Bab 11 | Percaya

9.7K 704 9
                                    

Eryana tengah menikmati waktu senggangnya di pinggir kolam renang dengan membaca buku abu-abu milik Hilman. Pagi yang mendung tidak berhasil membuatnya bergelung di atas kasur. Ia memanfaatkan waktu selagi Hilman masih sibuk dengan urusannya bersama Tari.

Tangannya bergerak untuk membuka halaman selanjutnya yang sudah ia tandai kemarin. Kakinya ia celupkan ke dalam air, sesekali menggoyangkannya menciptakan sebuah cipratan yang mengenai dirinya sendiri.

8 Februari 2013 - di dapur, memasak makanan kesukaanmu.
Bab 2, ayat 1

Aku tahu kau suka keju, maka dari itu aku akan membuat semangkuk mac and cheese untukmu.

H. S. S

Hm, Keju? Eryana sudah tidak bisa menahan senyumnya. Ia tidak menyangka jika lelaki dengan sejuta jual mahalnya itu sudah mengetahui satu fakta tentang dirinya. Tanpa menunggu lama lagi, ia pun langsung membuka halaman selanjutnya.

9 Februari 2013 - di ruang tamu, mengharap hadirmu.
Bab 2, ayat 2

Lain kali kau harus datang! Mac and cheese nya sudah aku buang! Dan sekarang, hatiku sungguh tak tenang!

H. S. S

Eryana menerka-nerka kejadian apa yang terjadi pada tanggal tersebut. Sebelum akhirnya ia menjentikkan jari karena teringat sesuatu. Ah iya, Eryana masih ingat! Pada tanggal yang sama, ia memang memiliki janji untuk belajar bersama di rumah Rima yang berakhir tidak jadi karena hujan deras.

Ia mendesah kasar, ternyata Hilman sudah menunggunya waktu itu. Lantas, kenapa Rima tidak mengabarinya? Padahal gadis itu adalah salah satu CCTV Eryana untuk memantau Hilman. Kalau saja ia tahu Hilman sudah menunggunya dengan semangkuk mac and cheese kesukaannya, pasti gadis berambut sebahu itu rela hujan-hujanan dengan seribu alasan masuk akalnya agar ia diizinkan kedua orangtuanya pergi. Kan sayang kalau mac and cheese nya dibuang!

Eryana terus menggerutu di dalam hati. Jemari lentiknya bergerak membuka halaman selanjutnya.

14 Februari 2013 - di ruang tamu, menatapmu.
Bab 2, ayat 3

Terima kasih sudah datang, sambil membawa sebuah barang agar selalu ku kenang.

H. S. S

Eryana mengernyit saat melihat tanggal dan keterangan yang tertera di atas tulisan itu. 14 Februari 2013. Kali ini, ia memang tidak ingat apa-apa tentang peristiwa yang terjadi pada tanggal tersebut. Gadis berambut sebahu itu memutar otak, kenapa ingatannya tiba-tiba melemah? Berulang kali ia mencoba untuk mengingatnya sambil terus membaca tulisan Hilman yang menyuarakan bahwa seseorang telah datang ke rumahnya pada waktu itu.

Nihil. Sekuat apapun Eryana mengingat, tetap saja ia merasa tidak pernah datang ke rumah Hilman di tanggal yang sama. Apalagi memberi sebuah barang untuk dijadikan kenang-kenangan. Bisa-bisa ia ditendang oleh Hilman saat itu juga. Pasalnya, sampai SMA pun Eryana sama sekali tidak dekat dengan Hilman. Ia hanya bisa memantaunya dari laporan Rima saja.

Tidak cukup dengan rasa bingung yang baru saja ia alami, Eryana kembali dibuat pusing dengan halaman selanjutnya. Bukan, bukan sebuah tulisan yang ia lihat di sana. Melainkan ia melihat sebuah gelang! Sebuah gelang yang terbuat dari benang kusut berwarna hitam dan abu-abu tertempel di sana. Di pojok atas kirinya kembali tertulis 'dear Ana' dengan tanda tangan Hilman di pojok bawah kanannya.

"Eryana!"

Eryana terkejut. Sebuah suara yang sangat ia hindari saat ini kembali memenuhi indera pendengarannya. Sebelum menoleh ke arah Hilman, tangannya dengan cepat menutup buku abu-abu itu lalu menyelipkannya di bawah sweater tebal yang ia pakai.

Satu Centang Abu✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang