Chapter 20 || Lembaran Baru Dalam Kehidupan.

40 9 0
                                    

•~~~•

.

.

.

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Alhamdulillaah ... atas izin Allah, Pasha bisa melanjutkan cerita ini.

“Ini Tentang Aku, Fathia”

Semoga kalian suka, ya, sama ceritanya. Semoga ada hikmah yang bisa kita ambil dalam cerita ini. Semoga bermanfaat, ya! Aamiin. Btw, cerita ini diikutsertakan dalam event Nulis Novel Bebas (NuNoBe) Noia aiepublisher selama 30 hari. Pasha minta do’a sekaligus dukungannya, ya, dari kalian.

Jangan lupa tetap jadikan Al-Qur’an sebagai bacaan utama dan favorit kita.

Happy Reading!!!

Syukran wa jazaakumullaahu khairan katsiiran, orang baik. 🤍

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

.

.

.

࿐⃨⃔⃕✰••••✯✯••••࿐⃨⃔⃕✰

“Manusia itu punya dua part dalam kehidupannya, part kebahagiaan dan part kesedihan. Semua itu datang bergantian. Tidak ada seseorang dalam hidupnya terus-menerus merasa bahagia atau terus-menerus merasa sedih. Ini hanya tentang bagaimana dia melibatkan Allah dalam setiap part kehidupannya.”

࿐⃨⃔⃕✰••••✯✯••••࿐⃨⃔⃕✰

   Sejarah telah mencatat, kita (kaum wanita) dianggap seperti barang saja, pada kemegahan peradaban kuno hingga modern. Budaya Arab menganggapmu hanya sebagai objek penderita dan pemuas kaum lelaki. Mereka menganggapmu aib hingga saat kamu terlahir, Bapakmu merasa terpukul dan segera menguburmu hidup-hidup. Juga pada peradaban Romawi, Persia, India, Yunani dan peradaban lainnya sama. Kamu adalah warga nomor dua, layak jadi budak pemuas nafsu kuasa kaum lelaki yang kuat.

   Dalam ajaran Agama, kamu dianggap sebagai sang penggoda, pewaris Sang Bunda Hawa yang membujuk rayu Adam mencicipi buah khuldi. Duhai, betapa kejamnya dunia padamu. Gemerlap peradaban membuatmu makin terjatuh makin dalam ke dasar kegelapan paling dalam. Namun, Allah masih menyayangimu. Gelap itu berangsur-angsur berganti cahaya.

   Saat risalah Islam diemban Sang Utusan Akhir Zaman, berakhirlah kegelapan itu. Dengan syari’at Allah, dituntunlah kamu dari kegelapan menuju cahaya. Lalu kamu diajak melangkah menuju singgasana mulia, hingga kamu dijamin menempati indahnya surga.

   Wahai cantik, saksikanlah. Hanya Islam yang mampu membebaskanmu dari kejamnya perlakuan budaya di setiap zaman dan peradaban. Hanya Islam pula-lah yang akan tetap memuliakanmu selamanya. Maka ambil-lah Islam seutuhnya. Gigitlah ia dengan gerahammu, agar tak pernah lepas darimu. Genggam erat-lah ia meskipun di akhir zaman ini, menggenggamnya ibarat menggenggam bara api. Betapa panas dan susahnya karena rintangan dan godaan terus datang bertubi-tubi.

   Seorang wanita cantik begitu terusik dengan suara berisik yang mengganggunya, siapa lagi kalau bukan Thia? Rupanya, suara itu berasal dari alarm yang semalam sudah ia pasang. Alarm yang Thia pasang masih menyediakan waktu tiga puluh menit menuju pukul tiga. Thia terduduk sebentar sambil mengusap kasar kedua matanya. Kepalanya terasa pening. Sengaja ia memasang alarm tersebut dengan waktu yang lebih awal dari biasanya, mewanti-wanti agar tidak telat bangun untuk tahajjud. Kalau biasanya, saat di Pesantren, pukul tiga pagi barulah mengharuskan ia bangun. Tentu, ia akan dibangunkan oleh Aisyah dan teman-temannya jika telat. Berbeda dengan sekarang. Bicara tentang Pesantren ... ah, sepertinya Thia tengah merindukan suasana Pesantren. Baiklah, alam bawah sadarnya akan bermanja ria terlebih dahulu dengan seberkas memori kenangannya.

Ini Tentang Aku, Fathia [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang