Kembali

511 55 40
                                    


MIMA

2 Tahun Kemudian..

Hari ini adalah hari kepulanganku ke Indonesia. Yah, inilah hari yang paling aku tunggu-tunggu selama dua tahun aku di London. Aku sudah tidak sabar ingin bertemu ayah, ibu, keluargaku dan sahabat-sahabatku.

Sejak kepergian Skandar dua tahun yang lalu, pria itu tidak sekalipun menghubungiku. Dan aku juga tidak berniat untuk menghubunginya lagi. Saat hari dimana ia akan pergi ke Lebanon dulu, aku memaksa Theo untuk mengantarku ke bandara dan merahasiakannya dari Skandar. Hitung-hitung untuk menebus kelakuan anjing-anjingnya terhadapku. 

Aku memperhatikan Skandar yang akan berangkat hanya dari balik sebuah tiang, tanpa sekalipun Skandar mengetahuinya. Saat ia benar-benar sudah menghilang dari pelupuk mataku, barulah aku menangis sejadi-jadinya. Theo yang tidak ingin hal ini diketahui oleh keluarga Skandar segera pamit dan membawaku pergi secara sebmunyi-sembunyi. Semenjak itulah, dua tahun hidupku di London kuhabiskan dengan belajar tanpa pernah memenuhi tuntutan duniawi seperti mahasiswa-mahasiswa lainnya.

Aku berdiri dan berjalan menuju eskalator bandara. Tidak ada yang mengantarku hari ini. Theo sibuk dengan pekerjaannya, sementara teman-temanku? Aku tidak memiliki teman yang benar-benar teman disini. Sudah kubilang aku tidak tahu caranya berinteraksi dengan orang-orang asing selain Skandar, Theo dan keluarganya.

London, saat ini aku benar-benar akan meninggalkan London. Kota impianku sejak kecil. Dan kurasa, setibanya di Indonesia aku harus mulai mencari pendamping hidup? Diusiaku yang sudah benar-benar matang untuk menikah ini, pastilah keluargaku sibuk dengan urusan seperti itu.

Baru saja aku hendak berjalan menuju ruangan check in, seseorang menarikku. "Kau tidak akan benar-benar pergi meninggalkan tunanganmu, kan?" tanya seseorang yang suaranya sangat kukenali.

"Theo, sejak kapan kau disini?" tanyaku. "Bukankah kau bekerja?"

"Aku yang menyuruhnya membohongimu, seperti dua tahun lalu disaat kau menyuruhnya membohongiku." kali ini pemilik suara ini adalah Skandar. Ntah dari mana asalnya, ia sudah berada disampingku dengan jaket kulit dan bross eskrim yang pernah kuberikan sebagai tanda pertemanan dulu. "Kau tidak akan benar-benar meninggalkanku, kan?"

"Skan, sudahlah. Ini semua sudah berakhir.." ucapku.

"Katakan padaku, apakah kau masih marah? Kau sudah tidak lagi mencintaiku seperti dulu?" tanya Skandar sambil menatap mataku. Jujur, aku tidak sanggup menatap mata coklatnya. Seperti, ada luka yang kembali terbuka jika aku menatapnya.

"Skan, meskipun kita hanya berpura-pura tunangan saat itu tapi.." aku menahan ucapanku, tak kuasa menahan air mataku yang telah kupendam selama dua tahun terakhir. "Aku tidak pernah berpura-pura mencintaimu.." ucapku. Skandar terdiam, lalu memelukku.

"Lalu saat kau kembali ke negeri ini, maukah kau benar-benar menikah denganku?" tanya Skandar. "Kali ini aku tidak ingin ada kepura-puraan lagi" ucapnya. Aku mengangguk lalu memeluknya. 

Pengumuman akan keberangkatan pesawatku telah diumumkan. Aku melepaskan pelukanku, kemudian menyentuh wajahnya.

"Tunggu aku, seperti aku menunggumu.." ucapku. Kemudian, beranjak meninggalkannya. Sayangnya ia kembali menarikku. Menggenggam kedua tanganku, dan menatapku serius.

"Aku tidak mau menunggu. Umurku sudah semakin tua, aku ingin membangun keluarga. Namun, jika aku harus membangunnya, aku hanya ingin membangunnya bersamamu" ucapnya. "Tinggalah disini. Aku bahkan belum memenuhi janjiku padamu, untuk membawamu berjalan-jalan ke London Eyes kan?" ucap Skan.

Aku tersenyum.

"Theo sudah mengajakku." ucapku. Skandar melirik Theo dengan tatapan sinis.

"Sebaiknya aku pergi dulu.." ucap Theo, sambil tersenyum aneh.

"Baiklah, kali ini aku berjanji akan mengajakmu menonton pertandingan Arsenal di Emirates. Bukankah kau juga menyukainya?" tanya Skandar. 

Tahu darimana ia bahwa aku menyukai Arsenal? 

 "Aku membacanya di Twittermu" ucap Skandar yang sepertinya mengetahui ekspresi bingungku.

"Sudah tidak ada waktu lagi, Skan.." ucapku pelan. Air mataku kembali menetes mengingat ketulusan Skandar kepadaku. "Jika kau benar-benar tulus, terhadapku kau akan menungguku." ucapku. Lalu aku berbalik pergi meninggalkan lelaki yang sangat kucintai itu. Aku kira, ini akan seperti di film-film romantis yang selalu kutonton di televisi. Ia berlari kearahku, lalu memelukku dan berkata bahwa ia akan ikut denganku saat ini juga. Sayangnya tidak. Ia tidak pernah memanggilku, bahkan mengejarku..


Jakarta, 5 Juli 2023

Aku tiba di Bandara Soekarno Hatta, dan berjalan ke ruang tunggu bandara. Sudah sangat lama rasanya aku tidak melihat orang Indonesia sebanyak ini. Dan sudah lama sekali rasanya aku tidak memakan Nasi Padang asli Indonesia. Bahkan kurasa aku sudah hampir lupa bagaimana rasanya.

Aku duduk disalah satu kursi ruang tunggu. Aku mengaktifkan telepon genggamku yang telah ku-upgrade dari HP senter menjadi I-Phone. (Ini berkat uang beasiswaku yang banyak lebihnya).

Satu pesan WhatsApp dari nomor tak dikenal muncul disana.

Aku tidak akan menunggumu. Karena aku paling tidak suka menunggu, maka aku akan menyusulmu.



*END*

Hello, London?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang