• Lima •

9.6K 881 93
                                        

"Terimakasih Nanon, karena kau pendaftar pertama, kuizinkan kau bebas memilih 3 hari dalam seminggu, kecuali hari minggu, dihari itu nanti jadwalnya menyusul." Suara Bright mulai terdengar disela-sela kesunyian yang diciptakan oleh 2 sahabatnya.

"Aku mau hari Senin, Jum'at, dan Sabtu Phi. Apakah boleh?" Laki-laki yang usianya 2 tahun dibawahnya itu berbicara sambil tersenyum, memperlihatkan lesung pipinya.

"Tentu saja boleh! Biar kucatat ya. Berarti senin depan kau boleh memulai kerja. Ohiya, besok jam 10 pagi, datanglah ke Cafe, kami akan memberikan breefing pembagian shift dan pengarahan bagi pekerja paruh waktu yang belum memiliki pengalaman." Bright menjelaskan dengan lengkap.

"Dan jika kau keluar nanti, bilang pada orang setelahmu untuk menunggu. Aku harus menyadarkan kedua orang ini dulu." Laki-laki bernama Nanon itu melirik dua calon bosnya yang lain dengan pandangan bingung, tak ayal dirinya tetap mengangguk.

Sepeninggalnya Nanon, ruangan itu kembali sepi. Fluke yang memang masih kesal, dan Gulf yang masih memikirkan obrolannya semalam dengan Mew.

"Hei kalian berdua mau terus seperti ini?" Keduanya tersadar dari lamunan masing-masing.

"Sepertinya, aku menyukainya." Itu suara Gulf yang memulai. Membuat Bright dan Fluke langsung menatapnya.

"Yang benar saja. Kau bahkan baru bertemu dengannya kemarin." Fluke akhirnya angkat suara.

"Tidak ada yang terlalu cepat untuk cinta pada pandangan pertama Fluke. Kau tau itu." Gulf memang benar, semalaman suntuk ia sudah memikirkan hal ini. Degup jantung yang tak biasa itu menjadi salah satu bukti nyata bahwa dirinya telah jatuh cinta.

"Dari berita yang pernah kubaca di Internet, laki-laki itu agak player." Bright ikut masuk kedalam pembicaraan.

"Makanya aku tidak berharap banyak. Tapi yang kudengar dari tante Sarocha, dia tidak pernah main-main soal pernikahan. Ia seorang yang pemikir, jika ia menyetujui ini berarti dia sudah mematangkan keputusannya." Sejujurnya, Gulf masih ragu dengan kalimatnya sendiri. Benarkah P'Mew seperti itu?

"Terserah saja. Bilang pada kami jika dia menyakitimu." Fluke segera beranjak dari duduknya.

"Hei kau pikir mau kemana?" Bright yang tau kalau temannya itu mau keluar untuk merokok langsung menarik lengan kekar itu.

"Yang tadi baru pendaftar pertama, masih ada 10 orang lainnya." Fluke yang sadar bahwa dirinya sedang ditengah-tengah sesi wawancara kembali duduk.

"Ngomong-ngomong kita butuh 12 pekerja paruh waktu." Itu suara Fluke.

"Hah? 12?" Gulf dan Bright saling pandang. "Tapi jika dipikir-pikir masuk akal. Cafe kita terhitung Cafe yang besar. Dan ini pertama kalinya kita membuka lowongan. Makanya banyak pendaftar yang datang." Lanjut Bright.

"Setelah kuhitung-hitung, jika 1 orang memilih 3 hari dalam seminggu dan hanya bekerja setengah hari lalu setiap shift nya kita butuh 3 orang, maka yang kita butuhkan adalah 12 orang pekerja paruh waktu untuk membaginya menjadi 2 shift dalam seminggu." Tidak ada yang menyangka kalimat sepanjang itu akan dilontarkan oleh seorang Fluke. Pria yang lebih tua 2 bulan dari mereka itu memang terkenal sebagai 'pria dingin yang irit bicara dengan otak encer'.

"Aku sama sekali tidak mengerti yang kau sampaikan, tapi kalau begitu, intinya semua yang datang hari ini kita terima semua! Beres!" Bright berdiri sambil bergaya sok keren.

Terjebak Perasaan [ MewGulf ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang