20. Kebahagiaan Elara

26 5 0
                                    

Akhirnya, Elara dan Langit sudah sampai di sebuah mall ternama di kawasan Jakarta. Gadis itu kini perlahan sudah tak canggung lagi pada lelaki itu, memang Elara itu sulit untuk kenal dengan orang baru, namun jika sudah tahu ia akan cepat sekali beradaptasi.

"Eh, seru juga ya naik angkut," celoteh Elara sembari tersenyum.

"Gak seru ah, seru juga naik motor," goda Langit.

Elara mencubit perut Langit sebentar. "Naik motor kebanyakan modus."

Langit terkekeh, lelaki itu mengarahkan tangannya pada Elara. Ia seperti ragu-ragu ingin memegang tangan gadis itu. Sedikit demi sedikit, akhirnya ia bisa menggenggamnya. Gadis itu menoleh ke bawah, dengan kerutan di dahinya.

"Gini dulu sebentar ya, El?" mohon Langit. Gadis itu tampak berpikir, tak lama kemudian ia mengangguk.

Langit tersenyum, kini mereka memasukki mall itu. Di perjalanan, tampak pengunjung sedang melihat mereka. Suara-suara para pengunjung terdengar oleh Langit dan Elara. Ada yang melihatnya dengan mata berbinar, lalu memujinya. Ada juga yang melihatnya dengan mata yang sebal, lalu mereka julid kepada Langit dan Elara.

Lelaki itu hanya mampu tersenyum, sedangkan Elara tersipu malu. Langit semakin mengeratkan genggamannya.

***

"Film apa yang katanya baru?" tanya Elara.

Langit hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Eum ... sebenernya gak ada film baru sih, El."

Alis Elara naik satu, ia bingung. "Jadi, lo boongin gue?"

"Ya, maaf," jawabnya sembari menunjukkan cengiran khasnya.

Matanya memandang malas ke arah Langit. "Terus kita mau nonton apa?"

"Terserah lo aja."

"Dih, kenapa gue? Lo yang ngajak," kesalnya.

"Yaudah, kita nonton film ATKM aja nih. Berani gak?" tantang Langit.

Elara menyimpan tangan yang disilangkan di depan dadanya. "Berani lah, emang lo yang takut naik roller coaster?"

"Udah berani ngejek nih," goda Langit.

Gadis itu menaikkan bahunya acuh. "Udah, ah. Pesen tiketnya sana!" perintah Elara.

"Lo aja, gue males ngantri."

"Siapa yang ngajak?"

Langit menghela napasnya pasrah, ia pun menganggukkan kepalanya. "Oke, gue yang antri." Elara tersenyum mendengar itu, ia pun duduk sembari menunggu Langit datang.

***

Langit bahagia, karena bisa menghabiskan waktu dengan Elara. Ia tersenyum tatkala mengingat apa yang terjadi selama menonton, sengaja ia memilih film horor agar lelaki itu bisa sedikit lebih modus pada Elara.

Beberapi kali, gadis itu menyenderkan kepalanya pada dada bidang Langit. Membuat lelaki itu menjerit senang dalam hatinya.

"Katanya berani, tapi kok tutup mata sambil teriak-teriak ya? Mana nyender sama gue lagi," sindir Langit.

Elara memukul pelan bahu Langit. "Lo sengaja pilih film horor, karena lo pengen modus kan?"

Lelaki itu menggelengkan kepalanya. "Enggak kok, gue gak ada niatan buat modusin lo."

GIRL IS HURT [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang