Jam menunjukkan pukul sepuluh malam ketika Jennie akhirnya tiba di rumahnya dengan selamat. Setelah berhasil turun dari atas motor Jaewon dan menyerahkan helmnya pada pria itu, Jennie belum berniat masuk dan masih betah memandangi wajah pemuda Jung itu dengan senyumnya.
"Apa? Mulai tidak waras?" tanya Jaewon sinis. Melirik pada sebotol besar cola yang berada dalam pelukan gadis itu, Jaewon berusaha untuk menahan gemasnya. Jennie terlihat seperti sedang menggedong bayi kecil, ditambah lagi keberadaan beberapa makanan lain yang dibelinya sebelum ke markas dan masih bersisa cukup banyak. Tampang lugu dan berbagai macam makananan serta minuman yang dibawa gadis itu sungguh menggelitik perutnya. "Sudah sana masuk! Sudah semakin malam, kau besok harus sekolah!"
"Dasar sok! Kau juga harus sekolah besok," balas Jennie dengan wajah sinis. Detik setelahnya, ia kembali mengubah ekspresinya dengan senyuman cerah ke arah Jaewon. "Terima kasih banyak ya, Jae. Aku sangat menikmati malam ini."
Dengan senyum manis yang ikut terulas di atas bibir tipisnya, Jaewon mengangguk sebagai balasan. "Jangan lupa berdoa sebelum kau tidur! Dosamu banyak hari ini," tuturnya lantas mengundang kikikan geli dari gadis itu.
"Ya sudah. Aku akan masuk, tapi kau pergi dulu," ucap Jennie.
Jangan berharap ada adegan tolak-menolak antara mereka yang menyebabkan waktu semakin terbuang percuma. Sebab pada kenyataannya, sebaik Jennie berkata demikian, Jaewon langsung mengangguk dan melajukan motornya meninggalkan pekarangan rumah beserta sang gadis begitu saja. Jennie juga tidak ambil pusing soal itu. Dengan santai ia melangkah memasuki rumahnya yang tampak sepi. Jelas saja, hanya ada dirinya dan beberapa pekerja yang tinggal di sana.
"Jennie Kim!"
Ketika tungkainya baru saja menapaki anak tangga pertama, ia terpaksa berhenti saat sebuah suara yang memanggil namanya terdengar memenuhi ruangan. Dengan gerakan lambat, ia menoleh dan kontan melotot sempurna kala menemukan sosok Taehyung memandang ke arahnya dengan raut wajah super datar. Sinyal bahaya, pikirnya.
"Dari mana saja?" tanya Taehyung dengan suara begitu dingin. Cara berdirinya sudah persis seperti juri di kompetisi panahan, tegak dan fokus pada titik panahan yang tak lain adalah presensi Jennie sendiri. Jangan lupa tangannya yang terlipat di dada, siap menginterogasi dengan gaya yang sungguh mengintimidasi. "Ayo jawab!"
"Galak sekali sih," dumel Jennie pelan. Dengan kepala yang tertunduk, gadis itu menjawab, "Main."
"Main?" ulang Taehyung dengan suara meninggi. "Apa menurutmu wajar bermain sampai malam, Jennie Kim?"
"Kenapa marah sih?" tanya Jennie kesal sendiri. "Memangnya itu urusanmu ya?"
Mulai lagi sifat kurang ajarnya, pikir Taehyung dongkol. Meraup udara sebanyak mungkin untuk pasokan oksigen ke dalam paru-parunya, Taehyung memejam sejenak untuk menetralkan emosinya yang nyaris meledak karena kekhawatirannya pada gadis Kim satu itu. "Jelas saja itu urusanku. Kau tanggung jawabku selama orangtuamu dan Jisoo di Jepang."
"Iya-iya, aku mengaku salah. Tolong jangan lapor pada Kak Jisoo." Kalau sudah membawa tanggung jawab, Jennie benar-benar tidak dapat mengelak lagi. Jadi dengan pasrah ia akhirnya kembali menundukkan kepalanya dan siap untuk dimarahi. Lebih baik begitu daripada Taehyung melaporkan kenakalannya ini pada Jisoo dan orangtuanya. Jennie tidak mau cari masalah lagi.
Melihat gadis itu mulai tunduk, Taehyung mendadak merasa bersalah. Wajah memelas yang Jennie tunjukkan benar-benar membuatnya lemah. Jadi dengan segenap kesabarannya, ia akhirnya melepaskan ampun untuk gadis itu. "Lain kali jangan ulangi!" katanya singkat.
Jennie buru-buru mengangguk.
"Itu apa di tanganmu?" Taehyung menaikkan sebelah alisnya disertai ekspresi penasarannya. "Dapat darimana? Jaewon?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Miridical | Complete (✔)
Fanfic[Trailer Tersedia | Baku] -Taennie- Miridical (n) amazing; wondrous "Jennie Kim, kau bersinar lebih dari apa yang bahkan tak pernah kau pikirkan." -Kim Taehyung ✋⚠️ : angst, broken heart, family's problem, etc. (Follow author terlebih dahulu) ©lulu...