Bismillah
Assalamualaikum temen temen. Divia balik lagi nih. Selamat membaca dengan nyaman
****"Jadikan dibba milik mas fatur seutuhnya."
Fatur tertegun dengan ucapan dibba. Selama beberapa detik dia mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh istrinya baru saja.
Detik berikutnya ia mulai mengerti. Rupanya istrinya itu sudah mulai tumbuh dewasa, emng sebelumnya belum dewasa? Ah sudah lah.
Sejujurnya ada keraguan di mata fatur, tapi dia mencoba menyembunyikannya. Fatur segera mendekati istrinya itu. Menyentuh kedua pipinya kemudian menciumnya dengan lembut secara bergantian .
"Ada apa humaira? "
"Ja-jadikan dibba milik mas fatur seutuhnya" ulang dibba.
Tangan fatur tidak lepas dari pipi dibba. Ia menatap lurus ke arah dibba. Mencoba mancari cari ada rasa keterpaksaan atau tidak di mata dibba. Tapi fatur tidak melihatnya sama sekali.
"Apa dia yakin? "~ batin fatur.
"Sepertinya ada yang tidak beres"~ lanjutnya.
"Apa kamu yakin humaira? " tanya fatur menyakinkan dibba, fatur merasa bahwa dirinya sendiri saja tidak yakin apalagi istrinya. Iya tidak?
Dibba hanya menganggukan kepala pertanda bahwa dia yakin dan mengijinkan suaminya melakukan hal yang seharusnya dilakukan oleh pasangan suami istri. Memang seharusnya dibba memberikan segalanya kepada fatur.
Yap segalanya.
"Kangan paksakan dirimu, jika sebenarnya kamu belum siap humaira. Kamu tenang saja, saya akan tetap menunggu sampai kamu benar benar siap." memang benar adanya, fatur tidak akan memaksa meminta hak nya itu.
Karena jika mereka melakukannya dengan terpaksa pasti akan berdampak pada psikisnya, dan fatur tidak mau membuat dibba seperti itu. Lebih baik ia yang menunggu dari pada harus memaksa istrinya untuk siap.
Aku padamu mas fatur.
Tambah tayang deh sama mas fatur :b
"Kenapa? Kenapa m-mas fatur malah nolak? "
"A-apa karena...." belum sempat melanjutkan ucapannya, tiba tiba saja air mata dibba lolos begitu saja.
"Maksud kamu? " fatur menaikkan alisnya tanda tak mengerti.
"M-mas fatur terpaksa kan menikah dengan dibba? " dibba mengucapkannya dengan terbata.
"M-mas fatur enggak mau kita menginjak ke jenjang yang lebih serius kan? "
"Kenapa bisa mikir sampai sana? " suara fatur mulai meninggi, ia terbawa suasana. Bagaimana bisa sang istri sampai berfikir kesana.
"Memang begitu adanya bukan ? " dibba tertawa hambar
"Istigfar humairah" fatur mencoba menenangkan istrinya dengan cara memeluknya.
Fatur bingung, knp sekarang istrinya jadi lebih sensitif. Sungguh alasan kenapa ia menolak permintaan istrinya karena takut, istrinya itu belum siap. Sungguh dia tak bermaksut untuk menyakiti hatinya.
"Jadikan dibba milik mas fatur seutuhnya, ijinkan dibba menjadi istri yang sesungguhnya mas." kali ini dibba mengucapkannya dengan memohon.
"Kamu memang istri saya sesungguhnya bukan? Kita pasti akan melakukannya humaira, tapi bukan sekarang. Saya tau kamu belum siap humaira" kalimat kalimat penenang mulai di ucapkan fatur, ia hanya ingin menenangkan Istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Imam Is Perfect
SpiritualCover by triguna prastiyo "menikah denganmu adalah hal yang tak pernah aku bayangkan dalam hidupku wahai laki laki perfect" ~ Adibba kaila akbar.