[Love Scenario Series - Terjebak Perasaan] 1ST STORY
WARNING! SLOW UPDATE!
••••••••••••••••••••
"Ingat! Aku menikahimu hanya untuk menghindari gosip yang akan mencemarkan nama baik keluargaku dikalangan kolegaku. Jadi jangan berharap banyak atas per...
"Demi tuhan kau tak pernah menceritakan tentang hal ini pada kami Gulf?" Fluke memang jarang berbicara, tapi jika menyangkut persoalan serius tentang Bright ataupun Gulf, Fluke adalah garda terdepan mereka.
"Astaga Fluke! Santai dulu, kita bahkan belum mendengarkan Gulf." Mereka sudah berada di dapur. Sesekali melihat keluar dimana Prem memutuskan membantu mereka menyiapkan meja sambil menunggu dijemput.
"Aku juga baru tau. Mungkin tante Sarocha akan memberitahuku malam ini saat makan malam." Bright dan Fluke tidak melihat raut kecewa atau marah diwajah Gulf. Terlihat terlalu...biasa. Seperti tidak ada berita penting yang baru saja mereka dengar.
"Sekarang pertanyaanku, jika tante Sarocha benar-benar akan menikahkanmu dengan anak pertamanya, apa kamu akan menerimanya?" Lagi-lagi Fluke dibuat kesal dengan temannya yang satu itu.
"Apa ada alasanku untuk menolaknya? Toh aku juga tidak sedang dekat dengan siapa-siapa."
"Gulf, pikirkan perasaanmu sebelum kau memikirkan perasaan orang lain." Itu kalimat terakhir yang mereka dengar dari seorang Fluke, sebelum laki-laki itu berkutat dengan mesin expresso nya.
"Fluke benar. Tapi apapun keputusanmu, percayalah, kita selalu mendukungmu."
Bright berjalan ke dapur setelah melihat sudah ada pelanggan pertama mereka yang langsung dilayani oleh Prem.
"P'Gulf, bagaimana cara menggunakan alat ini?" Perkataan Prem membuat laki-laki jangkung itu tersadar dari lamunannya.
"Kemarilah, biarkan aku yang melayaninya."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jam dinding sudah menunjukan jam 3 sore, Cafe mulai ramai dan belum ada tanda-tanda kedatangan kakaknya.
"Apa dia lupa untuk menjeput lagi?" Prem mendumel sendiri sambil bersandar di dekat kasir.
"Prem jangan cemberut. Kau terlihat terlalu lucu." Suara Bright mengalihkan pandangan Prem dari telepon genggamnya.
"P'Bright! Aku tidak akan tersentuh dengan gombalanmu." Prem kembali melihat handphone-nya. Masih bimbang untuk menelepon kakaknya atau tidak.
Tiba-tiba Ice Choco Belgian sudah terhidang didepannya, membuat laki-laki gembil itu melebarkan matanya senang dan mendapati Fluke sudah kembali berkutat dengan mesin expressonya setelah menaruh minuman manis itu dihadapannya.
"P'Fluke, bagaimana kau tau aku sangat menginginkan ini?" Prem dengan semangat menyeruput Choco Belgian tersebut.
Yang dipanggil namanya melirik sekilas "Sejak tadi kau melihat minuman yang dipesan oleh perempuan itu." Kepalanya mengarah pada sepasang kekasih yang sedang menikmati waktu berdua dengan menu yang sama seperti yang dibuatkan oleh Fluke.