Mata Minhyun berubah menjadi buram, dan sekujur tubuhnya terasa kaku. Ia merasakan getaran yang kuat, terutama dibagian tangannya. Bau darah membuatnya semakin pusing. Ia mencoba mengembalikan pandangannya, tapi yang ia lihat hanyalah bayangan pohon dikegelapan.
Minhyun mencoba bangkit tapi kakinya menyebarkan rasa sakit keseluruh tubuhnya.
Charlie masih berada disisi jalan, jauh darinya. Ia tidak tahu bagaimana ia bisa sampai jatuh terpental tapi satu yang ia ingat, dia sedang memikirkan seseorang saat itu.
Bayangan Jaehwan muncul dihadapannya, ia mencoba menahan kakinya yang gemetaran untuk berjalan menuju charlie. Dirinya tidak punya kekuatan untuk mengangkat charlie lagi. Seragamnya juga sudah sobek.
Setiap langkah terasa berat, rasanya seperti mengalami patah tulang. Terlebih ada cairan yang selalu menetes dari ujung dahinya sampai menutupi penglihatannya. Dia tidak yakin itu darah atau air matanya.
Ini sudah sangat terlambat, tapi ia masih terus berjalan selangkah demi selangkah. Ia harus menepati janjinya mengantar Jaehwan pulang.
Bau darah hampir membuatnya muntah, tapi ia tidak bisa berhenti. Ia harus kembali menuju gedung audiotorium. Jaehwan sedang menunggunya.
Di persimpangan jalan, Minhyun bisa melihat Jaehwan dan Taehyung, sedang berjalan kearah parkiran.
"Minhyun !!!?" Seseorang berteriak terkejut. Minhyun tidak tahu suara siapa itu, yang pasti itu bukan suara Jaehwan.
Nafas Minhyun terengah-engah dan lelah membuatnya sangat-sangat mengantuk. Rasanya ia butuh istirahat sebentar. Yang ia bisa lakukan hanya berjalan kearah Jaehwan tertatih.
Mengumpulkan kekuatan untuk mulai berbicara, dan menatap mata sayu itu,
"Jae... Aku...datang menjemputmu... Dan mengantarmu pulang..."
"Maaf karena membuatmu menunggu lama..." Suaranya terdengar sangat bergetar
"Jangan membenciku lagi, ayo... Pulang bersama"
Jaehwan masih berdiri kaku menatap keadaan Minhyun dan Minhyun sangat ingin mendekapnya sekarang, tapi ia tidak punya cukup tenaga.
"Bisa kau tunggu sebentar, aku... Aku akan mengambil charlie dulu"
"Minhyun sudah cukup" Minhyun tidak bisa melihat wajah Jaehwan dengan jelas tapi ia bisa merasakan tarikan hangat dilengannya.
"Jangan pergi bersamanya, jae~" Minhyun masih menatap wajah itu penuh kesedihan, "aku yang... akan mengantarkanmu pulang..."
"Kita harus ke rumah sakit, kak Tae, tolong bantu aku !!!"
"Aku tidak apa-apa, kita harus pulang" Minhyun menggosokkan tangannya yang penuh darah ke celananya, meyakinkan Jaehwan bahwa ia tidak terluka parah.
Tapi ia tidak bisa membohonginya, Kaki kirinya terasa begitu sakit, sepertinya kakinya patah, dan ia sudah sangat pusing. Tubuhnya sudah bersandar sepenuhnya dipelukan Jaehwan. Deru nafasnya terdengar menyakitkan.
"Jae..., maafkan aku bajumu... sudah kena darah... Hhh... Jangan membenciku... Aku mengantuk... Jae"
"Minhyun, apa kau mendengarku, jangan tertidur ! Kak Tae cepat bawa mobilnya" Jaehwan berteriak penuh ketakutan, Taehyung yang masih terkejut segera berlari menuju parkiran.
"Aku... Aku harus pergi mengambil motorku" Minhyun terus meracau, "jangan membenciku, aku akan menepati janjiku"
Minhyun masih bisa mendengar isakan Jaehwan. Ah, Minhyun sangat ingin menghiburnya, tapi sekarang dia benar-benar mengantuk, "aku akan tidur sebentar Jae, jadi biarkan aku memelukmu seperri ini 5 menit saja, tidak, 1 menit saja sudah sangat cukup"
"Minhyun sebentar, kak Tae akan membawa mobil, kita akan ke rumah sakit. kau dengar aku ? Minhyun ? Kau dengar ?"
Aku tidak ingin membuatmu menangis lagi, jangan menangis Jae. Aku mencintaimu...
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone (MinHwan)
RomanceJaehwan jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri, dan itu laki-laki. Ibarat pepatah sudah jatuh, tertimpa tangga. " Seplayboy apapun aku, Aku tidak berkencan dengan seorang teman." Pria yang disukainya itu telah membangun dinding tebal untuk rasa cinta...