38. toxic

304 30 16
                                    

Lidah adalah racun di saat kata-kata nya bisa membunuh bagi yang mendengar nya
Dan telinga bisa menjadi bumerang saat apa yang ia katakan tidak sesuai dengan yang ia dengar.

***

Mungkin kata-kata yang keluar dari mulut park jimin saat ini adalah racun bagi jungkook, jimin sangat egois hanya memikirkan perasaan nya tanpa memikir kan orang lain, memang jiwa nya saat ini di penuhi dendam, ingin menjadi psycopat dan membunuh keluarga jungkook sekaligus tanpa sisa, namun ia lebih memilih menjadi pembunuh berdarah dingin, perlahan namun pasti, jika saja ia tahu kebenaran nya mungkin semua tidak akan terjadi, kebenaran bahwa ayah nya mati bunuh diri bukan di bunuh.

"Kemana saja kau selama ini nak? Eomma merindukan mu"wanita paruh baya itu berlari kecil  menghampiri jimin dan memeluk nya"aku pergi untuk membalaskan dendam appa"jimin melirik dengan seringaian kearah jungkook. jungkook pun juga sama menatap nya seolah ingin menghabisi nya saat ini.

"Kenapa eomma menganggap pembunuh itu anak mu?"walau pun tidak bisa melihat keadaan sekitar namun somi masi bisa mendengar jelas semua obrolan orang' yang ada di ruangan itu, tidak mengerti maksud dari anak nya ibu dua orang anak itu hanya mengerutkan dahi nya bingung. Pembunuh ?

"Dia oppa mu yang kita cari selama ini somi"

Somi tersenyum, bukan sebuah senyuman senang atau terharu melain kan sebuah smirk dan menggeleng tak percaya"aku tidak memiliki oppa pembunuh eomma"

"Ya park jimin, dia sedang buta, tolong jangan memperburuk keadaan dan kondisi nya"jungkook menatap jimin was-was. "Kenapa jungkook kau takut semua nya tahu"

Taehyung terbangun dari tidur nya setelah mendengar kegaduhan, duduk menatap beberapa orang di depan nya saat ini.

"Kita perlu bicara empat mata jimin"jungkook merasa posisi nya tertekan saat ini"semua yang terjadi tidak benar"

"Bilang saja kau tak ingin dia tahu kan, bahwa appa mu telah membunuh appa nya"

Seketika apa yang baru terucap dari mulut jimin membuat suasana hening
Jungkook merasa nafas nya tercekat, menatap somi dengan sedikit raut panik.

"Appa mu telah membunuh appa nya, apa kurang jelas"jimin beralih menatap somi walau somi tidak bisa melihat tatapan nya itu"kau boleh tidak percaya bahwa aku oppa mu, karena aku tahu sulit menerima ku karena sikap ku selama ini, tapi satu hal harus kau ketahui, aku begini karena ingin membalas dendam appa mu yang mati di bunuh oleh appa nya, laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi suami mu ini"jimin beralih menatap jungkook lalu ibu nya"maaf kan aku eomma"jimin berjalan meninggalkan ruangan yang penuh ketegangan itu.

Somi terdiam mencerna semua omongan yang baru saja ia dengar berbarengan dengan air mata yang keluar begitu saja dari sudut mata nya"tinggal kan aku di sini sendiri, aku ingin sendiri, aku mohon"

Eomma somi yang mengerti keadaan anak nya pun memberi kode kepada mereka untuk keluar sampai suasana kembali tenang.

Jungkook berjalan cepat mencari keberadaan jimin, namun keberadaan sudah jauh dari lokasi gedung rumah sakit dengan sebuah mobil hitam melaju dengan kecepatan tinggi, jungkook mengepal kan tangan nya, memukul dinding dengan kepalan tangan nya, ya mungkin tangan jungkook tidak baik-baik saja saat ini.

Serasa keadaan cukup membaik jungkook mencoba melangkahkan kaki nya yakin, apa pun keputusan somi baik dia percaya atau tidak nanti nya, jungkook membuka pintu lalu menutup nya pelan seraya tersenyum kektika melihat kekasih nya itu baik-baik saja"gi mana kondisi mu sayang"somi menatap lurus kedepan tidak bergumam sedikit pun.

Jungkook meraih tangan somi mengelus begitu lembut sampai somi menyentak tangan nya dari genggaman jungkook"pergii..!!"

"Sayang aku—"

"Aku bilang pergi, apa kau tak mendengar"

"Semua yang jimin katakan tidak benar, aku bisa menjelaskan nya"

"Aku membenci appa mu, kau dan juga eomma mu, kalian pembunuh, sekarang pergi"somi terisak berbicara dengan suara yang bergetar, tangan nya refleks meraih cincin lalu melepas nya, somi mencoba meraih tangan jungkook yang tak jauh dari nya dan menyerah kan cincin yang merupakan pembuktian dari cinta mereka selama ini"ambil benda itu aku tidak butuh, anggap semua tidak pernah terjadi—sekarang pergi lah, aku tidak melarang mu mencari wanita mana pun lagi"

Jungkook menggenggam cincin yang kini ada di tangan nya itu begitu erat, hal ini tak pernah ia bayangkan sebelum nya, jungkook memundurkan langkah nya membiarkan somi terus terisak, tak mungkin lagi bagi nya meyakin kan karena gadis itu pasti sudah sangat membenci nya.

Setelah kepergian jungkook dari ruangan itu, somi terisak sangat sakit, jemari nya menggenggam kuat selimut, dada nya terasa sesak dengan perasaan yang sulit di jelas kan, takdir begitu kejam bagi nya.

Melihat anak nya histeris sang ibu yang baru datang pun langsung memeluk anak nya itu sambil mengelus rambut dan menenangkan nya"eomma ini tidak adil, kenapa mereka tega, kenapa?"

"Tenang kan diri mu, ini tidak seperti yang kau pikirkan"

"Aku benci jungkook, tolong jangan biarkan dia untuk menemui ku lagi eomma"

Wanita paruh baya itu juga terisak ia tahu seperti apa penderita anak nya itu saat ini.


Ruangan kamar yang semula rapi kini berantakan, buku-buku yang semula tertata kini berserak di lantai, lampu kaca mini yang biasa terletak di nakas hancur tak berbentuk, kasur yang berantakan dan beberapa botol minuman wine yg berserak di lantai menggambarkan hancur nya perasaan seseorang, jungkook terduduk di lantai bersandar pada dinding kedua lutut yang di tekuk dan beberapa jari tangan yang berdarah karena benturan keras ke dinding.

Satu hal yang bisa di jelaskan saat ini, hancur, sehancur hancur nya, jungkook kacau, setengah jiwa nya seolah mati, hilang saat ia kembali mentap cincin yang masi ada di genggaman nya saat ini, jika mengiat bagai mana somi membenci nya sungguh ia tak bisa membayang kan, jungkook kembali terisak menjambak rambut nya prustasi.













Tbc...

Abaykan typo, lagi sibuk tapi ngebet up

LDR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang