19 - kenyataan

4.5K 255 62
                                    

start: 10/02/19
end: 28/09/20

[republish]

Padahal kamu diam tidak berkata apa-apa, tapi mengapa sangat menyakitkan?

──Haira Venuziella──

Hari ini cuaca begitu panas. Jakarta yang selalu padat oleh kendaraan yang berlalu lalang tampak terlihat kecil jika di lihat dari atap

Dari sini Taehyung bisa melihat semuanya dengan jelas. Sekolahnya memang memiliki atap yang begitu menjulang tinggi serta lahan atapnya luas seperti lapangan. Namun atap sekolah tidak berpenghuni alias sepi. Jarang murid sini singgah ke atap, karena mereka lebih memilih tempat yang sudah disediakan seperti kantin, perpus dan taman mini di belakang sekolah yang jauh lebih adem dan nyaman dari atap. Tetapi berbeda dengan cowok bersurai hitam itu. Dia lebih menyukai tempat sepi yang jauh dari keramaian.

Tempat ini sudah menjadi tempat singgah ke duanya setelah uks untuk menghabiskan jam kosong dan jam istirahat. Taehyung akan menggunakan waktu tersebut untuk tidur atau merokok. Padahal bisa saja Taehyung bermain game sepuasnya namun WiFi sekolah tidak tersambung sampai ke atap.

Taehyung menghembuskan nafas. Membuang rokoknya sembarang lalu berbalik untuk merebahkan tubuh di kursi yang sudah di tata olehnya untuk dijadikan tempat tidur.

Tetapi tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Taehyung merogoh sakunya lalu dia melihat ada nama Jin. Cowok itu pasti ingin menanyakan keberadaannya karena memang saat bel istirahat Taehyung langsung nyelonong keluar kelas tanpa pamit dulu pada teman absrud-nya itu.

"Lo dimana, kampret?" Semburan langsung terdengar saat panggilan Taehyung angkat. Cowok itu mendengus. Tuhkan, dugaan Taehyung benar kan.

"Apa?" ucapnya sedikit malas. Mencari posisi nyaman untuk merebahkan tubuh. Samar-samar Taehyung mendengar suara hembusan nafas dari seberang.

"Lo dimana, curut?"

Taehyung berdecak. Mengumpat kasar pada Jin karena suara cowok itu sangat melengking. "Atap."

"Lah si anjing dicariin malah enak-enakan di loteng. Cepetan sini njir. Kita di kantin."

"Mager nying," Taehyung menjauhkan ponsel dari telinganya. Mematikan sambungan begitu saja, lalu memasukan benda tipis itu ke dalam saku celananya.

Masa bodo jika dikatakan tidak sopan atau dia di maki-maki oleh Jin. Taehyung hanya sedang ingin sendiri dan tidak ingin diganggu. Pikirannya penuh dengan banyak hal. Makanya ia memilih untuk mengasingkan diri ke atap dari pada bergabung dengan teman-teman yang malah akan menambah rasa pusing di kepalanya.

Mungkin bekas efek semalam masih belum benar-benar hilang, begitu pikirnya.

Kini Taehyung langsung menaruh satu tangannya dibelakang kepala untuk dijadikan ganjalan sementara tangan yang lain dia letakan di perut. Matanya pun perlahan terpejam dan hembusan angin pun menerjang wajahnya.

Mungkin dengan memejamkan mata, perlahan rasa pening di kepalanya hilang. Setidaknya ada keringanan di kepalanya saat bangun sebelum dia melanjutkan harinya yang masih panjang ini.

Rambut hitam milik Taehyung terus terhempas saat angin tanpa izin melintas mengacak-acak rambut hitamnya, membuat rambut gondrongnya itu sebagian menutupi mata. Namun, cowok itu sama sekali tak terusik malah dengan senang menikmati kipas alami itu.

Tiba-tiba suara derap langkah terdengar di Indra pendengarannya. Taehyung mengabaikan. Mencoba tak peduli dengan merapatkan matanya agar kembali masuk ke alam mimpi. Tetapi, semakin lama semakin terdengar jelas.

 INTERESTED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang