9. Maju atau Mundur?

32 9 0
                                    

Suasana kantin sudah ramai, untung saja Elara sudah mendapati tempat karena teman-temannya sudah datang lebih dulu.

Ethan menyapa teman-teman Elara, Tania yang sangat genit pun mengedipkan matanya saat berjabat tangan dengan Ethan.

"Nama gue Tania, mau panggil sayang juga gak apa-apa kok." Elara terkekeh mendengar itu. Sedangkan Ethan hanya tersenyum dan melepaskan jabatan tangan dari Tania.

"Ethan, kamu mau pesan apa?" tanya Elara.

"Samain aja," jawab Ethan.

"Yaudah, aku pesen dulu ya."

"Sekalian punya gue dong, El," kata Rembulan.

"Gue juga." Tania ikut-ikutan bersuara.

"Kalian belum pesen apa-apa?"

Mereka berdua hanya menggeleng.

"Yaudah, oke. Gue pergi dulu," pamit Elara.

"Mau aku temenin gak?" tanya Ethan. Lelaki itu khawatir dengan Elara, takut gadis itu kenapa-kenapa.

Elara menoleh ke arah Ethan dan tersenyum. "Gak usah, aku bukan anak kecil."

Ethan menghela napasnya pelan. "Yaudah, hati-hati."

Elara hanya mengangguk, Tania yang melihat ke-uwu-an mereka pun hanya senyum-senyum dan merasa iri. Kapan dirinya bisa begitu?

"Sisain satu cowok kayak Ethan, Ya Tuhan."

Ethan yang mendengar namanya terpanggil menoleh ke arah Tania. "Iya, ada apa?"

"Ah ... enggak kok, Than." Tania tersenyum sembari menunjukkan deretan giginya. Rembulan yang menyaksikan itu hanya bisa mendelikkan matanya, memang gadis itu terlalu cuek dan tak ikut campur dengan urusan orang lain.

***

Langit dan teman-temannya kini sedang duduk di bangku yang tak jauh dengan Elara. Mereka sedari tadi menyaksikan Elara dan Ethan.

"Wih, mereka deket banget ya, Lang?" ujar Angkasa.

Langit hanya bisa berdeham.

"Lo mau maju atau mundur?" tanya Nova.

Langit menghela napas pelan. "Kayaknya ... mundur, maybe."

Angkasa membelalakkan matanya. "Mundur? Semudah itu? Lo harus berjuang lebih keras lagi, Bro. Jangan nyerah, karena siapa tahu keputusan lo ini belum tepat dan nantinya malah bikin nyesel."

"Widih, tumben bijak lo, Sa," goda Nova sembari terkekeh.

Angkasa tersenyum dan menepuk-nepukkan tangannya ke dada. "Angkasa gituloh, kan sekarang gue udah jadi pengganti Mario Teguh."

Nova tertawa. "Jadi sekarang nama lo Angkasa Teguh dong."

"Eits bukan, gue gak mau."

"Terus apa dong?"

"Angkasa Tegar, karena gue itu lelaki paling tegar dan bisa ngobatin kegalauan semua orang berkat ketegaran gue."

"Anjir, apasih? Gak nyambung banget lo," ujar Nova sembari menoyorkan tangannya ke kepala Angkasa.

Langit memandang mereka dengan kurang minat, lelaki itu terdiam dengan satu tangan yang disimpan di dagu.

GIRL IS HURT [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang