Setelah festival selesai, pengumuman juara stan diberikan. Grup berandal berada di peringkat 4 setelah menghitung pendapatan dengan modal yang dipakai.
Untuk merayakannya, mereka pergi minum ke klub. Dan seperti biasa Jaehwan membencinya.
Tidak cukupkah ia memanggang sosis seharian, dan sekarang ia harus menyiapkan mentalnya melihat Minhyun duduk dan menempel bersama wanita-wanita seksi itu.
"Jae, berapa lama lagi kau akan berdiri disitu, kemarilah dan duduk disampingku" teriak Minhyun ditengah suara musik yang menggema.
Jaehwan hanya berjalan malas dan memutuskan untuk duduk didekat Minhyun.
"Aku sudah pesankan black label untukmu" Minhyun menyodorkan gelas berisi alkohol pada Jaehwan.
"Kau yakin memesannya untukku, bukan untuk orang lain" Jaehwan mendengus dan menatap wanita yang masih menempel di bahu Minhyun.
"Tentu saja untukmu. Tapi jangan minum terlalu banyak, akan sulit untuk membawamu pulang saat kau mabuk"
"Sebelum mencemaskan orang lain, sebaiknya pikirkan dirimu dulu"
Jaehwan merasa sangat marah sekarang, ia menengguk minuman itu dengan cepat. Jinyoung dan Ong menuangkan minuman ke gelas Jae yang kosong.
"Hei Jae, sudah cukup" Minhyun merebut gelas Jaehwan
"Enyahlah !"
"Kau kenapa ? Apa musiknya tidak enak ?"
"Hmmmm"
"Mau kunyanyikan lagu untukmu ?"
"Tidak usah, jangan membunuhku dengan suaramu"
"Baiklah. Tapi jangan terlihat sekacau ini, Jae"
"Bukan urusanmu, minum saja minumanmu"
"Tentu saja ini urusanku. Aku peduli padamu"
Jaehwan tidak mengatakan apapun, ia lebih memilih menyesap minumannya.
"Aku akan segera kembali" Minhyun berdiri
"Mau buang air kecil lagi ?" tanya Jaehwan
"Iya, mau ikut ?" Jaehwan menggelengkan kepalanya, kemudian Minhyun melirik Ong, "Ong, ayo"
"Gak, aku terlalu malas untuk buang air kecil"
"Ayolah..." Minhyun merendahkan suaranya membuat Ong akhirnya setuju, setelah mereka pergi, Jinyoung kemudian mendekat kearah Jaehwan.
"Kurasa mereka punya rahasia, aku melihat mereka bertukar pesan melalui line" bisik Jinyoung
"Di line ? Mereka berdekatan kenapa harus bicara melalui line"
"Tepat. Aku yakin mereka menyembunyikan sesuatu dari kita"
"Mereka mungkin sedang membicarakan wanita mana yang akan mereka tiduri malam ini"
"Kalau iya, kenapa mereka tidak membicarakannya pada kita. Biasanya mereka akan menyombongkannya kenapa harus membicarakannya di line"
Itu benar, semakin Jinyoung menjelaskannya, semakin penasaran Jaehwan. Jadi, ia memutuskan untuk mengikuti mereka ke kamar mandi. Jaehwan melihat mereka sedang mencuci tangan, sembari berbincang. Ia bersembunyi di balik dinding, mendengarkan pembicaraan mereka.
"Hentikan imajinasi bodohmu, sebenarnya apa yang kau pikirkan !" Minhyun menatap tajam Ong
"Aku sering memperhatikannya, itulah kenapa aku menyuruhmu mengetesnya" kali ini Ong membalas ucapan Minhyun dengan serius
"Aku sudah mengetesnya, dan tidak terjadi apa-apa"
"Tapi..."
"Sudah cukup Ong"
"Aku sudah lama merasakan Jaehwan menyukaimu..."
!!!
Apa yang Ong katakan, membuat bawah alam sadar Jaehwan terhenti. Tubuhnya bergetar, ia tahu akhir-akhir ini Minhyun sering menggodanya. Tapi ia tidak menyangka,...
"Apa kau merasakannya dengan jari kakimu !!! Aku sudah menggodanya untuk beberapa saat dan gak ada yang terjadi. Ia bahkan mengumpatku, kita adalah teman selamanya"
"Entahlah, aku bisa melihat ada sesuatu yang berbeda dimatanya saat menatapmu"
Jaehwan sudah tidak sanggup mendengarnya. Seberapa besar pun ia menyukai Minhyun, ia bisa menerima Minhyun apa adanya, cinta itu tidak punya alasan dan logika. Tapi pada akhirnya, inilah balasan yang ia terima.
Terkadang Jaehwan ingin meneriaki pria itu melampiaskan rasa frustasinya. Jaehwan menyesal menyukainya, dan masih tetap menyukainya.
Jaehwan sudah pergi dari klub meninggalkan pesan pada Jinyoung bahwa ia akan pulang terlebih dulu, tapi bukan ke apartemen. Minhyun dan Ong terus menelpon, tapi ia tidak mengangkatnya. Ia pergi ke bar lain, ia melampiaskannya dengan minum berbotol-botol alkohol.
Ia memutuskan pulang saat jam menunjuk pukul 01.26 pagi, dan melihat Minhyun duduk disofa menunggunya dengan cemas.
"Aku gak mabuk, aku baik-baik saja"
"Dari mana saja kau ?
"Sedikit alkohol tidak akan membunuhku"
"Kau membuatku khawatir, Jinyoung bilang kau pulang lebih dulu, aku menelponmu dan kau mengabaikannya, tapi kau malah pergi minum ditempat lain ?"
"Bukan urusanmu !"
"Ada apa denganmu ? Kau harus mengatakannya, agar aku bisa melakukan yang kau mau !"
"Apa kau sedang bermain dengan perasaanku ?"
"Apa yang kau bicarakan ? Aku gak mengerti !"
"Jika kau gak tau alasannya, jangan mengganggu aku" Jaehwan benar-benar ingin menyerah, jadi jangan hentikan ia lagi. Jangan bersikap baik lagi. Jangan membuatnya luluh.
"Sebenarnya apa yang terjadi jae ?"
"Ah, maaf. Aku mabuk, sebaiknya kamu pergi, ada yang sedang menunggumu" Jaehwan menghempaskan tangannya dan pergi menuju kamarnya.
Hari ini Minhyun membawa seorang gadis, pintu kamarnya sedikit terbuka, dan Jaehwan bisa melihat gadis itu duduk ditepi ranjang Minhyun. Terlalu lelah untuk bertengkar.
Minhyun tidak akan pernah mencintainya. Ia tidak boleh membohongi dirinya sendiri lagi. Mereka adalah teman.
Hati kita tidak akan pernah menyatu.
Tidak akan pernah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone (MinHwan)
RomanceJaehwan jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri, dan itu laki-laki. Ibarat pepatah sudah jatuh, tertimpa tangga. " Seplayboy apapun aku, Aku tidak berkencan dengan seorang teman." Pria yang disukainya itu telah membangun dinding tebal untuk rasa cinta...