Malam itu Jaehwan tidak bisa tidur setelah kekacauan yang terjadi. jinyoung menemani Jaehwan menonton sampai jam 3 pagi untuk menenangkan perasaan Jae.
Jinyoung berangkat pagi kekampus dan tidak berniat membangunkan Jaehwan. Ia tahu temannya itu tidak mungkin kuliah hari ini dan bertemu si "brengsek" Minhyun. Ia hanya meninggalkan catatan note di atas meja jepang.
Aku beli kan bubur, makanlah. Hari ini gak usah kuliah, nanti kuizinkan sama dosen dan panitia naskah panggung. Aku akan pulang larut, jangan menungguku.
Uh, Jaehwan tidak selera makan sekarang, ia lebih memilih duduk diatas sofa dan menyalakan TV. Dia tidak ingin berpikir lagi tentang kejadian semalam. Sungguh.
Klik...
Mata itu menatap kearah pintu, sepertinya Jinyoung kembali ke condo lebih cepat. Namun saat pintu terbuka, pria yang tidak ingin dia temui itu sudah disana.
"Minhyun..." Jaehwan memanggil namanya, Minhyun masih menggunakan almamater kampus.
"Er... aku hanya..." Minhyun menggaruk tengkuknya canggung. Sedang Jaehwan hanya terdiam, ia tahu diamnya adalah yang terbaik untuk menjaga dirinya sendiri dan juga pria itu.
"Aku bawa salinan materi untukmu" Akhirnya Minhyun kembali berbicara dan mendudukkan dirinya disamping Jaehwan.
"Hm, thanks" Jaehwan mengambil buku salinan yang diberikan kepadanya.
"Apa kau tidak enak badan ?"
"Tidak, hanya sedang malas"
"Sebenarnya aku kesini bukan untuk memberikan salinan materi padamu. Soal semalam, aku tidak seharusnya bicara seperti itu"
"Sudahlah, aku juga minta maaf, sudah membuatmu marah"
Mereka sudah berteman cukup lama, akan sulit jika menaikkan ego masing-masing. Setidaknya Minhyun sudah mau mengalah dan mendatanginya lebih dulu. Jaehwan sangat berterimakasih untuk itu.
"Jae, kau dan aku apa bisa kembali seperti dulu lagi ?"
"Baiklah, tidak nyaman rasanya saat bertengkar denganmu"
Sekali lagi Jehwan akan memaafkannya. Tidak peduli seberapa sakit hatinya, Minhyun sangat berharga untuknya.
"Karna kita sudah baikan, apa kau mau kembali ketempatku ? Pasti tidak nyaman jika tinggal bersama Jinyoung"
"Tidak, Jinyoung bilang dia baik-baik saja. Aku tidak akan pindah lagi" Saat Jaehwan memutuskan keluar dari apartemen Minhyun, ia sudah menguatkan tekadnya. Itu terlalu melelahkan.
"Aku tidak memintamu untuk pindah sekarang juga kok, cobalah pikirkan kembali"
"Baik, akan kupikirkan"
"Er, lalu bagaimana dengan naskahmu ?" Minhyun mencoba mencairkan suasana.
"Aku belum menulis apapun"
"Kak Namjoon menanyakanmu siang ini"
"Dia tidak menelponku" Jaehwan mengecek handphonenya.
"Aku menyuruhnya untuk tidak menelponmu, karna kau pasti butuh waktu sendiri"
Jaehwan hanya tersenyum menanggapinya. Sekarang, ia akan memulai pertemanannya kembali dengan pria ini, mencoba melupakan cintanya. Dan fokus pada perkuliahan.
.
.
.
Keesokan paginya, Jaehwan masuk kuliah, ia harus bertemu Namjoon. Namjoon adalah senior berperawakan seperti beruang dan merupakan ketua pimpinan panggung pertunjukan yang merangkap juga sebagai anggota tim naskah.Ia benar-benar habis diceramahi Namjoon, bertanya kenapa ia tidak hadir semalam dan banyak hal lagi.
Rasanya ia seperti mendengar biksu tua berbicara ditelinganya.
"Aku gak suka tentang kisah percintaan" ucap Jaehwan
"Lalu kau mau kisah apa ? Kisah politik ? Kisah cinta adalah pilihan terbaik untuk pertunjukkan anak kuliah"
"Hei, jangan memarahi junior seperti itu" Jimin, menepuk punggung Namjoon dan ikut duduk diantara mereka berdua.
"Ah, kak Jimin adalah penolong terbaik dimuka bumi" Jaehwan bersyukur akhirnya Namjoon berhenti merocos.
"Jae, kenapa gak suka kisah percintaan ?" Jimin sepertinya sudah mendengarkan pembicaraan mereka sejak tadi
"Karna aku gak percaya cinta, dan akan sulit untuk menulis dialog antar pemainnya nanti"
"Hanya itu saja ? Aku punya teman yang bisa diminta bantuan. Tahun lalu dia yang menulis naskah untuk pertunjukkan panggung"
"Heh ! Jangan bilang itu Taehyung !" Namjoon menatap Jimin dengan mata menyipit.
"Iya, si Tae, dia sangat pintar menulis dialog cinta walaupun ia masih single sampai sekarang"
"Memangnya dia mau membantu ?" Namjoon tidak yakin, karena ia tahu Taehyung sangat sulit untuk diminta bantuan.
"Tenang, kalau aku yang bilang, semua orang pasti akan menurut"
"Ya, karna kau sangat galak"
Jimin hampir saja melemparkan lembaran kertas naskah kewajah Namjoon, "lalu bagaimana Jae ?"
"Aku terserah saja kak, aku akan ikut keputusan kakak"
"Baiklah, berarti sudah deal kan ! Aku harus pergi dulu, aku mau jemput pacarku" Namjoon sudah memutuskan untuk pergi. Namjoon itu tidak terlalu tampan tapi ia punya pacar yang sangat manis dan anak jurusan kedokteran. Meski begitu Jaehwan tau, Namjoon itu punya nilai plus lain, yaitu otaknya.
"Kalau begitu aku juga pergi ya Jae, aku akan menghubungi Taehyung. Kau pasti akan menyukainya, dia orang yang ramah"
"Baik kak, hati-hati"
Walau Jaehwan cukup galak untuk orang baru, setidaknya ia akan mencoba menjadi lebih baik. Ia harus memulai memperbaiki hubungan interpersonalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone (MinHwan)
RomanceJaehwan jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri, dan itu laki-laki. Ibarat pepatah sudah jatuh, tertimpa tangga. " Seplayboy apapun aku, Aku tidak berkencan dengan seorang teman." Pria yang disukainya itu telah membangun dinding tebal untuk rasa cinta...