2.6

357 112 9
                                    

"Ada yang lebih menyakitkan dari sekedar ditinggalkan dan dilahap kenangan. Yakni saat mencintai, namun tak dapat menyampaikan."
.

••Play the music on mulmed••
.

Jaehyun mendorong pintu, melakukan sesuatu pada televisi besar di dalam kamar milik Jarim. Namun kebisingan itu seolah hanya angin lalu bagi tubuh yang sedang duduk lurus menatap keluar jendela. Pemilik tubuh itu hanya diam, sebagaimana hari-hari miliknya sebelumnya.

Jaehyun selesai dengan urusannya, tangannya kini siap sedia memegang remote tv. Sebelum hendak memutar sesuatu di dalam sana, ia menghela napas kasar melihat betapa gadis itu seperti kehilangan setengah jiwanya.

Duduk diam, termenung tanpa peduli apapun yang terjadi di sekitarnya.

Jaehyun akhirnya menyerah memandangi tubuh putus asa itu, kemudian dengan segera menekan tombol play sehingga video yang sudah di siapkan secara terburu-buru itu dapat dengan segera menyapa indra milik Jarim.

"Ja..."

Suara familiar, mengetuk hati sang gadis yang terduduk dalam diam. Pandangan kosongnya menyapu, seolah panik dan terbingung-bingung.

Dia... Menyukainya.

Saat menemukan sosok itu dalam televisi di kamarnya, tubuh putus asa itu segera beranjak menuju depan kasur, duduk dengan mata yang kian berair sambil tetap fokus menghadap televisi.

Benarlah perkataan dokter yang merawatnya itu, benarlah bahwa satu-satunya yang dapat membuka kungkungan penuh menyesakkan itu hanyalah dengan melihat wajah sang empunya.

"Ja... Kamu apa kabar?" tanya Ren, bibirnya tersungging menggemaskan.

Senyum seindah bulan sabit yang gadis itu rindukan. Pandangan kosong miliknya berganti, tak mencerah atau ceria secara signifikan, namun, ia bisa rasakan emosi yang mengalir pada dirinya.

Rasa rindu yang bercampur aduk dengan perasaan lain, menggiring air mata menutupi pandangan gadis itu. Pelan-pelan rintiknya jatuh membasahi bajunya, membuat tubuh yang kian mengurus itu bergetar dalam tangis.

Terdengar tawa Ren mengalun pelan, sepertinya ia agak canggung merekam video ini. Namun senyumnya tampak menyedihkan di mata Jarim, senyum pria dengan topi hitam dengan rambut kuning mencuat itu tampak terlalu dipaksakan.

"Kamu rajin belajarnya? Gimana sekolah kamu...?" Ren kembali membuka mulut, bertanya dengan wajah polos miliknya.

Setiap kata yang menyeruak keluar dari mulut pria albino itu nyatanya mampu menggiring setiap bulir air mata yang memaksa keluar dari pelupuknya. Hati gadis itu sakit, seperti diremas-remas oleh sesuatu yang fana saat ia lihat pria favoritnya menggelar senyum menggemaskan dengan sejuta arti miliknya.

Jarim mengerti, pria albino itu terlalu berharga untuk disakiti.

"Em... Disini aku cuman mau bilang, aku belum bisa nemuin kamu..." ucapnya pelan. "...Ja, tau gak? Aku pergi keluar kota hanya untuk memeriksa min kacamata, loh!"

Ren menyunggingkan tawanya lagi, tampak polos dan begitu lemah. Bibir merah yang sedari dulu menghiasi wajah kecil itu kini berganti warna, memucat entah kenapa.

Jarim mengangguk pelan, seolah tubuh setengah jiwanya sudah mendapatkan lagi jiwa setengah lagi yang kemarin hilang. Ia bersikap seolah memang benar Ren yang menyapa netranya secara langsung, seolah dapat menggenggam sang albino dari jarak yang lebih dekat dari sebelumnya.

"Ja..." pria dalam video itu memanggil lagi, kepalanya kini tampak menunduk, menyembunyikan raut ekspresi disebalik topi hitam yang menghiasi kepalanya.

REN ✔ | NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang