Putra mahkota menghampiri Vionetta yang sedang asyik berbincang dengan dayangnya.
"Nona Follcon, apa bisa kita pulang bersama?." ujar putra mahkota.
"Bukankah Yang Mulia bersama Nona Stagen? Kenapa pulangnya bersama dengan saya?."
'Apa Vionetta tidak merasa senang saat kutawari pulang bersama?'
"Apa Nona Follcon tidak merasa senang pulang bersamaku?." tanya Putra mahkota.
"Ah, bukan begitu. Hanya saja saya merasa tidak enak pada Nona Stagen yang berangkat bersama dengan Yang Mulia. Apalagi sepertinya Nona Stagen sedang dalam keadaan tidak baik." jelas Vionetta.
"Nona Stagen sudah pulang lebih dulu, jadi anda tidak perlu merasa tidak enak, lagipula ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan Nona Follcon." tukas Putra mahkota.
'Laki-laki brengsek ini sebenarnya mau apa padaku.? Memaksa sekali ingin pulang bersama.'
"Kalau begitu baiklah Yang Mulia." jawab Vionetta dengan setengah hati.
Putra mahkota menadahkan tangan didepan Vionetta, yang mau tidak mau harus disambut oleh Vionetta. Mereka berjalan meninggalkan aula tempat diselenggarakan pesta dansa.
Istana tempat penyelenggaraan pesta dansa dengan istana regina lumayan jauh, dan putra mahkota mengantarkan Vionetta kembali menggunakan kereta kuda kekaisaran.
Di dalam kereta kuda, Vionetta yang sedari awal setengah hati menerima tawaran putra mahkota pun memilih diam dan melihat keluar jendela.
"Nona Follcon, ada suatu hal yang ingin ku tanyakan padamu." tiba-tiba saja putra mahkota membuka suara yang membuat Vionetta terkejut.
"Silahkan Yang Mulia."
"Apa rumor yang kudengar semuanya tadi benar ?."
"Bukankah saya sudah menjawab semuanya?."
"Kenapa kau mengatakan tidak memakai uang yang diberikan kekaisaran sepeserpun?." tanya putra mahkota tajam.
"Bukankah itu juga hak saya untuk memakainya atau tidak?. Lagipula apapun yang saya beli adalah kebutuhan pribadi saya, jadi saya bebas menggunakan uang manapun yang saya inginkan. Bukan berarti saya tidak menghargai apa yang sudah diberikan oleh kekaisaran, hanya saja saya mencegah gunjingan orang yang tidak mengerti siapa saya." Vionetta menjawabnya tak kalah tajam dan penuh penekanan.
'Dia bukan Vionetta yang dulu, gadis manja yang selalu mengejarku dan yang selalu bertumpu pada kekuasaan keluarga. Vionetta yang ada di depanku seperti gadis asing yang baru pertama kali aku temui. Sebenarnya apa yang terjadi padanya setelah memilih bunuh diri dengan menenggelamkan diri di danau yang hampir beku itu ?'. Hati Putra mahkota resah melihat perubahan sikap Vionetta se drastis itu.
"Lalu.... Martin...?"
"Dia sepupu saya." jawab Vionetta cepat.
"Maksudku, kenapa kau memiliki panggilan berbeda dengan yang diketahui banyak orang dan menimbulkan kesalahpahaman yang hampir saja berakibat fatal.?"
"Apa Yang Mulia juga mengkhawatirkan saya? Tapi maaf, saya tidak tertarik dengan rasa khawatir dari Yang Mulia. Bukankah akan lebih efisien jika saya di diskualifikasi dari pemilihan ini agar Yang Mulia tidak perlu lagi membagi waktu untuk dua wanita. Saya tau pemilihan regina ini hanya simbolis dari tradisi kekaisaran, jadi bukankah lebih bagus jika saya lebih cepat keluar dari istana regina?." ujar Vionetta sinis.
"Baiklah, aku tidak akan membahas tentang rumor itu. Tapi, apa yang sudah Nona Follcon ketahui soal krisis diwilayah barat daya. Tadi sepertinya aku mendengar Nona Follcon sedang membicarakan masalah itu dengan 2 dayang pribadi Nona?." nada bicara putra mahkota sedikit melunak.
KAMU SEDANG MEMBACA
END - Revenge The Villainess Lady [SUDAH TERBIT]
Historical FictionSebagian bab dihapus untuk kepentingan penerbitan [Lengkap] 04112020 Kehidupan baruku dimulai saat kematian pemilik tubuhku saat ini. Rasa sakit hati dan dendam yang masih tersisa membuatku harus menyelesaikan semua perasaan ini agar jalan takdir...