•~~~•
.
.
.
Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Alhamdulillaah ... atas izin Allah, Pasha bisa melanjutkan cerita ini.
“Ini Tentang Aku, Fathia”
Semoga kalian suka, ya, sama ceritanya. Semoga ada hikmah yang bisa kita ambil dalam cerita ini. Semoga bermanfaat, ya! Aamiin. Btw, cerita ini diikutsertakan dalam event Nulis Novel Bebas (NuNoBe) Noia aiepublisher selama 30 hari. Pasha minta do’a sekaligus dukungannya, ya, dari kalian.
Jangan lupa tetap jadikan Al-Qur’an sebagai bacaan utama dan favorit kita.
Happy Reading!!!
Syukran wa jazaakumullaahu khairan katsiiran, orang baik. 🤍
Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
.
.
.
࿐⃨⃔⃕✰••••✯✯••••࿐⃨⃔⃕✰
“Semakin tinggi ‘ilmumu, semakin tertutup pakaianmu dan semakin baik akhlaqmu. Maka, semakin takut pula laki-laki mempermainkanmu. Karena ketika dia ingin mempermainkanmu, hadapannya bukan lagi orang tuamu, tetapi yang menciptakan dirimu.”
࿐⃨⃔⃕✰••••✯✯••••࿐⃨⃔⃕✰
Bel pulang sekolah berbunyi, menandakan bahwa kegiatan belajar mengajar telah usai. Semua murid berhamburan, buru-buru pergi dari tempat belajar mereka. Tak sedikit dari mereka yang beralasan karena bosan menghadapi pelajaran, ada juga dari mereka yang ingin cepat pulang untuk mengisi perutnya yang dari tadi sudah keroncongan, meronta-ronta agar segera diisi makanan.
“Gue balik duluan, ya!” ujar Doni pada Thia dan Ihsan. Mereka pun mengangguk mempersilakan.
Seperti biasa, Thia dan Ihsan akan ke luar kelas saat keadaan mulai sepi. Mereka sengaja pulang lebih lama dari teman-teman yang lainnya. Karena keduanya tidak begitu menyukai keramaian.
“Yuk!” ajak Ihsan saat kelas dan koridor sudah tidak ramai.
Thia bangkit dan mengambil tasnya. Mereka pun berjalan beriringan ke luar kelas. Langkah mereka terpisah saat Ihsan hendak mengambil sepeda motornya di parkiran. Sedangkan Thia langsung menuju gerbang.
“Mau pulang bareng?” tanya Ihsan menawari sebelum ia beranjak ke parkiran.
Thia menggeleng. “Gue dijemput Pak Joko.”
“Oh, ya udah.”
“Gue duluan ke depan, ya,” ujar Thia yang diangguki oleh Ihsan.
***
Thia masih setia menunggu kedatangan Pak Joko untuk menjemputnya. Cukup lama ia menunggu. Namun, yang ditunggu tak kunjung datang.
Di sisi lain, Ihsan ikut menunggu tanpa sepengetahuan Thia. Ia hanya ingin memastikan bahwa Thia baik-baik saja. Melihat raut wajah Thia yang sudah kelelahan, ia melajukan motornya mendekati Thia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Tentang Aku, Fathia [✓]
Spiritual📌 WARNING!!! ⚠️ Don't Plagiat! ⚠️ ⚠️ Spiritual - Romance ⚠️ Fathia Salamah 'Ulya, kerap disapa Thia. Gadis yang memantapkan hatinya untuk hijrah, setelah ia kehilangan sosok belahan jiwa. Terlebih lagi adalah cinta pertamanya, Papahnya. N...