Gadis Aneh

678 60 10
                                    

SKANDAR KEYNES

Aku terkejut saat baru saja pulang kuliah dan mendapati seorang gadis yang umurnya mungkin jauh dibawahku, berwajah Asia tengah terduduk didepan pagar rumahku dengan wajah shock.

Anehnya lagi, mengapa seluruh lampu rumahku mati total dan suara Momma yang mengomel terdengar sampai ke jalanan. Ini pasti ulah gadis itu, yang mungkin memencet bel dan terjadi konslet arus listrik.

Yah, bel rumahku memang rusak dan aku belum sempat menuliskan kata-kata DILARANG MEMENCET BEL disana. Aku berdiri kesal melihat gadis bodoh didepanku. Sambil berdiri berkacak pinggang,aku terus mengawasi gerak-geriknya.

Sayangnya,ia segera menyadari kehadiranku disana. Dan diluar dugaanku, gadis yang kukira akan lari terbirit-birit melihat kedatangan sang pemilik rumah itu malah mendelik melihatku. Dan, tanpa ia sadari ia mengeluarkan lebih banyak ekspresi bodohnya dihadapanku dan alih-alih ia bangkit sambil berteriak histeris lalu memelukku. Kemudian? Ia jatuh pingsan. Dasar, bodoh.

Momma dan Soumaya, kakakku kaget mendapati diriku kembali kerumah dengan menggendong seorang gadis dengan wajah asing yang tak sadarkan diri. Tanpa memberi kesempatan Mom untuk bertanya, aku segera membawa gadis itu ke kamar pembantu rumahku dan memintanya mengurus gadis itu. Baba yang tengah mencoba membetulkan ampere dirumahku bersama seorang pelayan segera menuju kearah ruang tamu ketika ia mendengar suara Soumaya yang ribut menanyakan siapa gadis yang kubawa.


"Apa dia salah satu penggemarmu?" tanya Kak Soumaya padaku saat aku akan beranjak ke kamarku setelah meletakkan gadis itu ditempatnya (Kamar salah satu pelayan wanita keluargaku) aku hanya bisa mengangkat kedua bahuku. Menandakan bahwa aku tidak mengetahui apa-apa tentang gadis itu.

Saat aku baru saja akan tertidur, salah seorang pelayan keluargaku mengetuk pintu kamarku. Ia mengatakan bahwa gadis itu sudah sadar dan ingin kembali kerumahnya. Pelayan itu juga mengatakan bahwa bahasa Inggris yang diucapkan gadis itu kurang jelas dan serba terbalik. Oleh sebab itu, ia memintaku untuk menemui gadis itu.

"Excuseme?" ucapku sambil mengetuk pintu kamar pelayan berusaha untuk sopan. Aku melihat gadis itu kembali tercengang saat menatapku. "Excuseme?" ucapku lagi.

"You.." ucap gadis itu dengan logat Inggrisnya yang aneh. "Skandar Keynes! Yeah! You are my future!!!" teriaknya girang. Sementara pelayan disampingku tertawa. Aku tidak tahu apa yang membuat ia tertawa. Ntah logat aneh gadis itu atau kata-kata bodoh gadis itu.

"Kau siapa?" tanyaku. Gadis itu meringis lebar menunjukkan gigi-giginya yang tidak rapi.

"Aku.." sesaat gadis itu merenung lalu mengacungkan jari telunjuk kanannya disebelah kepalanya. Gadis itu mengeluarkan sebuah buku saku kecil bertuliskan. 'Kamus Bahasa Inggris, 5 milyar' aku tidak tahu apakah buku itu seharga lima milyar atau apalah yang tertera disana. "Aku.." gadis itu berdiri dan menatap wajahku dengan tatapan aneh, berlagak cool. "Adalah tulang rusukmu yang hilang.." ucapnya. Kedua pelayan yang kini berada diampingku tertawa terbahak.

"Are you crazy?" tanyaku dengan logat Inggrisku yang sangat kental.

"Of course! I'm crazy. Because of you, Skan!!!" teriak gadis itu. Tanpa babibu lagi aku segera menarik tangannya dan membawanya keluar rumah.

"Who are you?!" tanyaku kesal.

"Little pretty lady." jawabnya sok polos. Aku berdecak kesal, lalu beranjak meninggalkannya. "Wait!!!" ucapnya. "Aku tidak tahu ini dimana. Bisakah kau kerumah antar untuk ku?" ternyata benar kata pelayanku. Gadis itu berbicara dengan kata-kata Bahasa Inggris yang terbalik. Sepertinya ia baru disini.

"Dimana rumahmu?" tanyaku. Ia kemudian menyerahkan sebuah selebaran kecil kepadaku, dan menunjukkan alamat yang tertera disana. "Cambridge University?" tanyaku. Gadis itu mengangguk. Sial. Gadis ini satu universitas denganku. "Where is your home, Miss?" tanyaku mulai kesal. Dengan telunjuknya, gadis itu menunjuk kearah dadaku.

"In your heart." ucapnya berlagak manis. Cukup. Kesabaranku sudah habis saat ini. Aku cepat-cepat bergegas dan menutup pintu rumahku. Kukira gadis itu akan pergi meninggalkan rumahku. Sayangnya tidak. Ia malah tetap berdiri di tempatnya dan mematung disana.

Aku kembali ke kamarku dan berbaring dikasurku. Mencoba terlelap. Sayangnya pikiranku melayang kembali pada gadis itu. Aku beranjak dan melihat keluar jendela kamarku. Sial, dia masih juga berdiri ditempat tadi. Aku melirik kearah jam dinding di kamarku yang menunjukkan pukul dua belas lewat lima menit. Akhirnya, aku memutuskan untuk turun dan mengantarkan gadis itu ke alam asalnya mungkin? Maksudku tentu saja rumahnya.

***

Hello, London?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang