Bab 4

6.8K 1K 130
                                    

"Kudengar kemarin dia kembali bolos hingga walinya kembali dipanggil. Heran, kenapa orangtuanya tidak pernah mau tahu?"

Jennie memilih tetap diam dan berjalan santai seolah tak mendengar desas-desus tentangnya yang disampaikan kelewat keras, entah memang karena tidak sadar atau malah disengaja. Langkah Jennie mengiringnya sampai ke ruang kelasnya. Gadis itu memilih abai pada sapaan beberapa teman sekelasnya dan hanya duduk di bangkunya tanpa suara. Suasana hatinya benar-benar buruk. Apalagi penyebabnya kalau bukan karena orangtuanya?

"Kau harus mengubah perilakumu, Jennie! Bagaimana bisa seorang anak perempuan keluarga ini memiliki tabiat buruk seperti itu? Keluarga ini penuh sorotan, kau harus mengubah perilakumu kalau tidak ingin disebut anak pungut." Ucapan tajam itu sebenarnya sudah sering Jennie dengar, tetapi saat itu keluar dari mulut Ibunya sendiri, apakah Jennie bisa tetap baik-baik saja?

Helaan napas panjang Jennie terdengar amat berat disusul bahunya yang mulai turun hingga ia berakhir dengan menumpu sepenuhnya pada meja. Hari ini sebenarnya ia ingin kembali kabur dari jam pelajaran, hanya saja ia ingat bahwa Kang ssaem hari ini masuk untuk memberikan konseling. Jennie hanya tidak ingin pria Kang itu kembali menghubungi keluarganya—meskipun pada akhirnya yang datang adalah Taehyung. Pria Kim itu juga merepotkan dan berisik karena terlalu ikut campur.

Ponsel di saku almamater Jennie bergetar dan membuat gadis itu mengangkat wajahnya dan berdecak malas-malasan saat meraih benda pipih itu dari dalam sana. Jaewon mengirimnya sebuah pesan.

Jaewon
: Apa kau masuk?

Jennie tidak lekas menjawab dan menatap pesan itu cukup lama bahkan hingga pesan baru dari Jaewon kembali masuk.

Jaewon
: Kenapa tidak dibalas?

Jennie
Aku masuk :

Tak ada pesan balasan yang ia terima membuat gadis itu menyimpan ponselnya ke dalam saku almamater dan kembali menyembunyikan wajahnya di balik lipatan tangan. Jennie hampir saja menyelam alam mimpi kalau saja suara debuman kecil tidak menyentaknya. Jennie sudah akan bersiap memaki orang yang berani-berani mengganggunya kalau saja bukan presensi Jaewon-lah yang ia dapati.

"Kau mengagetkanku," ucap Jennie singkat.

Jaewon tampak terkekeh kecil lalu mengarahkan dagunya menunjuk sebotol susu pisang yang ia letakkan di atas meja Jennie. "Ada yang baru memberinya untukku."

"Fansmu lagi?" tanya Jennie mengambil susu pisang itu dan menusuknya dengan sedotan. "Kurasa aku akan dimakinya karena meminum ini," guraunya mengundang tawa pemuda Jung di depannya.

"Bagaimana kalau ternyata di dalamnya ada mantra agar aku menyukainya? Yang kena justru kau." Jaewon kembali tertawa sementara Jennie menatapnya tajam.

Hanya sesederhana itu dan Jennie mampu melupakan sejenak perkataan menyakitkan orangtuanya. "Jae, bagaimana menurutnya jika aku mencari pekerjaan? Kerja paruh waktu mungkin?" tanya Jennie.

"Memangnya orangtuamu sudah jatuh miskin?" sahut Jaewon asal bicara.

Jennie menggeleng remeh. "Mereka tidak jatuh miskin selama ada Kak Jisoo."

"Kau sedang kesal pada mereka?" tanya Jaewon hati-hati. "Apa mereka mengatakan sesuatu yang buruk?"

"Kau belum jawab pertanyaanku, Jae," ucap Jennie mengalihkan topik. Ia sedang tidak ingin membahas mengenai keluarganya. Ia takut malah sakit hati dan berpikir macam-macam. Asal tahu saja, Jennie adalah gadis yang nekat.

"Mau kerja jadi apa? Keahlianmu adalah membersihkan kamar mandi sekolah, halaman sekolah, mencuci piring di kantin, atau membersihkan laboratorium. Apa pekerjaan yang melakukan hal-hal semacam itu? Menurutku sih jadi pembantu."

Miridical | Complete (✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang