Jaehwan sudah duduk dibangku bioskop, memangku popcorn dan minuman yang sudah dibelinya.
Ia sedikit risih, ketika mendengar suara decitan bangku baris depan yang sejajar dengannya. Meskipun keadaan sedang gelap, Jae masih bisa mengenali orang itu.
Kenapa ia selalu bertemu dia saat hatinya masih sangat rapuh.
Untuk sesaat mata mereka saling bertatapan tapi tak ada tegur sapa yang terucap. Pria itu menghiraukannya.
Jantung Jaehwan berdetak kencang, mengalahkan suara kunyahan popcorn didepannya. Pria itu sama sekali tidak suka makan saat menonton, tapi demi menyenangkan wanita disampingnya, ia melakukannya.
Film sudah diputar, tapi Jaehwan lebih tertarik menonton dua insan itu saling berbisik ditengah film. Ini sangat menyakitkan melihat Minhyun bersama wanita lain.
Ah, ia ingat kata-kata Jinyoung, ia harus mencari kelemahan pria itu untuk melupakannya.
Pertama, dia adalah pengendara motor yang buruk. Meski aku belum pernah diboncengnya, aku tahu itu.
"Minhyun, apa yang dikatakan aktris itu ?, Aku gak terlalu paham" bisikan mereka berdua terngiang ditelinga Jaehwan
"Dia bilang, i wanna be the one you drunk text first"
Kedua, dia orang yang mudah menyerah.
"Bantu aku menerjemahkannya" bisik wanita itu lagi
"Maksudnya, wanita itu ingin menjadi orang pertama yang dikirimi pesan saat si pria sedang mabuk"
"Nanti jika aku mabuk, apa boleh aku mengirim pesan padamu ?"
"Tentu. Kau bisa mengirimiku pesan kapapun"
Meski tidak mau mendengarkan pembicaraan itu, tapi tubuhnya seolah tidak mau mendengarkan Jaehwan.
Ketiga, dia bebas memilih tanpa memikirkan pendapat siapapun.
"Kemana kita akan pergi setelah menonton ?"
"Mau pergi ketempatku ?"
Keempat, dia memperlakukan wanita seperti kencan satu malamnya saja.
"Baiklah" wanita itu tersenyum menggoda saat mendengarnya dan diikuti rangkulan hangat Minhyun.
Kelima, mantannya selalu menjadi masalah besar untuknya.
Ah, Jaehwan jadi tidak tahu film ini bercerita tentang apa. Pikirannya benar-benar kacau. Yang ia lihat dan dengar hanyalah Minhyun yang sedang berkencan saat ini.
Keenam, dia tidak terlalu pintar.
Ia Minhyun itu tidak terlalu pintar, dan Jaehwan adalah orang yang sangat bodoh.
Filmnya sudah berada dibagian akhir, Jaehwan melirik bagku depan yang sedikit bergerak. Seseorang yang ia cintai sedang berciuman dihadapannya.
Ia masih menatap wajah Minhyun dari cela-cela bangku. Hatinya terasa tertusuk. Bahkan saat soundtrack film sudah berputar mereka masih berciuman.
Dunia terhenti dan ketika ia mulai sadar...
Minhyun sudah pergi...
Dia hanya menatap punggung itu menjauh, sekarang ia menemukan alasan lain untuk berhenti mencintai Minhyun.
Ketujuh, dia tidak pernah benar-benar mencintai siapapun.
Jaehwan merunduk, air matanya sudah jatuh. Hari ini adalah hari terakhir ia akan menangisi pria itu. Tidak akan ada hari lainnya.
"Jae~" Jaehwan mendengar seseorang memanggil namanya, saat ia mengangkat kepalanya ada Ong berdiri dihadapannya.
"Ong, kenapa kau disini ?" Jaehwan menyeka air matanya menyembunyikan tangisnya
"Kau bilang ingin pergi menonton jadi aku mengikutimu dan aku melihat Minhyun..."
"Huh ? Minhyun ? Dia baru saja pergi, aku mau pulang sebentar lagi"
"Apa kau baik-baik saja ?"
Jaehwan sudah berdiri dan mencoba tersenyum, "ya aku baik-baik saja, filmnya sangat menarik..."Sebelum Jaehwan menyelesaikan perkataannya, Ong sudah memeluknya.
"Jae, maaf"
"Hei, kenapa minta maaf, haha"
"Karna aku, kau jadi begini"
"..."
"Aku minta maaf, aku tidak bermaksud" Ong tidak melepaskan Jaehwan dan terus memeluknya, membuat Jaehwan kembali menangis.
"Ong... Kau..."
"Kau mendengarkan pembicaraan kami pada hari itu kan ?" Jaehwan tidak tahu apa Ong tahu dari Jinyoung atau ia mengetahuinya sendiri.
Jaehwan tidak marah padanya, karena mereka adalah teman. Ia hanya ingin menyerah terhadap Minhyun.
"Tidak apa, semuanya sudah berakhir"
"Maafkan aku, aku benar-benar brengsek"
"Dengarkan aku Ong, jika ada orang yang harus disalahkan, itu adalah aku" Jaehwan menepuk punggung Ong lembut, "aku sudah tidak jujur pada kalian, dan sekarang inilah yang aku dapatkan"
"Jika kamu ingin menangis, menangislah. Aku akan bersamamu"
Jaehwan kehilangan cinta tapi ia masih punya teman. Ia tidak akan terpuruk, ia tahu itu.
Mulai besok dan seterusnya ia tidak akan menangis lagi.
.
.
.
Pertemuan mobilisasi fakultas seni diadakan pada selasa siang. Dekan sudah memberikan beberapa tugas yang harus disiapkan.Mereka akan membuat pertunjukan panggung, ini adalah ajang untuk menadapatkan uang. Tapi bukan hal yang mudah untuk membuat pertunjukan panggung. Melibatkan kerja sama dari banyak fakultas.
Ada pengaturang panggung, co-stage, bagian busana, mc, dll. Dan yang paling diprioritaskan adalah naskah.
Jaehwan terpilih menjadi bagian dari tim pembuat naskah. Ia harus menyelesaikannya dalam waktu singkat, ditambah pikirannya saat ini, ia akan segera mati.
Setelah pertemuan, ia menghubungi Jinyoung untuk membahasnya, karena Jinyoung merupakan anggota tim pengambilan gambar. Mencoba bertukar ide membicarakan plot twist katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone (MinHwan)
RomanceJaehwan jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri, dan itu laki-laki. Ibarat pepatah sudah jatuh, tertimpa tangga. " Seplayboy apapun aku, Aku tidak berkencan dengan seorang teman." Pria yang disukainya itu telah membangun dinding tebal untuk rasa cinta...