Tok... tok... tok
Setelah beberapa saat Jaehwan mengetuk pintu condo Jinyoung, seseorang tersenyum dengan wajah tersenyum saat pintu terbuka.
"Bagaimana tuan penulis naskah ?"
"Awalnya sangat baik, tapi saat aku melihatmu, otakku jadi ngeblank lagi Ong" Iya, yang membuka pintu adalah Ong.
"Jika kau butuh bantuan dengan ketampananku, katakan saja, aku akan membantumu"
"Tampan jari kakimu. Apa kau gila, kenapa kau datang kesini dengan menggunakan celana itu ?" Jaehwan menunjukkan celana olahraga yang karetnya sudah aus, dan hampir menunjukkan belahan pantatnya.
"Bagimana ? cocok denganku kan ?"
"Er, ya cocok dengan kegilaanmu" Jaehwan memutar matanya, "Sekarang menyingkirlah, aku mau masuk"
"Masuklah~" kali ini suara Jinyoung terdengar dari dalam ruangan, sepertinya ia sedang bermain game. Ong duduk disamping Jinyoung mengambil gamepad nya dan kembali bermain, meninggalkan Jaehwan berdiri disana.
"Dimana... Minhyun ?" Tanya Jaehwan
Ong melirik sekilas dan berbicara agak pelan, "Dia sedang ada kencan"
Minhyun memang hampir tidak pernah berkumpul bersama mereka lagi. Geng berandal sudah seperti genangan air. Akhir-akhir ini Ong juga selalu bersama mereka, dia bilang ingin memperbaiki hubungan pertemanan. Selalu mengumpulkan mereka bersama, tapi hati sudah tidak bisa sedekat dahulu lagi.
"Aku tanya padamu, apa kau sudah memaafkan Minhyun ?" Tanya Ong
"Aku sudah lebih baik sekarang, hanya itu... Aku mencoba untuk kembali berteman dengannya tapi yang dia lakukan malah kebalikannya"
"Aku lega kau mengatakan itu, Minhyun itu keras kepala, jika kau tidak mengatakan alasan kenapa kau marah padanya, dia akan mencari alasan untuk marah padamu" Ong paham betul sifat Minhyun, dan Jaehwan mengakui itu.
"Kalau pun kukatan alasannya, itu gak akan mengubah apapun" Jaehwan menatap jari-jarinya, "Kalian gak akan membicarakan hal ini kepadanya kan ?"
Jinyoung berhenti bermain game dan menatap sahabatnya itu, "ini gak berkaitan dengan kami, kalau pun ada yang harus membicarakannya, kau dan Minhyun lah yang harus melakukannya"
"Yah, aku mengharapkan itu juga"
Pada hari itu, Jaehwan akan benar-benar melupakannya. Ia akan hadir dengan bahagia pada saat Minhyun menikah nanti. Tidak ada lagi senyum yang dipaksakan, mungkin Jaehwan akan menjadi pendamping pria nya. Akan datang hari, dimana cintanya akan sebatas sebutan 'teman'.
Mereka bertiga duduk dan meminum bir. Setiap jaehwan tenggelam dalam kesedihan, hanya Ong dan Jinyoung yang berdiri disampingnya memberi semangat.
Tok... tok...
"Siapa itu ?" Ketukan pintu mengalihkan pandangan mereka. jaehwan melirik jam yang sudah menunjuk pukul 10 malam.
"Seseorang tolong buka pintunya" Jinyoung sipemilik condo sudah memerintah
"Aku malas, Jae, kau saja yang buka kan"
"Tidak bisakah kalian memperhatikan aku, aku sedang patah hati..."
"Pergilah, aku gak bisa buka pintu dengan celana seperti ini"
Jaehwan menggerutu kesal, tapi tetap berjalan menuju pintu. Saat, ia membuka pintu, ia menatap orang itu dengan perasaan aneh.
"Minhyun..."
"Ong menyuruhku datang, apa kalian sedang minum ?"
Jaehwan tertegun dibalik pintu, dan menatap pria itu berjalan masuk. Akan lebih baik, jika saja lengannya tidak digandeng orang lain.
"Masuklah, mereka temanku" Minhyun menarik wanita itu masuk membuat Jaehwan menghela nafasnya dan ikut berjalan dibelakang mereka.
"Hei, dari mana saja kau ?" Jinyoung mencoba ramah dan tersenyum kepada wanita yang dibawa Minhyun saat mereka sudah duduk
"Aku ditelpon Ong saat sedang makan dengan wanitaku" Minhyun menjelaskan dan meminum segelas bir milik Jinyoung.
"Jangan minum terlalu banyak" wanita itu berbisik pada Minhyun
"Tidak terlalu banyak kok" balasnya
"dan jangan merokok juga"
"oke"
"Kamu harus lebih mendengarkan aku"
Jaehwan hanya menampilkan smirk nya saat mendengar itu, "Hei, apa kau pikir, dia akan mendengarkanmu ?"
"Apa maksudmu kak Jae ?" wanita itu bertanya bingung
"Dia itu brengsek, jika dia sudah selesai denganmu, dia akan membuangmu"
Semua orang terkejut dengan ucapan Jaehwan. Jaehwan bahkan tidak sadar dengan ucapannya, itu keluar begitu saja.
"Jae, sialan kau !" Minhyun sudah bangkit, menarik kerah Jaehwan bersiap memukulnya. Tapi Ong melerai, dan Jinyoung menarik Minhyun menjauh.
"Tenanglah ! apa kau mabuk ? Jika iya, kembalilah kekamar" Jinyoung mencoba berbicara pada Jaehwan
"Aku tidak mabuk, aku mengatakan yang sesungguhnya. Apa aku salah ?" Jaehwan benar-benar sudah tidak tahan. Persetan dengan segalanya, ia muak.
"Lalu kenapa ? Setidaknya aku tahu bagaimana mencintai. Tidak sepertimu si pembuat masalah yang tidak masuk akal" Minhyun berteriak
"Apa kau pikir, apa yang kau lakukan itu cinta ? Hah ! SIalan !"
"Aku berani mengatakan itu cinta. Aku yakin tidak ada satupun yang akan mencitai pria sepertimu, bahkan aku pun tidak akan mau" Suara Minhyun hampir memecahkan gendang telinga Jaehwan. Jaehwan menatap air matanya yang menetes satu per satu tanpa izin.
"Minhyun, Jae mabuk. Kau seharusnya tidak menganggap ini terlalu serius" Jinyoung sudah berbalik menatap Minhyun, sedang Ong mencoba membuat Jaehwan berdiri, ia sudah tidak sanggup lagi.
"Dia tidak bisa mengatakan hal seperti itu, meskipun ia sedang mabuk"
"Hei, tenanglah. Moodnya sedang tidak baik"
"Apa dia istriku ? Kenapa aku harus peduli jika moodnya tidak baik"
"Minhyun, berhentilah !" Jinyoung sudah menatap tajam Minhyun
"ketika dia siap kutiduri, aku akan berbicara padanya, apa kau puas, sia..."
Bug...
Kali ini Ong lah yang sudah tidak tahan, ia melemparkan pukulannya tepat dirahang Minhyun. Dua kali, Jaehwan bisa mendengarnya. Jinyoung dengan sigap mendorong tubuh Ong.
"Kau tahu, Jae..." Ong berteriak dengan keras
"Ong, sudah cukup. Kita berteman, dia temanmu" Jaehwan mencoba menghentikan Ong yang mulai bicara.
Jaehwan sudah berjalan mendekat kearah Minhyun, tapi tidak menatap wajah itu, "Maaf, ini semua karena aku" ucapnya putus asa
Untuk melindungi "pertemanan" ini, Jaehwan akan menyembunyikan perasaannya selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone (MinHwan)
عاطفيةJaehwan jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri, dan itu laki-laki. Ibarat pepatah sudah jatuh, tertimpa tangga. " Seplayboy apapun aku, Aku tidak berkencan dengan seorang teman." Pria yang disukainya itu telah membangun dinding tebal untuk rasa cinta...