Setelah acara lelang selesai, Minhyun mengikuti Jaehwan bahkan sampai keluar audiotorium. Ong dan Jinyoung sudah pulang lebih dulu ditengah acara dengan alasan acara pelelangan itu membosankan.
"Kenapa mengikutiku terus ?" gerutu Jaehwan pada Minhyun
"Aku lapar" rengek Minhyun
"Lalu apa masalahnya denganku ?"
"Aku sudah habiskan uangku untuk membeli DVD itu, aku tidak punya uang untuk makan malam" Minhyun masih terus bergelayut dilengan Jaehwan.
"Memangnya siapa suruh kau membelinya dengan harga segitu, apa otakmu tidak berfungsi"
"Hei ayolah, jangan memarahiku, aku benar-benar kelaparan"
Lagi-lagi Jaehwan akan mendengus kesal dan ingin menendang wajah pria itu sampai babak belur. Tapi Jaehwan tidak akan melakukan hal itu dan disinilah mereka sekarang, di dapur condo Jaehwan.
Jaehwan sedang berkutat dengan masakan, dan Minhyun hanya berdiri disana memandanginya,
"Apa ini tidak terlalu banyak ?" Minhyun menatap sewajan pasta oglio olio
"Huh ?" Jaehwan berpikir sejenak, "aku lupa bilang, kak Namjoon dan kak Jimin akan ikut makan bersama kita"
"Kenapa kamu mengajak mereka ?"
"Mereka kelelahan saat pelelangan, mereka pasti butuh makan untuk menambah tenaga, besok masih ada penggalangan dana juga"
"Ah, aku pikir kita akan makan berdua" ucap Minhyun kesal
Ding dong !
Mereka berdua menatap kearah pintu, saat bel berbunyi.
"Minhyun, bukakan pintu. Sepertinya mereka sudah tiba"
Dengan malas, Minhyun melangkahkan kakinya. Ia bahkan lebih lambat dari siput saat ini. Dan saat ia membuka pintu, ia cukup terkejut, meski tadi Jaehwan sudah bilang ada Namjoon dan Jimin yang akan datang.
Matanya hanya tertuju pada satu sosok yang berdiri diantara Namjoon dan Jimin, ya itu adalah Taehyung.
Sebenarnya Minhyun punya lingkaran pergaulan selain dari grup berandal, Minhyun dan Taehyung sudah saling mengenal. Minhyun tahu Taehyung bukan orang baik, ya Minhyun juga tahu dirinya bahkan tidak cukup baik untuk Jaehwan.
"Oh, Minhyun juga disini yaaa" Namjoon merangkul Minhyun saat memasuki condo, "dimana Jae ?" tanya namjoon lagi
"Dia sedang memasak" Minhyun menjawab malas, suasana hatinya masih buruk karna melihat Taehyung.
"Hei, kenapa cemberut, apa kau habis diomelin Jae" Jimin bisa dengan cepat membaca ekspresi Minhyun
Mereka sudah duduk melingkar diantara meja jepang, Jaehwan juga sudah membawa sewajan pasta ketengah meja. Dibantu Jimin yang menyiapkan peralatan makan.
Benar-benar, masakan Jaehwan sangat enak, tapi Minhyun tidak bisa menikmati makanannya. Rasanya ingin ia merobek mulut Taehyung sekarang,
"Ini enak Jae, lain kali aku mau makan masakan Jae lagi" ucap Taehyung sembari mengeluarkan smirk nya.
"Ya, gak masalah kak" Jaehwan membalasnya dengan nada yang terkesan baik.
Namjoon melirik Jimin yang sejak tadi diam, "kenapa kau gak makan ?"
Jimin hanya menggeleng ragu,
"Apa masakannya gak enak kak ?" Jaehwan bertanya pada Jimin
"Ini enak. Sebenarnya aku tadi sudah makan roti..."
"Satu roti tidak akan cukup untukmu" Taehyung menambahkan pasta kedalam piring Jimin, "habiskanlah, atau kau akan membuat Jaehwan sedih"
Setelah makan malam, Jimin dan Jaehwan membersihkan peralatan makan. Dan Namjoon turun sebentar ke toserba membeli beberapa kaleng softdrink katanya.
Sedang Minhyun berdiri bersender pada teralis balkon. Ia sedang merokok. Mencoba meringankan pikiran dikepalanya.
"Apa kau punya korek ?" suara yang sangat Minhyun kenal itu membuatnya ingin muntah.
Taehyung meletakkan rokok dimulutnya dan membakarnya terampil dengan korek yang Minhyun pinjamkan. Asap rokok sudah mengepul dibalkon, jadi mereka menutup pintu balkon, agar asap tidak masuk kedalam condo.
"Kudengar kau berhenti ?" Taehyung kembali bersuara
"Berhenti apa ?" Minhyun menjawab malas
"Main-main"
"Aku sudah dewasa. Aku ingin berhenti, dan hanya akan mencintai satu orang dengan tulus" Minhyun menghembuskan asap rokok lembut
"Senang mendengarnya. Tapi kau tahu, sulit sekali untuk berhenti begitu saja. Terutama di bagian meniduri banyak wanita, karna kau adalah bajingan !"
"Sama sepertimu bukan ?"
Taehyung tertawa mengejek, "aku sedang membicarakanmu saat ini"
"Orang disekitarmu mungkin sangat mudah kau bodohi, aku kenal kau dari 4 tahun yang lalu. Kita adalah tipe orang yang sama, tapi punya tujuan yang berbeda. Jika aku meniduri wanita hanya untuk main-main dan semua tahu itu, sedang kau meniduri wanita karna ingin memanfaatkannya. Jika Jimin dan Jaehwan tahu, bagaimana pendapatmu ?"
"Kenapa kau membawa jimin dalam pembicaraan kita ?" Taehyung terdengar marah
"Sesama bajingan pasti akan saling mengenali bajingan lainnya. Apa begitu sulit menyatakan perasaanmu pada Jimin, sampai meniduri banyak wanita untuk membuatnya cemburu ? Karna wanita tidak berpengaruh, sekarang kau beralih pada Jaehwan ?" Minhyun bicara santai tapi benar-benar menusuk.
"Hahahah" Taehyung merangkul pundak Minhyun membisikkan sesuatu ke telinga Minhyun, "Bagaimana jika aku juga mau berhenti bermain-main ?"
Kerongkongan Minhyun terasa kering tapi ia memutar otak untuk menjawab pria itu,
"Kak Taehyung..." ucap Minhyun, "kali ini aku akan bersikap sopan padamu, Aku menyukai Jaehwan"
"..."
"Aku tidak akan membiarkan siapapun mendekatinya"
"Apa kau mengancamku ?"
"Tidak. Kalau mau bersaing lakukan dengan benar. Apa kau berani mengatakan bahwa kau sudah tidak ada perasaan pada Jimin ?" Minhyun membuang sisa rokoknya, "Aku juga dulu tidak punya keberanian, dan menjadi bajingan. Kalau kau masih mencintai Jimin, berhenti mengganggu Jaehwanku !"
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone (MinHwan)
RomansaJaehwan jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri, dan itu laki-laki. Ibarat pepatah sudah jatuh, tertimpa tangga. " Seplayboy apapun aku, Aku tidak berkencan dengan seorang teman." Pria yang disukainya itu telah membangun dinding tebal untuk rasa cinta...