya, sama ceritanya. Semoga ada hikmah yang bisa kita ambil dalam cerita ini. Semoga bermanfaat, ya! Aamiin. Btw, cerita ini diikutsertakan dalam event Nulis Novel Bebas (NuNoBe) Noia aiepublisher selama 30 hari. Pasha minta do’a sekaligus dukungannya, ya, dari kalian.

Jangan lupa tetap jadikan Al-Qur’an sebagai bacaan utama dan favorit kita.

Happy Reading!!!

Syukran wa jazaakumullaahu khairan katsiiran, orang baik. 🤍

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

.

.

.

࿐⃨⃔⃕✰••••✯✯••••࿐⃨⃔⃕✰

“Jika sudah terbiasa melewati badai, lantas kenapa harus terusik oleh gerimis?”

࿐⃨⃔⃕✰••••✯✯••••࿐⃨⃔⃕✰

   Thia memandangi langit-langit kamar sambil merenung. Apakah dia bisa menjalani kehidupannya tanpa sosok Yusuf di sisinya? Baginya, Papahnya itu segalanya. Semenjak kepergian sang Papah, ia merasa hidupnya benar-benar hambar. Tak akan terdengar lagi candaan sang Papah yang mengisi harinya. Tak akan ada lagi perintah sang Papah yang selalu dibantah olehnya.

   Seberkas kenangan tiba-tiba saja singgah. Memori tawanya, sedihnya, kehangatannya, semua seolah masih ada. Namun, beberapa detik setelahnya, ia disadarkan oleh kenyataan. Tanpa sadar, air matanya jatuh meluruh tak terbendung.

   “Thia kangen sama Papah,” gumamnya.

Tok-tok-tok!

   Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Thia segera menghapus air matanya yang menetes membasahi pipi.

   “Sayang?” panggil Salma dari depan pintu kamar Thia yang tertutup.

   Thia menghampiri Salma dan membukakan pintu untuknya. Setelah pintu terbuka, wajah cantik yang mengenakan jilbab warna abu-abu itu pun muncul.

   “Mamah boleh masuk?” Thia terkekeh pelan mendengar pertanyaan Salma. Masa iya tidak boleh? Ini, kan, rumah kedua orang tuanya.

   “Boleh, dong, Mah.” Thia mengikat rapi rambutnya kemudian duduk di tepi ranjang. Salma menyusulnya.

   “Kamu habis nangis, ya?”