Chapter 4 || Jantung Hati Sang Papah.

139 104 50
                                    

•~~~•

.

.

.

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Alhamdulillaah ... atas izin Allah, Pasha bisa melanjutkan cerita ini.

“Ini Tentang Aku, Fathia”

Semoga kalian suka, ya, sama ceritanya. Semoga ada hikmah yang bisa kita ambil dalam cerita ini. Semoga bermanfaat, ya! Aamiin. Btw, cerita ini diikutsertakan dalam event Nulis Novel Bebas (NuNoBe) Noia aiepublisher selama 30 hari. Pasha minta do’a sekaligus dukungannya, ya, dari kalian.

Jangan lupa tetap jadikan Al-Qur’an sebagai bacaan utama dan favorit kita.

Happy Reading!!!

Syukran wa jazaakumullaahu khairan katsiiran, orang baik. 🤍

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

.

.

.

࿐⃨⃔⃕✰••••✯✯••••࿐⃨⃔⃕✰

“Wanita itu mempunyai dua pilihan. Menjadi sebaik-baiknya perhiasan dunia, atau menjadi seburuk-buruknya fitnah dunia.”

࿐⃨⃔⃕✰••••✯✯••••࿐⃨⃔⃕✰

   Malam hari pun tiba. Malam tidak datang sendiri, ia ditemani oleh bulan dan bintang. Mereka setia menemani langit di malam hari yang katanya ‘gelap’ agar bulan dan bintang memberikan cahaya lebih terhadap langit malam. Dan di saat bulan dan bintang lelah, mereka tak muncul pada malam selanjutnya. Lelah karena tak dianggap dan tak dihargai keberadaannya. Meskipun begitu, di malam selanjutnya mereka kembali hadir dengan senyuman yang diberikan bulan serta ramainya bintang. Agar semua orang melihat bahwa mereka begitu berarti, meski memang tak semua orang yang menganggap acuh keberadaannya.

   Thia memandang langit malam melalui jendela kamarnya. Tersenyum hangat menatap ramainya bintang malam. Tak sengaja, ia melihat ada tiga bintang yang saling berdekatan.

   “Itu gue, Mamah dan Papah,” gumamnya. Jari telunjuknya menempel pada jendela kamar, menunjuk ketiga bintang tersebut. Suara ketukan pintu menghentikan aktivitasnya.

  “Thia?” panggil Salma dari luar kamar Thia. Thia menoleh ke arah pintu, lalu menutup gorden kamarnya itu.

   “Iya, Mah!” balas Thia kemudian membukakan pintu kamarnya yang ia kunci dari dalam.

   Pintu terbuka. Menampilkan sosok Salma yang tengah tersenyum kepadanya. “Mamah ganggu kamu?” tanya Salma.

   Thia membalas senyuman itu. “Nggak, kok, Mah. Kenapa?”

   “Yuk, ke kamar Mamah!” ajak Salma

   “Mamah mau aku temani tidur?” tanya Thia membuat Salma tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.

Ini Tentang Aku, Fathia [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang