35 - yang sebenarnya

1.3K 136 88
                                    

start: 10/02/19
end: 28/09/20

[republish]

Jam delapan malam.

Sejak sore hujan mengguyur daratan Jakarta dengan intensitas sedang. Dan sekarang, saat malam sudah mulai merajai waktu, air yang turun berangsur-angsur reda. Tinggal lah dingin yang siap membekukan tubuh.

Di balik jas abu-abunya, Taehyung merasakan angin malam ini menyambut kedatangannya. Seperti yang sudah ia rencanakan sebelumnya, ia datang terlambat. Taehyung cukup yakin begitu sampai gedung, ia tidak perlu menunggu lama sampai acara utama pertemuan bisnis ini selesai.

Taehyung memarkirkan mobilnya di pelataran parkir, tepat di sebelas sebuah BMW putih yang juga baru datang.

Yang tidak disangka, cowok bersetelan jas navy blue keluar dari mobil itu terlihat sangat familiar. Ketika mata mereka bertemu dan dia menyuggingkan senyum tengil, tak lupa dengan kedipan sebelah matanya mendadak Taehyung ingin menjatuhkan diri saja dari lantai atas gedung ini.

"Lo ngapain di sini?" tanya Taehyung, terdengar lebih jutek dan menyebalkan.

Jimin melotot, tak terima. "Heh! harusnya gue yang nanya begitu. Lo yang ngapain di sini?"

Taehyung mengedikkan bahu. "Ya, suka-suka gue."

"Ini bukan club yang biasa lo datangin sesuka hati lo. Asal Lo tau ya, boy. Ini isinya orang penting semua, bukan sembarang orang lah pokoknya. Lo liat isi parkiran ini rata-rata mobil mewah semua bjir. Gue bukan bermaksud merendahkan, gue tau betul lo juga termasuk sultan cuman gue ngasih tau aja di dalam nggak bakal ada musik ajep-ajep──"

"Bacot," Taehyung menatap jengah dengan bacotan cowok itu. "Nih, gue punya undangannya. Puas lo?!"

"Jadi lo... Ah, bagus deh gue jadi punya temen heheh."

Mengabaikan kalimat Jimin, keduanya masuk ke dalam gedung tersebut. Pesta dengan konsep luxurious itu terlihat dipenuhi oleh tamu laki-laki dari kalangan konglomerat yang mengenakan jam tangan mahal dan tamu perempuan yang mengunakan aksesoris serta menjinjing tas bermerek. Kemudian matanya menyapu seluruh ruangan.

Jimin yang memerhatikan Taehyung yang sedari tadi celingak-celinguk mencari seseorang di buat penasaran, sehingga ia ikut mencari-cari padahal dirinya tak tahu apa yang sedang dia cari.

"Lo lagi cari siapa sih?"

"Bokap."

"Kenapa nggak lo coba telepon?"

Taehyung diam, melirik Jimin dan berkata. "Tumben otak lo berguna."

Lalu ia segera mengeluarkan ponselnya dan baru saja berhasil membuka passwordnya, sebuah panggilan masuk dari Papanya tertera di layar ponselnya. Dan segera menerima panggilan tersebut.

"Halo."

"Udah sampe?"

"Iya, Papa dimana?" Tanya Taehyung sambil mengedarkan pandangan lagi.

"Papa ada di lantai dua, kamu bisa menyusul ke sini."

"Oke."

Setelah panggilan diakhiri, Taehyung kembali memasukan ponselnya ke dalam saku lalu menghela nafas panjang.

"Gimana?"

Taehyung menoleh ke samping, melirik Jimin yang baru saja bertanya kepada dirinya. "Aman, bokap ada di lantai dua," jawabnya. "Tapi ngomong-ngomong di mana bokap lo, Jim?"

"Noh, ada di meja barisan ke tiga." Dia menunjuk kearah pria berjas hitam yang berada di meja bundar. Cowok itu kemudian melanjutkan, "Kalau acara kaya gini gue pasti di paksa buat ikut padahal lu tau sendiri gue orangnya kek gimana. Pakai jas begini gue berasa kaya mau kawin mana gue dua kali lipat jadi lebih ganteng gila."

 INTERESTED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang