Chapter 5

66 4 1
                                    

"Aku berjanji akan selalu mencintai dan menyayangimu Alin, walaupun kita baru kenal tapi entahlah aku sudah mencintaimu," batin orang itu sambil menatap Alin yang terus terisak di pelukan kakinya.

Flashback

Disebuah rumah mewah tapi tidak terlalu besar terdapat satu keluarga yang bahagia. Sang ayah bekerja sebagai presiden direktur perusahaannya sendiri, sang ibu bekerja sebagai pemilik butik terkenal di kotanya, dan sang anak sulung yang saat itu berusia duabelas tahun dan sibungsu berusia delapan tahun. Walaupun kaya tapi keluarga tersebut tak mau membeli sebuah mansion untuk ditinggali, hanya cukup dengan rumah sederhana tapi mewah saja.
"Kara, usiamu sudah hampir duabelas tahun dan kamu akan naik kekelas dua SMP berarti kamu akan memasuki masa remaja kan nak. Mama ingin mempunyai cucu dari kamu diusia tujuhbelas tahun atau saat Kara sudah sukses nanti," ujar mama.

"Bukannya Kara menolak ma, tapi kalau diusia tujuhbelas tahun Kara belum memiliki pasangan seperti mama bagaimana?" tanya Kara aka Alin.

"Kara boleh mengadopsi anak, mama nggak marah kok walaupun itu cucu tiri mama asalkan dia menjadi anak seperti Kara," jawab mama. Tiba-tiba sang papa datang sambil menggendong sibungsu.

"Lagi bicara apa ini, kok serius sih mama dan Kakak," tanya papa.

"Nggak kok, kita lagi bicara santai. Ngomong-ngomong ayah sama adek dari mana kok mama nggak tau perginya?" tanya mama.

"Adek diajak papa membeli es krim ma, kata papa kakak nggak suka es krim jadi hanya adek yang diajak ayah. Mama sama kakak nggak marah kan?" jelas adek.

"Mama nggak marah kok sayang, malahan mama senang kalau adek jujur dan bahagia bisa memakan es krim, kalau kakak marah nggak?" tanya mama.

"Kakak nggak marah kok, kakak juga seneng kalau adek seneng," jawab sang kakak.

"Oke, karena semua seneng boleh dong kalau ayah mengajak piknik di taman belakang. Beruntung ini hari minggu, papa dan mama libur setuju nggak nih kesayangan papa," tawar papa.

"SETUJU!!" jawab semua kompak, dan mereka pun memulai acar piknik sederhana itu hingga sore mendatang.

Setelah acara piknik tadi siang, semua sedang berada dikamar sibuk dengan kegiatan masing-masing. Seperti saat ini, Alin kecil sedang mengajari adek membuat PR. 

"Kakak, sepertinya adek sudah paham," ucap adek pada Alin kecil.

"Oh baiklah, mari kita tidur karena besok pasti ada upacara hari senin kan," ajak Alin kecil.

"Baiklah kakak, ayo," jawabnya dan menarik tangan sang kakak menuju bed dikamar itu.

"Em kakak, kalau kakak sukses nanti, maukah kakak membelikan rumah untuk adek?" tanya adek

"Kenapa adek ingin kakak membelikan rumah?" tanya balik Alin kecil.

"Adek ingin tinggal sendiri, kemarin adek nonton film dan ada orang tinggal sendiri. Sepertinya tinggal sendiri itu menyenangkan," jelas sang adek.

"Oh seperti itu, kalau kakak sukses nanti tapi kakak tak mampu membeli rumah untuk adek, maukah adek jika adek kakak belikan sebuah apartemen?"

"Apartemen?" tanya adek.

"Iya, apartemen seperti em ah seperti rumah tapi bertumpuk," jelas Alin kecil dengan bingung.

"Adek mau kak, adek nggak ingin ngomong ke mama dan papa, karena adek nggak mau mama dan papa memikirkan itu,"

"Baiklah kakak berjanji akan membelikanmu rumah atau apartemen." ucapnya dan menautkan jari kelingkingnya dengan adek. Dan mereka pun tidur hingga pagi menjelang.

KARALLIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang