Skandar Keynes

450 51 0
                                    

MIMA

Aku tidak menyangka bahwa idolaku itu begitu sensitif. Aku hanya ingin bercanda, tapi ternyata ia benar-benar marah padaku. Ntah mengapa, karena terlalu senang, sikapku malah membuat idolaku marah dan meninggalkanku. Aku berdiri ditempat dimana Skandar meninggalkanku.

Air mataku tumpah. Aku tidak bisa bergerak. Ternyata disini sangat dingin. Dan...Tentu saja perutku lapar! Ntah mengapa tiba-tiba saja aku sangat merindukan ibuku. Ia pasti tidak akan pernah membiarkan anaknya terlantar seperti ini. Lagipula aku lupa jalan kembali ke flatku. Setahuku flat itu berada tidak jauh dari kampus-ku.

Aku berdiri menatap tanah tempat aku berpijak. Sejak dulu, aku sangat ingin menginjakkan kaki di atas tanah ini. Diatas tanah yang sama tempat idolaku, seorang Skandar Keynes yang tampan dan pintar berdiri. Tapi kali ini, mengapa aku begitu menyesal saat aku telah berdiri disini?

"Hai.." ucapnya. Aku menoleh perlahan kearah orang yang meninggalkanku tadi. "Kau menangis?" ucapnya dengan suaranya yang berat dan khas. "Maafkan aku jika ini semua terjadi karena kesalahanku." ucapnya. "Izinkan aku mengantarmu kembali ke alammu, maksudku kerumahmu.." ucapnya berusaha memperbaiki ucapannya yang salah. Aku tidak tahu apakah itu disengaja atau tidak. "Ayo.." ucapnya sambil bergegas menuju tempat parkir. Lima buah mobil mewah telah terparkir disana. Dan aku mengikutinya untuk duduk didalam salah satunya. "Dimana rumahmu?" tanyanya dengan bahasa yang masih belum terlalu kupahami.

Baiklah,aku sedikit mengerti bahasa Inggris. Sayangnya, aku tidak bisa mengucapkan dan mengatur kalimat yang tepat. Itu sebabnya idolaku dan para pelayannya itu mungkin agak bingung dengan bahasaku.

Aku mengeluarkan ponsel Nokia senterku, dan membuka draft yang berisi alamatku lalu menunjukkannya kepada Skandar. Skandar mengangguk lalu mulai menjalankan mobilnya.

Tanpa ia sadari, aku mulai mencuri pandang kearahnya. Tentu saja saat ia menoleh aku pura-pura melakukan rutinitasku. Mulai dari menguap, menggingit bibirku, menyentuh hidungku, menggosok hidungku, ataupun mengorek hidungku. Oke, baik. Kurasa yang terakhir tidak kulakukan. Aku juga harus menjaga imej. Bagaimana mungkin Skandar akan menyukaiku jika aku melakukan hal bodoh seperti itu? Skandar menyukai gadis pintar. Meskipun aku tidak terlalu pintar, tapi jika berlagak sok pintar dihadapannya kurasa tidak apa-apa? Hanya dihadapannya.

Rasa laparku mulai menyerang. Harusnya tadi aku makan saja sebelum kerumah lelaki ini. Tanpa terasa, perut laparku mulai berbunyi. Dan kuharap Skandar tidak mendengar itu \(^_^)/

"Apakah kau lapar?" tanyanya. Aku mendelik. Menatap kearahnya dengan tatapan kaget. "Oh baiklah, aku akan mentraktirmu kali ini. Hanya kali ini." ucapnya. "Dan.." ia menghentikan mobilnya di tepi jalanan London tersebut. "Berhenti menatapku." ucapnya sambil menatap mataku dengan wajah yang berjarak lima senti dari wajahku.

Dag..Dig..Dug..

Mengapa ia tidak kunjung menarik mundur wajahnya? Kurasa saat ini jantungku sudah tidak berada ditempatnya. Aku mulai merasa kedinginan. Dan, benar keringat dingin mengucur deras dari dahiku. Kali ini aku hanya berdoa. Berharap agar ia menciumku. Ia mendekatkan lagi wajahnya ke wajahku. Aku mulai menutup mata. Senang bercampur khawatir. Akhirnya, akhirnya...


"Kau belum mandi, benar?" plak! Rasanya aku seperti ditampar oleh ribuan orang menggunakan sendal. "Pantas tubuhmu bau." ucapnya sambil menjalankan mobilnya kearah sebuah restaurant fast food.

***

Hello, London?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang