Hai thank u masih stay💖
Jangan lupa share cerita ini ya
Siap spam tiap paragraf? Gass meluncurrrr~
•••
Sesampainya di rumah sakit, Naya terbaring lemah di kamar inap, demi apapun Naya memang lemah jika terlalu banyak pikiran, terlalu banyak yang mengisi otaknya dapat membuatnya pingsan seketika.
Saat membuka matanya ia mendapatkan seseorang memegang tangannya, dan betapa terkejutnya Naya mendapati Naja sedang terpejam seraya menggenggam tangannya.
"Kak Naja—" Naja refleks membuka matanya dan menatap sekitar.
"Lo udah sadar?" Tanya Naja. Naya bangun dari tidurnya dan ikut menatap sekitar.
"Kok kak Naja bisa di sini?" Tanya Naya mengalihkan pembicaraan, Naja menghela napasnya pelan.
"Mamang ojek lo nelpon gue, gue belum
Kabarin orang rumah—""Udah jangan! Nanti bibi kasih tau Bunda sama Ayah, terus Naya cuma nambah beban pikiran mereka aja. Naya nggak papa kok, cuma kecapekan aja." Naja menghela napasnya pelan.
"Buang pikiran yang cuma ngebebani pikiran lo doang, Naya. Kata dokter lo nggak boleh kecapekan," ujar Naja seraya mengelus tangan Naya. Seketika Naya mengernyit bingung.
"Gimana mamang ojek bisa ngabarin kak Naja?" Tanya Naya lagi karna heran saja, apa mamang ojek tahu password ponselnya?
"Gausah nambah pikiran lagi, sekarang lo istirahat," ucap Naja memberitahu, Naya menyengir kuda.
"Ta-tapi Naya harus kabarin Bibi kalo Naya nggak pulang hari ini, hm bilang aja Naya nginep rumah Stella! Iya bener," tutur Naya sendiri lalu segera memainkan ponselnya dan Naja membiarkan saja.
"Stella mau main game lagi," ujar Naja tiba-tiba membuat pergerakan tangan Naya terhenti, tak lama ia tersenyum tipis.
"Bagus deh."
"Iya, untungnya dia mau, kalo enggak gue bingung siapa lagi, Nay." Naya mengangguk lalu meletakkan ponselnya setelah mengirim kabar ke bibi di rumahnya. Naya mengelus puncak kepala Naja.
"Tinggal beberapa hari lagi kan?" Tanya Naya dan langsung di angguki Naja.
"Semangat kak Naja, kakak harus buktiin ke Papa kak Naja kalo game itu nggak semuanya buruk." Naja tersenyum tipis lalu mengelus pipi Naya.
"Dah tidur, gue jagain di sini."
"Kak Naja besok sekolah?"
"Enggak, gue mau nemenin lo." Naya mengerucutkan bibirnya lalu kembali membaringkan tubuhnya dan menatap wajah Naja.
"Kak Naja kan udah kelas tiga emang nggak papa?" Tanya Naya, Naja menaikkan sebelah alisnya.
"Sesekali mah nggak papa, lagian juga selama gue sekolah di Habits gue nggak pernah buat masalah," ujar Naja membuat Naya tersenyum lebar.
"Iya kak Naja mah nggak nakal," balas Naya lalu keduanya terdiam, Naya yang mulai memejamkan matanya dan Naja yang memainkan ponselnya untuk izin kepada orangtuanya.
Keesokan paginya Naja sudah tidak ada, entah kemana lelaki itu, Naya mengerjapkan matanya beberapa kali, ia mencoba mengumpulkan nyawanya, dan setelah selesai, Naya yang hendak turun dari ranjang terkejut saat Naja datang.
"Udah bangun?"
"Kakak abis ngapain?"
"Mau pulang hari ini kan?" Naya mengangguk lalu ia tersadar akan sesuatu.
![](https://img.wattpad.com/cover/225525423-288-k497023.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENTKILLER (Naja Mahatma)
Teen Fiction(Sudah di terbitkan oleh penerbit Loveable.redaksi) FOLLOW DULU SEBELUM BACA || TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU INDONESIA (offline maupun online) (SETELAH TAMAT AKAN DI HAPUS) -Bukan cerita thriller- - PRE ORDER DI MULAI TANGGAL 29 DESEMBER- Awal mula...