0.9

404 192 93
                                    

Percakapan-percakapan orang sekitar mengambang di udara, dibawa melesat angkasa oleh deru angin yang kian membelai dedaunan nestapa.

Suara lelaki memecah perhatianku dan jeno tatkala ia menyapaku dengan nada terheran.

"Loh ja? Lo ngapain disini?"

Aku dan jeno serempak menoleh, mendapati seorang pria dengan kulit agak gelap kini menatapku dengan mata menyipit curiga.

Benar, itu hyuck. Si menyebalkan yang entah bagaimana malah punya sedikit darah yang sama seperti yang dimiliki ren.

Dengan tak tahu malunya, ia malah duduk di kursi samping aku dan jeno yang berhadapan. Pria dengan kulit agak gelap itu memandangi kami bolak-balik, persis seperti hendak menginvestigasi.

"Lo ngapain disini?" tanya jeno padanya.

Oh, aku lupa pada fakta bahwa jeno dan hyuck itu berada di kelas yang sama.

"Ngemis mungkin?"

"Hah?" sahutku.

Hyuck balik menatapku. "MENURUT LO GUE NGEMIS DISINI? KAGALAH, GILA AJA COWO GANTENG KAYA GUA MAU NGEMIS NGEMIS! NAJIS!"

Aku menutup mata, mencoba menahan amarah pada hyuck yang tiba-tiba meneriakiku dengan suaranya yang menyebalkan. Tanganku sudah mengepal kuat dibawah meja, bersiap memukul pipi kanannya yang begitu mempesona untuk dijadikan landasan tinjuku.

Kalau tidak ada jeno sekarang, sudah jelas aku dan hyuck akan berakhir berkelahi di cafe ini. Aku hanya meneguk matcha latteku rakus, menghindari pandangan dari hyuck sebab aku tak ingin jeno merasa bahwa aku gadis yang aneh.

"Lo kenapa tereak gitu, sih?" tanya jeno.

Ia mengedikkan bahu, menunjukkan ekspresi mukanya yang tak tahu malu itu. "Gaada, enak aja ngegas di muka nih cewe."

"Anjing.." aku mendesis pelan. Pelan sekali hingga kurasa mulutku tak bergerak, namun hatiku kerap berteriak umpatan itu.

"Nah gimana nih. Kalian berdua ngedate? Jadian gitu?"

Ia kembali membuka mulut, membuat tanganku semakin gatal untuk meninju nya. "Lo kenapa sih hyuck? Kenapa tiba-tiba muncul gini, coba?" tanyaku akhirnya.

"Loh, sans dong mbak. Kan ini tempat umum, kenapa malah ngusir gue? Emang lo manajer cafe ini?"

Haduh, ingin sekali ku remas bibirnya agar ia tak lagi dapat berucap barang sepatah katapun kepadaku.

"Udah-udah. Lo daritadi jutek mulu ke jarim, deh, hyuck," ucap jeno menengahi. "Lo gangu kita ngedate nih. Tadi udah lumayan romantis, lo dateng malah hancur deh suasananya," ungkap jeno.

Aku tersenyum kecil. Kudapati hatiku berbunga karena jeno bilang kami sedang ngedate saat ini. Belum lagi ia bilang suasana kami romantis, kupikir ia hanya menggombal sebab bosan karena tak ada bahan percakapan.

"Dih dih dih!!!"

Senyumku memudar lagi, kutatap garang pemilik suara yang kini tengah mencemoohku dengan pandangannya.

"Senyum-senyum kenapa lo? Sakit jiwa lo?" ia menghardikku.

Aku menatap jeno sebentar, mencoba mengajaknya untuk segera mengusir si bodoh donghyuck dengan segala bentuk bacotannya.

"Kita mau cabut nih. Udah lama juga disini. Lo mau disini aja?" tanya jeno sambil mengajakku bangkit.

Donghyuck menyenderkan punggungnya pada sandaran besi bangku, matanya lagi-lagi menyipit menatap kami berdua, "Emang gue boleh ikut?"

"Nggak!" aku refleks menjawab keras.

Jeno dan donghyuck bahkan sampai terdiam menatapku yang tiba-tiba seperti orang gila. Jeno tertawa kecil, menggenggam tanganku sembari sebelah tangannya lagi mengelus puncak kepalaku. "Tuh denger, gaboleh ikut. Kita pergi ya."

REN ✔ | NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang