2. SIN, COS, TAN

358 33 2
                                    

Kriiinnnggg...

Bunyi bel istirahat terdengar di seluruh antero sekolah. Para guru terlihat bergantian keluar dari masing-masing kelas yang mereka ajar sebelumnya. Begitu juga para siswa-siswi yang langsung berhamburan keluar dari kelas mereka untuk menikmati waktu istirahat pertama setelah lebih dari dua setengah jam belajar.

Terlihat ada banyak siswa yang bergerombol pergi menuju kantin sekolah, ada yang duduk di teras, ada yang pergi ke kamar mandi, dan ada juga yang tetap berada di dalam kelas.

Kelas XI MIPA 1

“Eh, Ta! Gue mau nagih janji yang lo ucapin tadi pagi nih!" kata Sinus menghadap ke bangku Pratista yang berada dib belakangnya.

"Janji apaan dah?" balas Pratista yang kelihatannya lupa akan janjinya.

"Lo jangan sok lupa deh! Tadi pagi kan lo bilang kalo lo mau nraktir gue makan bakso sepuas gue sebagai imbalan atas contekan yang gue beriin ke lo tadi pagi. Masa' lo udah lupa sih?"

“Iya iyaa. Dasar anak kurang asupan!” cibir Pratista.

“Apa lo bilang?” sahut Sinus.

“Enggak nggak, nggak jadi.... Ayo langsung ke kantin aja! Keburu ramai tuh kantin,” balas Pratista.

Tanpa menjawab ajakan Pratista, ketiga orang bersahabat itu langsung keluar kelas untuk menuju ke kantin tempat mereka menenangkan pikiran dan mengghibah ria.

Sementara itu, Alfa dan Cosinus masih terlihat tenang di bangku mereka.

“Ke kantin yuk, Cos!” ajak Alfa.

“Hm,” balas Cosinus hanya dengan gumaman.

Selama perjalanan ke kantin, Alfa terus berbicara sendiri menceritakan berbagai hal. Namun, Cosinus hanya meresponnya dengan jawaban singkat ataupun gumaman.

“Cos, kalo gue manggil temen gue yang dari kelas IPS dulu, lo nggak keberatan kan?" tanya Alfa berniat mengajak sahabatnya dari kelas IPS.

“Nggak,” balas Cosinus singkat.

Sebelum sampai di wilayah koridor kelas IPS, terlihat kedua sahabat Alfa berjalan bersamaan ke arah mereka. Alfa pun memanggil kedua sahabatnya itu dan memperkenalkan Cosinus kepada mereka.

Setelah mereka selesai saling berkenalan, dengan segera mereka melanjutkan perjalanan mereka yang sempat tertunda, yaitu mengisi energi mereka dengan makan makanan bergizi di kantin sekolah.

Kantin

“Karena lo yang gue traktir, jadi lo sendiri aja yang pesen ya, Sin!” perintah Pratista dengan nada agak kalem kepada Sinus.

“Oh oke, Baby! No problem,” balas Sinus dan langsung pergi melenggang begitu saja menuju kantin tempat penjual bakso berada.

“Baby-baby, gue yang udah dewasa gini dipanggil baby-baby. Padahal dia sendiri yang kelakuannya masih kayak anak kecil. Dasar nggak introspeksi diri,” cibir Pratista lirih mengatai Sinus.

Saat berjalan menuju stand penjual bakso, tiba-tiba Sinus tak sengaja ditabrak oleh salah seorang pemuda yang tak ia kenal dan berhasil membuat dirinya terjatuh dengan begitu tak etisnya.

“Auuuhhhh...,” ringis Sinus tatkala pantatnya mencium lantai kantin dengan gaya yang lumayan besar.

Sesaat kemudian, sebuah uluran tangan diulurkan tepat di depan wajah Sinus. Sinus pun mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang mencoba menolongnya untuk berdiri kembali.

"Mari gue bantu!"

Mulut Sinus menganga dengan diameter 3 cm tatkala mengetahui siapa yang berada di hadapannya saat ini. Seorang pemuda tampan yang kelihatannya merupakan kakak kelasnya tengah menatapnya dengan tangan yang mencoba membantunya berdiri.

"Maaf maaf. Gara-gara gue lo jadi jatuh kayak gini," kata pemuda yang ada di hadapan Sinus.

“Gak apa-apa, Kak. Gue juga minta maaf karena tadi waktu jalan nggak lihat-lihat, hehe...,” sahut Sinus sembari berusaha berdiri kembali.

"Oh ya, kalau boleh tau, siapa nama kakak? Kok kayak gue nggak asing ya sama kakak?" tanya Sinus yang merasa pernah bertemu atau seringkali melihat orang di hadapannya itu.

"Masa' lo nggak kenal gue? Padahal gue ketua OSIS disini lho...."

Sinus mencoba mengingat dan menebak nama ketua OSIS di sekolahnya.

"Nama kakak Kak Einstan, ya? Kak Elvano Einstan Gunadya?" tebak Sinus dengan tepat.

"Yap, benar sekali!"

"Pantes aja kayak nggak asing waktu liat Kak Einstan. Hehehe...."

“Oh ya, tadi nggak ada yang sakit, kan?” tanya Einstan khawatir jika terjadi apa-apa dengan Sinus akibat terjatuh tadi.

“Nggak kok, Kak. Eumm... kalo gitu gue mau pesen makanan dulu ya, Kak. Daahhh...,” balas Sinus dan segera berlari menuju stand penjual bakso meninggalkan Einstan sendiri.

***

“Buk, pesen bakso empat mangkok sama es tehnya tiga!” teriak Sinus di depan tempat penjual bakso.

“Bakso empat, es teh empat, Buk!” seru Cosinus yang berada di samping Sinus.

“Eh, sapermi! Gue duluan kali yang pesen... budayakan ngantri dong!” teriak Sinus.

“Nama gue Cosinus,” balas Cosinus dengan  datar.

"Lhah? Padahal gue nggak nanya nama lo!"

"Bukan sapermi!"

“Oalaah, punya otak buat mikir gitu! Nama lo itu, Cosinus. Dalam Trigonometri, Cosinus itu merupakan hasil perbandingan panjang sisi samping dari suatu sudut dengan panjang sisi miring pada segitiga tersebut. Jadi, Cos sama dengan sa per mi, gitu aja nggak paham,” jelas Sinus panjang lebar.

Cos = sa/mi (perbandingan sisi samping dan sisi miring dari segitiga siku-siku)

“Bawel!” jawab Cosinus singkat.

“Bodo amat!” balas Sinus.

“Eh, ada apa ini ribut-ribut?” sela Einstan di antara perdebatan Sinus dan Cosinus.

“Ini lho, Kak Tan. Cosinus nggak mau ngantri,” adu Sinus.

“Eh, Cos! Lo itu murid pindahan yang dari SMA Galaksi, ya? Gue kasih tau ya, Bro, disini itu sangat menjunjung tinggi budaya antri meskipun itu dalam hal yang sepele. Jadi, lo jangan seenaknya pingin menang sendiri, apalagi kok sama perempuan. Hhh...," kata Einstan menasihati.

Belum sempat Cosinus angkat bicara, tiba-tiba ada seseorang yang meneriaki mereka.

“HEEHHH! Kalian tuh pada ngapain sih?! Tuh lihat! Pesenan kalian kedahuluan diambil orang tuh,” teriak Iori.

Sinus, Cosinus, dan Einstan melihat ke arah meja pemesanan. Dan benar saja, pesanan mereka yang sebelumnya sudah siap ternyata sudah diambil duluan oleh orang lain.

“Hmm…, Sin, Cos, Kak Tan! Kalian pada ngapain, sih?! Nggak malu apa jadi sorotan orang-orang di kantin? Kalian tuh harusnya pesen makanan, bukannya malah debat dadakan di tempat umum seperti ini. Oh, jadi begini ya, kalau Sin, Cos, Tan bertemu. Kasihan teman kalian tuh daritadi udah kelaparan nungguin makanan,” kata Iori panjang lebar.

“Cerewet!” sahut Cosinus dan langsung melenggang pergi.

“Lo aja yang pesen!” suruh Sinus pada Iori yang juga memilih langsung pergi meninggalkan sahabatnya itu karena merasa jengkel.

“Gue duluan, Ri!” kata Einstan dan juga pergi meninggalkan Iori sendirian di sana.

Iori meratapi kepergian ketiga orang dari hadapannya tersebut. Lantas kemudian...,

“DASAR TRIGONOMETRIII!!!” teriak Iori frustasi.

Bersambung....

***

LOVE IN TRIGONOMETRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang