17. Akan Selalu Menjagamu

17 6 0
                                    

"Sebenarnya ada hubungan apa sih, El?" tanya Langit. Sekarang mereka sedang berada di taman sekolah. Setelah kejadian Ethan dan Bintang berkelahi, Elara menangis. Langit pun berinisiatif membawa gadis itu ke sini.

Elara kini sedang menatap ke atas, ia menghembuskan napasnya. Lalu, mengusap air matanya yang perlahan menurun kembali.

"Bintang adalah pacar gue," jawab Elara. Langit terkejut, ia membelalakkan matanya. Mana mungkin Bintang adalah pacar Elara? Selama ini sepupunya itu tak pernah bercerita apapun tentang seorang perempuan.

"Serius lo?" Langit bertanya kembali untuk memastikan.

Elara mengangguk. "Serius."

"Terus hubungan lo sama dia sekarang masih pacaran?"

Yang tadinya menatap ke atas, kini gadis itu menoleh ke arah Langit. Ia tersenyum miris, lalu menggelengkan kepalanya. "Gue gak tahu, hubungan kita gantung. Dia ninggalin gue tanpa memberi kejelasan apapun, dia jahat Langit. Bintang ninggalin gue saat lagi ulang tahun."

Langit yang mengerti maksud Elara pun hanya menganggukan kepalanya. Lelaki itu tahu, waktu itu Bintang pergi meninggalkan Indonesia karena orangtuanya bercerai, lalu Bintang mengikuti Mamanya dan tinggal di Amerika. Sepupunya itu juga kabarnya akan dijodohkan dengan gadis pilihan Mamanya.

"Gue masih cinta sama dia, Lang. Tapi, rasa kecewa membuat gue pengen memutuskan hubungan ini. Gue takut dia pergi lagi, gue masih trauma. Lo tahu, semenjak kehilangan dia, hati gue hancur." Elara kini menangis kembali, ia menerawang pada kejadian di mana ia ditinggalkan oleh lelaki itu.

"Waktu itu tepat ulang tahun gue, dia pergi. Katanya, Bintang bakal ngasih gue kejutan. Tapi ternyata dia pergi. Lo tahu, Lang. Pada saat itu juga gue merasa diri gue ini memang jelek, gue jadi selalu dengerin apa yang nenek omongin. Sampai buat gue hampir depresi. Gue hancur pada saat itu, hiks ... hiks ... hiks."

Langit membawa Elara ke dalam pelukannya, ia merasakan apa yang gadis itu rasakan. Elara sudah sesenggukan, gadis itu tak sadar bahwa ia sudah membeberkan kerapuhannya. Langit mengelus puncak kepala gadis itu, ia menyayanginya lebih daripada menyayangi diri sendiri.

"Gue janji bakal jaga lo, El. Kalau lo mau memutuskan hubungan lo sama Bintang, lo bicara baik-baik. Jangan sampai nyakitin Bintang, karena dia sepupu gue juga."

Elara melepaskan pelukannya, ia terkejut mendengar Bintang adalah sepupu Langit. Selama ini kekasihnya tak pernah memperkenalkannya pada keluarga, hanya pada Mama dan Papanya saja. Itupun hanya sekali.

"Lo sepupu Bintang?"

Langit tersenyum. "Iya, emang lo gak tahu?"

"Gue gak pernah tahu, dia cuma ngenalin gue sama Mama dan Papanya  dan itupun cuma sekali."

"Yaudah, sekarang lo tenangin diri dulu. Habis itu lo boleh susulin Ethan, terus lo juga boleh mutusin bagaimana hubungan lo sama Bintang."

Elara menganggukkan kepalanya, lalu ia menyenderkan bahunya pada Langit. Lelaki itu tersenyum seraya mengelus rambutnya lembut.

"Gue akan selalu jaga lo, El. Gue juga bersedia untuk menjadi sandaran lo. Tetap jadi diri sendiri, lo itu cantik kok. Gak usah dengerin apa yang orang lain bilang, gue sayang lo."

Hati Elara merasa berdebar saat mendengarkan perkataan Langit, ia merasa terlindungi saat bersama lelaki itu. Ia juga merasa senang dengan perkataannya, entahlah ia bingun dengan perasaannya saat ini. Di sisi lain, ia masih menyayangi Bintang, tetapi dirinya juga sudah mulai merasa nyaman dengan Langit mungkin saja dirinya sudah merasakan jatuh cinta dengan lelaki itu.

***

Elara dan Langit kini sedang berjalan menuju kelas, lelaki itu ingin mengantarkan Elara ke kelasnya. Awalnya menolak, tetapi tetap Langit kekeuh dengan pendiriannya.

Saat di koridor, Elara menatap ke arah kanan. Ia melihat Rembulan sedang berada di depan lokernya, ada apa temannya itu? Ia memberhentikan langkahnya, Langit yang melihat aksi Elara pun keheranan.

Gadis itu masih tetap memperhatikan Rembulan, sampai temannya itu sudah pergi dari sana.

"Ada apa? Kenapa lo ngeliat ke sana terus?" tanya Langit.

"Lo duluan aja ya ke kelas," sahut Elara.

"Tapi–––" Ucapannya dipotong oleh Elara. "Duluan aja ya, please," mohon Elara. Gadis itu menunjukkan pupy eyesnya, membuat Langit menyerah.

"Yaudah gue duluan, lo hati-hati." Elara hanya mengangguk. Lelaki itu melanjutkan jalannya, sedangkan Elara membelokkan perjalanannya menuju loker. Ia penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Rembulan.

Kini, dirinya sudah berada di depan lokernya. Ia membuka perlahan loker itu, belum sempat lokernya terbuka sempurna. Seseorang yang ia kenal suaranya memanggil dirinya.

"Elara!" panggil suara bass yang sangat dikenali olehnya.

"Ada apa lagi, Bin?" tanya Elara yang kini sudah menoleh ke arah lelaki itu.

"Aku minta maaf, El. Kita mulai lagi hubungan kita ya?" mohon lelaki itu sembari memegang tangannya.

"Mulai lagi hubungan? Bukannya kita belum putus ya? Oh kamu nganggap hubungan kita udah gak ada?" Elara tertawa miris.

Bintang menggelengkan kepalanya. "Bukan itu, maksud aku kita mulai perbaiki hubungan kita lagi yang sempat tergantung. Aku mohon."

Elara tersenyum. "Aku gak bisa, memang iya aku masih ada sedikit rasa cinta sama kamu. Tapi aku gak bisa, kalau kamu belum beri kejelasan apapun."

"El, aku bakal kasih penjelasan itu. Tapi, aku mohon izinin aku buat memperbaiki hubungan ini."

Elara menggelengkan kepalanya, ia meyakinkan keputusannya. "Aku gak bisa, kita putus aja ya. Kalau kamu gak mau gak apa-apa, yang penting aku udah minta putus sama kamu."

"Kenapa, El?" tanya Bintang. "Oh, aku tahu. Kamu cinta sama Langit, sepupu aku, iya?!" Bintang mengucapkannya dengan sedikit bentakan dan tertawa sinis.

Elara terkejut. Darimana lelaki itu tahu, kalau dirinya sudah mulai menyukai Langit?

"Maksud kamu?"

"Gak usah pura-pura gak ngerti. Oke, kalau kamu mau putus. Tapi, aku gak akan nyerah buat dapatin hati kamu lagi. Ingat itu, El." Setelah mengucapkan kata-kata itu, Bintang pergi meninggalkan Elara. Gadis itu masih mematung dengan ucapan Bintang. Dirinya menggelengkan kepalanya, ia kini harus fokus pada loker yang ada di depannya.

Gadis itu pun kembali membuka loker itu, Elara melihat di sana ada sebuah surat. Ia mengambil itu, lalu membukanya perlahan-lahan. Ada saja yang membuat dirinya gagal untuk membuka itu.

"El, ngapain di sini?" tanya Tania yang entah kapan dia sudah ada di hadapannya.

Elara menoleh ke arah temannya itu, lalu menyimpan surat itu di sakunya. "Gue cuma lagi cek loker aja."

Tania menganggukkan kepalanya. "Oh, yaudah ayo kita ke kelas. Sebentar lagi Bu Lina akan masuk, lo gak mau kena hukuman kan kalo telat?"

"Ah iya, yaudah yuk." Mereka pun berjalan menuju kelasnya. Tanpa disadari ada seseorang yang kini sedang tersenyum sinis ke arah mereka.

"Gue pastiin, lo gak bakal bisa jadi milik Langit." Setelah mengucapkan itu, seseorang yang tadi tersenyum sinis kini berjalan dengan memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana.

***

Nah, siapa hayo?
Yuk ditebak, jawab di kolom komentar :v

Selamat membaca, jangan lupa vote dan komen!❤

GIRL IS HURT [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang