2.2

341 116 24
                                    

Play the music on mulmed, btw,
Thanks for the advice!
ilvu24srnghehe

•••••
"Kamu mengerti, bahwa harapan tak sejalan dengan keinginan. Bahwa melepaskan pun tak selalu berarti mengikhlaskan."
•••••

Aku berdiri, mendongak menatap gedung sekolahku di malam hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berdiri, mendongak menatap gedung sekolahku di malam hari. Betapa sesak hatiku, masih terbayang bagaimana kejadian-kejadian yang secara cepat merambat masuk ke otak dan pikiranku.

Dengan satu tarikan napas pelan, aku mulai menaiki tangga, malam ini harus kukatakan pada sang rembulan bahwa aku menyesal melakukan semuanya.

Pria itu benar, semua yang dia katakan tak salah. Kini penyesalan merasuk pelan kedalam jiwaku, pelan-pelan mencekik leherku hingga rasanya sulit sekali bahkan hanya dengan bernapas.

Aku bodoh, tetap bertahan pada hubungan yang aku tahu takkan benar-benar berakhir baik. Meninggalkan orang sebaik Ren demi orang lain yang bagus rupanya, apa aku sudah gila?

Derap langkahku mengiring di terowongan yang remang-remang. Pria albino itu pastilah punya alasan hendak bertemu di gedung sekolahan.

Aku menarik napas, berulang kali mencoba untuk tidak menangis saat membayangkan betapa menyakitkannya ketika Ren diseret dan dipermalukan di lorong ini.

Ia tak melawan, dengan pasrah ia ikuti segala tindak-tanduk lelaki berparas rupawan berhati iblis di sekitarnya. Bahkan hebatnya lelaki itu tak membalas segala yang ditimpakan padanya.

Ia hanya diam, seolah memang sudah terbiasa.

Bagaimana mungkin tubuh mungil penuh ringkih itu begitu kuat? Sedangkan bagi diriku, di hujami beribu macam hujatan sudah sangat menguras akal sehatku. Aku hampir gila, kepalaku dipenuhi beragam macam hujatan tak berdasar yang aku sendiri tak mengerti mengapa.

Langkahku berhenti di depan sebuah ruangan dengan pintu terbuka.

Ruangan ganti murid untuk olahraga. Aku melirik sebentar ke sebuah cctv yang menempel di dinding atas kanan ruangan, kemudian masuk sambil menoleh pelan.

Tak kudapati pria albino itu dimanapun, mungkin ia akan datang setelahnya seperti saat-saat dulu mereka menjelajah bersama.

Aku mengukir senyum pelan, kupaksakan agar terlukis sebab rasanya sudut hatiku sakit saat mengingat kenangan kami.

Mengapa? Mengapa aku begitu naif dan bodoh? Mengapa aku harus meninggalkan sang rembulan hanya untuk mencoba menggapai bintang?

Aku bodoh, bodoh sekali karena membuang segala apa yang sudah kupelajari dari nya, pria albino penyabar itu. Bahkan semalam ia menemaniku menangis dibawah hujan, tak menghiraukan segala macam hujaman pedih yang menimpa kulitnya yang mengelupas.

REN ✔ | NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang