Jaehwan memutar otaknya, mencari ide untuk menyatakan perasaannya. Ia hanya bisa bergantung pada film lama yang pernah ditontonnya untuk mencari ide.
Sudah 3 hari. Matanya sudah sangat lelah sampai ia menonton film 'Love Actually'. Film ini bercerita tentang seorang pria yang jatuh hati pada sahabatnya. Hasilnya, cintanya tak berbalas, terdengar menyedihkan, tapi itu film yang bagus.
Ia menyimpan album foto dan scrapbook tentang Minhyun. Ia menyimpan semua tiket bioskop yang pernah mereka tonton, menulis beberapa hal tentang yang mereka lakukan. Menempelkan beberapa potret mereka berdua.
tok...tok...
Jaehwan dikejutkan dengan suara ketukan pintu. Ia menjawab dengan gugup.
"Siapa... Siapa diluar ?"
"si pria tua" pria diluar menjawab tanpa ragu
"Jinyoung ?"
"iya, buka pintunya"
Jaehwan melemparkan scrapbook kesofa, menutupnya dengan selimut secepatnya. Ia mengecek apakah itu sudah tersembunyi dengan rapi sebelum membuka pintu kamarnya.
"Kenapa lama sekali ?" Dia menjawab dengan menggerutu dan duduk di atas sofa. Kemudian menyalakan TV dengan santainya.
"Kenapa kesini tengah malam ?"
"Memangnya kamarmu dimars, sampai aku gak boleh datang ?"
"Sialan !"
3 dari mereka tinggal di condominium yang sama, tapi beda lantai. Kecuali Minhyun. Ibunya membelikan dia apartemen yang tidak jauh dari tempat mereka. Itulah kenapa Jinyoung ataupun Ong sering datang ketempat Jaehwan.
"Apa maumu ?"
"Pinjam laptopmu, komputerku rusak dan macbook ku sedang diservice"
"Sial !" Jinyoung selalu saja mengeluhkan Komputernya rusak. Dia harus memperbaikinya sebelum komputernya benar-benar mati.
"Cepatlah, Para gadis menunggu fotoku. Aku perlu menggunakan photoshop"
"aish, kuharap kau seantusias ini saat mengerjakan tugas juga"
"Belajar hanya memberikan nilai akademis, tapi cinta memberikan hati"
Duh Jaehwan rasa jika semakin lama ia berbicara dengan Jinyoung, ia mungkin bisa menjadi tersangka pembunuhan temannya itu. Dengan tergesa, ia mengambil laptopnya dan memberikannya pada Jinyoung.
"Sekarang pergilah !"
Baru Jinyoung bangkit, selimut diatas sofa ikut terungkap, menampakkan scrapbook yang Jaehwan sembunyikan.
"Oh apa ini ?" ia mengambilnya, "apa kau menulis diary ?"
Ahhhh!!! Tidak!!! Matilah!!!
Jinyoung sudah membukanya, matanya menyipit tajam.
"Kau menyukai... Minhyun ?"
"Hah ? Apa ? Siapa yang bilang ? Aku.. Tidak menyukainya..."
"Aku hafal tulisan tanganmu Jae"
Jaehwan sudah pasrah, tidak ada harapan untuk berbohong. Ia hanya duduk diatas sofa dengan lemas.
"Tolong jangan katakan padanya..."
"Kau tahu kan Minhyun tidak berkencan dengan teman, bagaimana bisa kau ?"
"Karena itulah aku tidak bilang apa-apa. Jadi tolong simpan rahasia ini"
"Sudah berapa lama ?"
"Belum lama..."
"Sialan Jae, bisakah kau menjawab pertanyaanku dengan benar !"
"... Kurang lebih 2 tahun"
"Huh ?"
"Sejak pertama kali bertemu"
"Dan kau menyimpannya sampai sekarang. Jika aku tidak menemukan benda bodoh ini, apa kau akan merahasiakannya sampai mati ? Wah kau pandai menyimpan rahasia"
"Kamu memujiku atau menjatuhkanku ?"
"Jae, aku serius. Apa kau gak tau kalau Minhyun itu normal ?"
Jaehwan mengangguk sedih. Ini juga adalah salah satu alasan kenapa dia tidak mengatakannya.
"Dengarkan aku, aku akan membantumu"
.
.
.
Tok...tok...tok...Jaehwan berdiri didepan apartemen Minhyun. Jinyoung menelpon 5 menit lalu, untuk memastikan Minhyun ada di apartemennya.
Klik...
"Oh Jae, kenapa kesini ?" Wajah tampan itu berkerut bingung
Jaehwan tetap diam, dia mengangkat papan putih yang sejak tadi ia bawa. Ia membalikkan papan putih itu satu per satu. Ia membuatnya bersama Jinyoung semalam.
Papan pertama :
Apa kabar ?
Jaehwan meletakkan papan pertama kelantai dan menunjukkan papan kedua.
Hari ini seperti hari biasanya, tapi tidak denganku, ada sesuatu yang ingin kusampaikan padamu.
kamu spesial bagiku
Tapi bukan spesial yang seperti ini
Ia kemudian menunjukkan gambar batman, spiderman, captain america.
Kamu lebih spesial dari mereka
Aku mencintai kamu
Hanya itu saja, Jaehwan menatap Minhyun. Menunggu respon pria itu.
"Jae..."
"Sekarang apa kau mengerti perasaanku ? Aku..."
"Ini ide yang bagus Jae, apa aku bisa menggunakannya untuk menembak para gadis ?"
"!?"
"Kita memang sehati, kau selalu tau apa yang aku pikirkan. dan rasakan" Minhyun memeluk tubuh Jaehwan yang sudah kacau, "Aku mencintaimu teman"
Ah, aku benci kamu Minhyun.
Bukannya kalimat itu yang keluar, Jaehwan hanya mengangguk pelan, "sama-sama"
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone (MinHwan)
RomanceJaehwan jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri, dan itu laki-laki. Ibarat pepatah sudah jatuh, tertimpa tangga. " Seplayboy apapun aku, Aku tidak berkencan dengan seorang teman." Pria yang disukainya itu telah membangun dinding tebal untuk rasa cinta...