Chapter 2 || Kehilangan Sang Belahan Jiwa.

178 112 6
                                    

•~~~•

.

.

.

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Alhamdulillaah ... atas izin Allah, Pasha bisa melanjutkan cerita ini.

“Ini Tentang Aku, Fathia”

Semoga kalian suka, ya, sama ceritanya. Semoga ada hikmah yang bisa kita ambil dalam cerita ini. Semoga bermanfaat, ya! Aamiin. Btw, cerita ini diikutsertakan dalam event Nulis Novel Bebas (NuNoBe) Noia aiepublisher selama 30 hari. Pasha minta do’a sekaligus dukungannya, ya, dari kalian.

Jangan lupa tetap jadikan Al-Qur’an sebagai bacaan utama dan favorit kita.

Happy Reading!!!

Syukran wa jazaakumullaahu khairan katsiiran, orang baik. 🤍

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

.

.

.

࿐⃨⃔⃕✰••••✯✯••••࿐⃨⃔⃕✰

“Cepat atau lambat, kita pasti akan merasa kehilangan. Karena hidup di dunia, tidaklah abadi. Kehidupan yang sebenarnya hanyalah di akhirat nanti.”

࿐⃨⃔⃕✰••••✯✯••••࿐⃨⃔⃕✰

   “Assalaamu’alaikum!”

   Thia melangkahkan kakinya memasuki rumah saat pulang dari sekolahnya. Thia melihat Salma sedang menggenggam ponsel. Sepertinya, ada yang menghubunginya. Namun, ada yang membuat Thia heran. Mengapa Mamahnya terlihat begitu lemas dan pucat?

   “Mah?” panggil Thia sambil mendekat pada Salma. Namun, Salma diam dan tak menggubris panggilannya.

   “Mamah kenapa?” Salma masih diam tak menjawab pertanyaan Thia. Pandangannya lurus ke depan, menatap sayu. Thia pun langsung meraih ponsel dari tangan Salma.

   Hallo? Ini siapa, ya?”

   “Kami dari pihak rumah sakit, ingin memberi tahu bahwa Pak Yusuf mengalami kecelakaan. Kami mengetahui nomor Ibu dari ponselnya Pak Yusuf,” jawab seseorang dari sebrang sana.

   “Apa?! Di rumah sakit apa, Sus?” paniknya.

   Thia melihat ke arah Salma yang masih menangis. Ia sungguh tak tega melihatnya.

   “Baik, kami segera ke sana. Terima kasih,” lirihnya. Setelah mengetahui hal itu, Thia langsung memutuskan panggilannya.

   “Mah, ayo kita ke sana sekarang!” ajak Thia.

   “Iya, sayang. Mamah benar-benar takut!” isaknya.

   “Mah, Mamah tenang, ya? Papah pasti kuat, kok. Papah gak akan kenapa-napa. Thia yakin itu, Mah,” ujar Thia meyakinkan Salma. Meskipun, ia sendiri tidak yakin dengan ucapannya.

Ini Tentang Aku, Fathia [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang