• Enam •

8.8K 870 45
                                    

"Mew! disini!" Seorang wanita—atau laki-laki, Gulf sulit memutuskannya melihat make up yang sangat rapih terpoles indah diwajah asing itu—dengan tampilan yang terlalu elegan, mengalihkan perhatian Mew dan Gulf yang baru memasuki sebuah butik ternama.

"Aunt Vera. Apa kabar?" Bukan ruangan ber-AC itu yang membuat Gulf menegang, bukan juga tatapan introgasi yang dilayangkan oleh wanita tadi, tapi tangan sialan itu yang mengamit pinggangnya tanpa tau malu berhasil membuat Gulf terdiam seribu kata. Lagi-lagi Gulf hanya bisa berdoa agar wajahnya tidak terlalu merah.

"Baik sayang. And who is this lovely boy?" Wanita dengan rambut yang disanggul itu memeluk Mew sebentar lalu memperhatikan Gulf dari atas sampai bawah, membuatnya agak risih diperhatikan seintens itu.

Mew yang menyadari ketidaknyamanan Gulf malah semakin menarik pinggang lelaki muda itu lebih dekat ke tubuhnya. Tentu saja yang ditarik hanya bisa melebarkan matanya. "Kau membuatnya tidak nyaman, Aunt."

"Oh maafkan aku darl. Kenalkan, aku Vera, kau bisa memanggilku Aunt Vera. Aku sahabat Ibu dari bocah ini." Vera yang menyadari kesalahannya segera mengambil lengan Gulf yang terbebas untuk digenggam.

"Tidak apa-apa Aunt Vera. Aku hanya sedikit kaget." Balas Gulf sambil menampilkan senyumnya.

"Oh my god, manis sekali. Siapa namamu sayang?" Jujur, Gulf sangat bingung dengan wanita yang dipanggil Aunt Vera ini. Kenapa tingkahnya sangat hyperactive untuk ukuran seseorang yang usianya sama dengan Ibu Mew?

"Gulf. Dia calon istriku, Aunt." Mew yang menjawab, sambil pelan-pelan melepaskan pegangan Aunt Vera pada lengan Gulf.

"Easy boy. Aku tidak akan merebutnya darimu." Vera sedikit terkekeh melihat Mew yang memperlihatkan sikap posesifnya.

Gulf yang berada diantara mereka hanya bisa tersenyum canggung. Bingung harus melakukan apa, ditambah pinggangnya yang masih dirangkul erat membuat seluruh badannya meremang.

"Kemarilah. Aku sudah menyiapkan setelan untuk kalian berdua. Semuanya ada 4 pasang untuk foto pre-wedding. Dan 2 pasang setelan yang akan kalian gunakan di hari pernikahan masih dalam proses penjahitan. Karena aku sendiri yang merancangnya." Aunt Vera menuntun kedua laki-laki tampan itu menuju ruangan yang lebih kecil dari sebelumnya.

Setelan yang ditunjukan oleh Aunt Vera begitu indah. Sangat terlihat jika pakaian-pakaian disini memang hasil karya designer yang namanya sudah mendunia. Gulf merasa sedikit tidak nyaman, pasalnya dirinya jarang sekali memakai setelan, lain dengan Mew yang hampir setiap hari berlapis setelan.

"Kau suka?" Itu suara Mew yang menyadarkan Gulf dari lamunannya. Dilihatnya Mew yang sudah duduk di sofa dan menepuk pelan sisi kosong disebelahnya.

"Apa tidak terlalu mahal Phi?" Gulf akhirnya membuka suara.

"Kau calon istriku, uangku adalah uangmu juga." Pernahkah sedetik saja Mew menyadari jarak diantara mereka selalu menipis setiap kali laki-laki 29 tahun itu berbicara?

"P'Mew terlalu dekat!" Gulf sedikit mendorong bahu lebar Mew, membuat Mew terkekeh melihat rona merah yang lagi-lagi tergambar jelas di wajah Gulf.

"Cepat cobalah setelannya. Setelah ini kita akan ke Mall untuk memilih cincin." Mew tiba-tiba berdiri dan memanggil salah satu pekerja disana, "Jika kekecilan atau kebesaran, bilang padanya, aku akan menunggu diluar, asistenku sedang kewalahan mengurus meeting sendirian." Sebelum meninggalkan ruangan itu, Mew mengusap kepala Gulf pelan, membuat pekerja yang tadi dipanggil oleh Mew menahan teriakannya. Gulf dapat melihat dari sudut matanya, dan laki-laki itu merasa tidak punya cukup wajah untuk berhadapan dengan pekerja tadi.

Terjebak Perasaan [ MewGulf ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang