06 AURA MEMBUNUH

19 1 0
                                    

Jam digital di kamar Louis sudah menunjukkan angka 01.47 dini hari. Namun pria itu masih terjaga, dengan mata abu-abunya yang terlihat menerawang jauh dan sesekali mengubah posisi tidur dengan gelisah.

Pikirannya melayang ke kejadian beberapa jam yang lalu, saat dirinya nekat mencium Ashley sehingga mendapat bentakan penuh murka dari wanita itu.

Jika kalian mulai berfikir, Louis kini menyesal dan merasa bersalah kepada Ashley. Maka jelas hal itu salah besar. Karena di dalam otak pria itu, sudah dipenuhi bayangan bibir manis dan lembut Ashley, bahkan sudah berfikir untuk menciumnya lagi. Dan melakukan hal lain yang lebih dari ciuman tadi, membuat Louis setengah mati untuk menahan dirinya, yang ingin menerobos masuk ke kamar Ashley yang berjarak 10 langkah dari kamarnya itu.

Bukankah, malam ini seharusnya mereka tidur bersama?! Ya, itulah seharusnya terjadi. Tapi, Louis masih cukup waras untuk tidak mempertaruhkan nyawanya di ujung pistol sialan wanita itu.

Karena Louis sangat yakin jika saat ini, Ashley bahkan tidur dengan pistol di tangannya, menabur bom waktu di depan pintunya. Bahkan lebih parah lagi, mungkin wanita itu sudah memasang jaring laser radioaktif di bingkai pintu kamarnya, sehingga dapat mencabik apa saja yang masuk ke kamarnya hingga berkeping-keping. Mengerikan.

"Arggghh!! Ini membuatku gila!" Louis menenggelamkan wajahnya ke batal dengan frustasi.

***

Pukul 6 pagi, Louis pun sudah rapi dengan baju serba hitam miliknya. Sambil menguap lelah, ia kini berjalan kearah dapur dan merahi sebuah apel hijau kesukaannya. Tadi ia hanya tidur 2 jam saja, sebelum jam alarmnya berbunyi nyaring.

Sambil menggigit aple di tanganya, ia mengamati kondisi sekitar yang tampak sunyi. Ia tidak menemukan Ashley di dapur, di ruang santai, atau pun di taman herbal kesukaanya. Kemana perginya wanita itu? Apa ia belum bangun?

Mereka masih memiliki waktu 1 jam, sebelum keberangkatan mereka ke Ukraina hari ini. Jadi Louis pun berjalan menuju lantai dua, kamar Ashley.

Sesampainya di depan kamar Ashley, Louis mengaktifkan radar pendeteksi perangkap dan senjata miliknya. Berjaga-jaga jika wanita itu memasang perangkap sialan di pintunya. Merasa situasi aman, Louis pun mengetuk perlahan pintu kamar Ashley dengan intonasi sopan.

Ketukan pertama hingga kedua, Ashley tidak kunjung membuka pintu. Bahkan tidak terdengar pergerakan apapun di dalam sana. Louis mulai mengerutkan keningnya, menatap pintu itu dengan kesal.

Tidak biasanya wanita itu terlambat bangun seperti ini?! Pikir Louis. Bahkan, Ashley-lah yang sering membangunkan dirinya jika ada Misi penting seperti ini.

Setelah mengetuk sekali lagi, Louis mendekatkan telinganya ke daun pintu untuk mendengar pergerakan di dalam sana. Saat dirinya masih fokus menangkap suara, tiba-tiba saja pintu itu terbuka dengan cepat. Membuat Louis yang tengah membungkuk itu, langsung terjatuh mencium lantai dengan tidak elegan sama sekali.

"Awwahh, hidungku! Ini membunuhku! Ini membunuhku!!" Louis langsung berteriak histeris di lantai sambil memegang hidungnya yang terluka.

Sedangkan Ashley, yang kini berdiri tepat di atas kepala Louis pun menunduk, memasang wajah datar.

"Apa yang kau lakukan di depan kamarku? Mengintipku? Dasar mesum!" Ashley, dengan tidak berperasaan langsung melangkahi tubuh Louis dan melangkah turun menuju dapur. Meninggalkan Louis yang berteriak geram.

"ASHLEY!!!!"

***

"Habiskan makananmu dengan cepat!" Ashley berseru geram kearah Louis, yang masih sibuk menyentuh hidungnya yang memerah itu, mengabaikan omelet buatan Ashley di depannya.

"Ini semua karena Kau! Kau sengaja membuatku jatuh, tadikan?!! Oh, Demi Apel hijau kesukaanku! Hidungku yang sempurna kini lecet!!" Louis menatap kesal kearah Ashley yang kini menatapnya datar.

Sebenarnya Ashley ingin tertawa terbahak sekarang, karena wajah si mesum Louis itu, kini sangat jelek karena cemberut dengan hidung memerah. Itu balasan yang setimpal karena berani menciumnya semalam.

"Itu karma karena kau berani melecehkanku semalam!" Senyum menang kini tercetak jelas di bibir merah Ashley. Membuat Louis mendengus kesal sambil memotong kasar omelet di piringnya.

Ashley dan Louis selalu memulai hari mereka dengan sarapan bersama. Walau sebenarnya lebih tepat jika dikatakan, memulai hari dengan bertengkar bersama. Ya, Ashley yang memiliki hobi memasak itu. Secara tidak langsung bertanggung jawab menyiapkan makanan untuk mereka berdua.

"Sungguh, ini tidak bisa dimaafkan! Hidungku terluka di saat Aku memiliki kencan dengan Helena malam ini!!" Louis masih saja menggerutu tidak jelas, bahkan di saat Ashley sudah membersihkan piring kotor bekas sarapan tadi.

"Kita berangkat sekarang, Louis!! Aku tidak ingin terlambat hanya karena kau selalu menggerutu mengenai hidung dan kencan sialanmu itu!!" Ashley berkacak pinggang muak di depan Louis yang masih belum beranjak dari duduknya.

"Ini sangat sakit! Asal kau tau. Seharusnya kau menolongku untuk mengobatinya dibanding mengomel seperti itu!! Benar-benar partner yang tidak peka," Louis semakin cemberut dengan tangan yang masih mengelus hidungnya.

Merasa lelah menghadapi Louis, Ashley beranjak meninggalkan Louis yang sudah berteriak protes. Tapi teriakan Louis langsung terhenti, saat mendapati Ashley berjalan kearahnya kembali dengan kotak P3K di tangannya.

"Berhentilah berteriak, Aku akan mengobati hidungmu!" Ashley berseru datar, dan mulai mengobati hidung Louis yang tergores itu, dengan telaten.

"Well, kurasa kau partner yang tidak buruk," Louis kini terdiam dan memperhatikan wajah serius Ashley yang sangat dekat dengan wajahnya itu. Membuat bayangan tentang ciuman sialan itu kembali memenuhi otaknya sekarang. Apa bibir itu masih terasa manis seperti semalam? Atau hari ini lebih manis? Atau..

"Aku bersumpah akan membunuhmu detik ini juga, jika kau tidak menyingkirkan tangan sialanmu itu dari pinggangku, SEKARANG!!" Teriak Ashley menghentikan lamunan Louis.

Ashley menekan hidung terluka Louis dengan tatapan tajam, saat menyadari jika tangan Louis mulai kurang ajar menyentuh pinggangnya.

"Oke,.." Louis pun meringis kesakitan dengan tindakan Ashley yang menekan lukanya itu. Sekaligus malu karena menyadari tangannya mulai liar.

"Selesai. " Ashley pun menjauhkan dirinya dari Louis yang tampak sedikit tidak rela itu, dan mulai membereskan obat-obatan dengan cepat.

"Hmmm, Ashley..."

"Kuperingatkan untuk tetap menjaga sikapmu! Asal kau tau, Aku belum memaafkanmu mengenai tadi malam! Jadi jangan salahkan Aku jika bukan hanya hidungmu yang terluka nantinya!" Ashley menghembuskan nafas sesaat setelah membereskan obat-obatan tadi. Dan menatap tajam Louis yang sedikit syok ditempatnya.

"Aku,..aku hanya ingin mengatakan, terimakasih karena sudah mau mengobatiku." Louis mencoba tersenyum, yang malah menampilkan seringai.

"Kita berangkat sekarang!" Ashley memutar mata jengah, lalu berbalik pergi.

***

SOUTH SULAWESI, TUESDAY  JUNE 16 , 2020.


With Love,

Arthropoda17.

THE UNDER WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang