Hari Pertunangan

275 33 3
                                    


MIMA

Aku tidak percaya. Aku tidak percaya!!! Aku menjadi tunangan Skandar Keynes? Ya ampun, apakah ini mimpi??? Ah tidak ini tidak mimpi. Aku kembali melihat wajahku dicermin. Mengapa aku begitu cantik malam ini? Yah meskipun ini hanya sandiwara tapi..

Aku harus memberitahu seseorang! Sahabatku Sarah! Yah aku harus memberi tahu ini kepadanya!

"Halo?" sapa-nya diseberang.

"Sarah!!!" teriakku. "Kau tahu? Hari ini aku akan bertunangan!!!"

"Ini siapa?" tanya-nya.

"Mima. Ini Mima!!!"

"Oh, Mima. Serius kau mau bertunagan? Dengan siapa? Skandar Keynes?" tanya Sarah. Loh bagaimana ia bisa tahu?

"D-darimana kau tahu?" tanyaku.

"Ya jelas sekali aku tahu. Setiap kali kau berkata akan menikah, berpacaran atau bertunangan, sejak dulu kau hanya akan menyebutkan satu nama. Skandar Keynes." ucapnya.

"Aku serius!" ucapku mulai kesal.

"Aku juga serius!" bentak Sarah. "Sudahlah, aku sakit perut. Aku akan menelfonmu nanti, okay?" ia kemudian menutup sambungan telfonnya. Tuuuutttt suara telpon diputus. Dasar! 

Aku melihat jumlah pulsa-ku yang tersisa. Ah, jahat. Sudah tidak cukup untuk menelfon orang tuaku di Indonesia.

"Permisi?" ucap suara lembut milik Soumaya. Ia datang sambil membawa sekeranjang merah bunga mawar yang warnanya sangat kontras dengan gaun merah yang kukenakan. "Apa yang terjadi? Ada masalah?" tanya-nya yang mungkin agak curiga melihat tanganku yang menggenggam hp senterku. "Kau mau menelfon?" tanya-nya dengan bahasa Inggrisnya yang sangat fasih. Aku mengangguk. Ia menyerahkan telpon miliknya. "Pakailah ini.." ucapnya sambil tersenyum.

"Ibu.." ucapku pelan saat telpon yang kupakai tersambung dengan Ibuku.

"Halo, ini kau?" tanya-nya diseberang.

"Iya, Bu. Ini aku. Ibu, aku.." aku menghentikan kata-kataku. Tak kuat menahan air mataku yang mengalir dengan sendirinya begitu mendengar suara Ibuku. "Aku ingin meminta do'a restu.." ucapku.

"Do'a restu? Maksudmu kau.."

"Tidak, Bu. Tidak. Aku hanya ingin agar kuliahku lancar. Aku ingin segera kembali ke Indonesia. Saat ini juga aku ingin memelukmu, Bu. Aku merindukanmu.." hisakku. Sesaat hening, kemudian aku mendengar suara hisakan ibuku juga.

"Ibu selalu merestuimu, Nak. Ibu selalu mendo'akanmu.." ucapnya. Tangisku pecah. "Cepat-cepatlah menyelesaikan kuliahmu. Agar kau cepat kembali. Kami semua merindukanmu.." ucapnya. 

"Mima.." ucap Ibuku sesaat setelah hening.

"Iya, Bu?"

"Apakah kau baik-baik saja?" tanya-nya.

"Aku tidak apa-apa Bu. Jangan khawatir. Jaga kesehatan ya Bu. Nanti aku akan mengirimkan sesuatu untuk Ibu.."ucapku. "Bu, sudah dulu ya. Aku harus menutup telponnya sekarang." ucapku.

"Baiklah. Jaga dirimu, ya Nak.." sesaat kemudian telepon terputus.

***

Hello, London?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang