26. MENGHILANG

65 11 0
                                    

Namun, tiba-tiba....

DUAARRR.... BRRAAAKKK....

"COSINUUSSS!!!" teriak kencang seorang gadis dari ambang pintu kelas.

Cosinus lantas mendongakkan kepalanya untuk memandang gadis tersebut. Tak lama kemudian, gadis tersebut berjalan dengan napas memburu menuju meja Cosinus. Dapat Cosinus lihat teman-teman sekelasnya bahkan anak kelas sebelah mengintip dari luar kelas.

Flashback on

Iori dan Pratista sedang berjalan bersamaan menuju ke kelas. Tapi, tiba-tiba mereka melihat seseorang yang sangat mereka kenal sedang berlari-lari kecil dengan wajah yang ditutup ke arah mereka. Orang itu adalah Sinus.

Lantas Iori dan Pratista menghampiri Sinus dan mencoba menanyakan kenapa Sinus menangis seperti itu. Namun, Sinus hanya menjawab, "Cosinus nyuruh gue menjauh," dan kemudian malah berlari menjauh dari kedua sahabatnya itu.

Karena merasa bingung dan ada yang aneh dengan sahabatnya, Iori memilih untuk mengecek langsung di kelas. Sementara itu, Pratista mengejar Sinus yang entah sudah menghilang di perbelokan koridor.

Sesampainya di depan kelasnya, Iori hanya menemukan Cosinus yang berada di bangkunya. Kondisi kelas saat itu sangat sepi. Terbukti hanya ada Cosinus di dalamnya.

Flashback off

BRAAKKK....

"LO PUNYA OTAK NGGAK???" tanya Iori tadi dengan bercampur perasaan marah.

Diam. Cosinus hanya diam.

Kemudian, gadis tadi mengambil kertas-kertas yang tadi dikerjakan oleh Cosinus si manusia dingin itu. Ia menyobek-nyobek kertas tersebut menjadi bagian-bagian kecil di depan wajah Cosinus. Siapa lagi yang berani ngelakuin hal tersebut pada Cosinus selain Iori?

Cosinus kemudian langsung berdiri dan membentak gadis tersebut, "LO GILA??"

Gadis tadi hanya tersenyum sinis kemudian berkata, "LO YANG GILA! LO SEENAK JIDAT UDAH NYAKITIN PERASAAN SINUS. TAU NGGAK?"

"APA MAKSUD LO?!" Cosinus sekarang juga jadi ngegas.

"HAHAHH.. BARU TAHU GUE KALAU ORANG PINTER KAYAK LO ITU NGGAK BISA NGERTIIN PERASAAN ORANG LAIN...."

"LO JANGAN ASAL NGOMONG YA!"

Suasana di depan kelas XI MIPA 1 kini sedang dipenuhi banyak pasang mata yang menonton perdebatan anatara Iori  dan Cosinus. Mereka merasakan aura dingin dan mencekam saat menyaksikannya. Tak ada seorang pun yang menonton dari dalam kelas. Mereka memilih menonton lewat jendela ataupun ambang pintu. Bahkan ada siswi yang berani melakukan siaran langsung karena dipaksa teman-temannya yang tidak kebagian tempat untuk menyaksikan peristiwa perang dingin tersebut.

"Gue nggak salah ngomong kali.. Hhh..," kata Iori enteng dengan tersenyum sinis.

"Buktinya, lo berani berkata seenaknya pada seorang gadis yang selama ini ngejar-ngejar lo tanpa lo peduli gimana perasaannya. Giliran kertas kayak gini gue robek, lo malah nyolot. Gue ragu, jangan-jangan lo nggak pernah suka sama perempuan. Pacaran aja sama tuh kertas.. Hhh...," lanjut Iori yang kini mulai merendahkan suaranya. Tapi, nada bicara Iori masih dingin sampai-sampai yang menonton ikut merasakan aura dinginnya.

"Diam dan jangan berlaku seenak jidat kalau lo nggak tahu ini kertas apa," tajam Cosinus.

Iori kemudian berbalik dan berjalan ke arah pintu kelas diiringi suara tawanya yang terdengar mengejek.

LOVE IN TRIGONOMETRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang