1.7

360 141 39
                                    

"Aku berbicara lagi dengan bulan di malam hari, belajar banyak soal bagaimana menghargai diri. Rembulan tanpa cahaya itu tersenyum teduh, mengajariku penuh telaten. Tapi, tahu tidak? Aku tetap tertipu dengan cahaya lain yang lebih menarik."

•••••

Author POV

7 Agustus 2016

Ren berjalan pelan, membelah kerumunan dan pandangan dari beberapa orang disekitarnya. Satu dua berbisik, menunjuk-nunjuk dirinya sembari tertawa-tawa.

Ren mengeratkan pegangannya pada tali tas miliknya, mengulum bibir dari masker yang memang biasa ia kenakan.

Jantung pria albino itu berdegup kencang, merasa gugup tak tahu mengapa. Lama kelamaan, langkah kakinya bagi memberat sedangkan pikirannya mulai berspekulasi macam-macam.

"Oh, pantes aja pake jaket..."

"Katanya kan cacat."

"Haha posturnya aja kurus banget! Iyalah, cocok juga jadi orang cacat kaya gitu!"

"Cacat kan?"

"Cacat...!"

Ren mempercepat langkah kakinya. Saat ini, lebih baik segera sampai dikelas, begitu pikirnya.

Ketika ia melangkahkan kakinya di dalam kelas, sebuah benda tiba-tiba melayang dan menghantam kepalanya. Pria albino itu terhuyung, menabrak pintu coklat disampingnya.

Ia menunduk, menatap sapu yang mereka gunakan untuk melemparnya.

Ren menoleh, mendapati Jeno tersenyum miring sembari datang memungut sapu itu.

"Sorry, lo kan cacat, ya. Mana bisa nangkep sapu terbang," ucap pria itu.

Ren menarik napas dengan berat, mencoba menghilangkan sesak di dadanya. Belum lagi sakit di lehernya sebab terhantam oleh gagang sapu tadi.

"Iya..." balas Ren pelan lalu lanjut berjalan ke arah bangkunya.

Setiap kali pria albino itu melangkah, seluruh kelas seakan tertuju dan melihatnya. Mereka lanjut lagi berbisik, bahkan ada yang terang-terangan mengatakan cacat padanya.

Benar, firasat Ren sudah benar dari tadi. Sejak pertama kali ia melewati pagar sekolah dan melihat banyak orang mulai menaruh perhatian padanya, Ren tahu bahwa ada yang tak beres.

"Haduh! Jaket lo buka dong!" seseorang datang, menarik tudung Hoodie dari belakang hingga Ren tercekik sebentar.

Ren berbalik, mendapati Chenleㅡ anak pejabat sekolahㅡ menatapnya benci.

"Bener tuh, buka kenapa, sih? Ganggu pemandangan orang aja, dasar sampah!" sahut Jisung.

"Haha, sampah mah terlalu bagus. Mana ada sampah cacat di dunia ini!" balas Jeno.

Ren menunduk, mencoba menutup telinganya pada kejadian ini. Ini cuma mimpi, begitu pikirnya untuk menenangkan diri. Ia tak cacat, kok. Mereka tidak sedang menghina dirinya.

Benar... Ren tahu itu...

Ren tersenyum kecil, memaksakan bibirnya membuka lebar agar ia bisa lebih percaya bahwa saat itu ia tidak sedang diganggu.

Kursi di depan Ren berderak, sang pemilik sudah datang.

Hyuck, sang sepupu, hanya datang dan duduk sambil menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya. Ia jelas dengar gosip hangat pagi ini, sangat mudah mengetahuinya.

Beberapa orang teman main club nya mengabarinya kalau hari ini hendak mencelakai Ren. Hyuck sendiri tidak peduli, terlepas apakah ia memang sepupu pria albino itu atau tidak, yang jelas Hyuck sudah muak padanya.

REN ✔ | NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang